Drs. Sutowijoyo, M.Pd., Widyaiswara Madya pada Balai Diklat Keagamaan Surabaya.
bertambah luas lagi menjadi 1,349 Ha dan di sisi timur tampak adanya terumbu
karang mati, terutama pada saat air laut menuju turut.
Oseanografis
Arus pasang di perairan Gugus Pulau Pari sampai pulau Peniki berasal dari
arah timur menuju barat dengan kecepatan antara 30 40 cm/s di kedalaman 2,5
m - 5 m, arus menuju barat laut dan makin ke arah selatan seirama dengan
meningkanya kedalaman yaitu 60 m, kecepatan arus berkisar antara 40 60 cm/s
saat mendekati pasang. Saat mendekati pasang kecepatan arus melemah hingga 5
15 cm/s dengan arah barat sampai barat daya pada kedalaman 5 10 m.
Sedangkan kedalaman 2,5 m arus menuju tenggara dengan kecepatan 40 cm/s, hal
ini dimungkinkan akibat pengaruh angin pada musim barat.
Perairan Gugus Pulau Pari memiliki kisaran salinitas antara 31,43 0/00
sampai 31,75 0/00, saat air laut pasang dan 30,25 0/00 sampai 31,08 0/00 saat air laut
surut. Nilai besaran salinitas seperini ini masih tergolong normal untuk berbagai
kehidupan biota laut. Sedangkan sempitnya kadar salinitas, diduga berhubungan
erat dengan adanya pengaruh arus musim barat. Pada musim barat kondisi
pengairan sangat dipengaruhi oleh massa dari laut Jawa yang sebelumnya
mendapat masukan oleh massa air dari daratan Sumatera dan Kalimantan.
Suhu temperature air permukaan perairan Gugus Pari pada saat air pasang
berkisar antara 28,03 0 C sampai 29,30 0c dan pada saat surut berkisar antara
29,20-30 0c. hal ini disebabkan adanya pengaruh gerak massa air laud an
intensitas radiasi matahari.
Kecerahan air laut di perairan dalam Tubir dengan kedalaman 2,5 m- 5m
saat pasang berkisar 1,25 m- 4,60 m dan saat surut berkisar 0,80 m- 3,10 m.
sedangkan di luar Tubir, kedalaman 10 m 15 m tingkat kecerahan cukup tinggi,
mencapai 7,50 m-13,25 m. kondisi seperti ini dimungkinkan karena tingginya
intensitas penyinaran matahari dan cerahnya kondisi cuaca saat pengamatan.
Kadar oksigen terlarut di perairan Gugus Pulau Pari berkisar antara 1, 12
8,67 ppm. Hasil pengukuran kadar oksigen ini berbeda pada bulan-bulan tertentu.
Pada bulan Juli 1999 berkisar antara 4,5-7,3 ppm pada saat air pasang dan 4,057,1 ppm pada saar air surut yang bertepatan dengan musim timur. Bulan Oktober
yang mewakili musim peralihan, rata-rata oksigen terlarut antara 4,73-8,67 ppm
saat air pasang dan 4,5-7,1 ppm saat air surut. Sedangkan pada musim timur, yaitu
bulan Februaru kadar ogksigen terlarut 1,12-8,34ppm saat air pasang dan 6.817,85 ppm saat air surut. Dari sini terlihat bahwa pada musim Timur dan peralihan
saat air surut oksigen terlarut cenderung lebih rendah disbanding saat air pasang.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penyusunan klasifikasi kemampuan lahan pulau dan pesisir untuk
pengembangan wisata alam di daerah penelitian, digunakan metode observasi
dengan menggunakan unit lahan sebagai suatu pengamatan terkecil dan sekaligus
sebagai satuan pemetaan. Daerah pesisir yang dimaksud pada penelitian ini adalah
daerah pertemuan antara darat dan laut. Batas darat meliputi bagian daratan baik
kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, yang dicirikan oleh jenis vegetasi yang khas. Batas
pesisir kea rah laut mencakup bagian/batas terluar dari paparan benua yang
dicirikan adanya pengaruh alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan
aliran air tawar. Sumber data diperolleh dari hasil interpretasi citra penginderaan
jauh dan dilengkapi dengan uji lapangan. Sedangkan manipulalsi data dilakukan
secara manual dan analisis computer. Pada uraian berikut ini dikemukakan
mengenai bahan yang digunakan, alat yang digunakan, jalannya penelitian dan
kesulitan-kesulitan yang timbul dan pemecahannya dalam penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif yaitu penelitian
kualitatif yang berusaha menggali potensi lahan dan pesisir Pulau Pari dan
kompleks gugus Pulau Pari untuk penentuan wisata alam. Pelaksanaan penelitian
pada tanggal 16 sampai dengan 19 Juli 2009.
Bahan yang Digunakan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Foto udara pankromatik hitam putih digunakan untuk pemetaan tutupan lahan
bentuklahan, potensi kemampuan lahan untuk pengembangan wisata dan
potensi sumber-sumber wisata alam.
2. Foto udara inframerah hitam putih digunakan untuk interpretasi sumbersumber wisata alam, disamping itu juga untuk melengkapi unit lahan yang
tidak terekam dalam foto udara pankromatik.
3. Citra Lamdsat-5 TM (Thematic Mapper) dan Citra Landsat-7 ETM digunakan
untuk pemetaan tutupan lahan, beberapa unit lahan yang tidak tergambar dari
foto udara terekam oleh citra landsat ini seperti terumbu karang dan endapan
sedimen
Bahan Pendukung yang Digunakan
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah :
1. Peta topografi skala 1 : 10.000, terutama diperlukan untuk orientasi posisi
daerah penelitian. Disamping hal tersebut digunakan untuk mempersiapkan
peta dasar, sebagai kerangka pemasukan data dari hasil interpretasi citra
penginderaan jauh.
2. Peta geologi skala 1 : 10.000 dibuat oleh Verbeeck dan Van den Boss
Tahun 1898.
3. Peta bathimetri skala 1 : 25.000 dibuat oleh DISHIDROS TNI A
Prosedur Pemetaan
Di dalam penelitian ini pemetaan klas kemampuan lahan mengacu pada
prosedur : a) Deliniasi perbatasan unit lahan sesuai dengan hasil overlay
bentuklahan, lereng dan penggunaan lahan; b) Sistem klasifikasi untuk
menentukan peringkat klas kemampuan lahan untuk wisata alam dan
meneentukan symbol subklas/obyek wisata yang mendiskripsikan tipe aktivitas
wisata alam;
Sebanyak empat symbol, satu symbol numeric yang menunjukkan klas dan
tiga symbol alphabetic yang menunjukkan subklas wisata alam; Contoh : 1
ABB. Artinya : Lahan berkemampuan utamanya pantai dan prioitas kedua untuk
boating dan peninjauan kehidupan pantai.
Sistem klasifikasi digunakan untuk menggambarkan kemampuan lahan
untuk kegiatan wisata alam.
Ada dua tipe klasifikasi yaitu : a) Klasifikasi lahan untuk pengembangan sarana
wisata alam, b) Klasifikasi subklas sumber yang menggambarkan tipe sumbersumber wisata
Pembobotan kemampuan lahan ditentukan dengan notasi angka romawi,
sedangkan untuk subklas sumber wisata alam digunakan notasi huruf. Pada setiap
unit lahan diadakan penilaian kemampuan lahan untuk pengembangan wisata
alam. Pada penelitian ini digunakan metode pembobotan (skor) pada masingmasing variable, sedangkan rentang skor ditentukan oleh jenis variabel sehingga
ada perbedaan pada masing-masing variabel tersebut.
Untuk mendapatkan peringkat klas kemampuan lahan maka semua
variabel dinilai/skor selanjutnya dilakukan penjumlahan dan akan diperoleh total
skor tertinggi dan terendah. Total skor tertinggi dikurangi jumlah variabel yang
dinilai dibagi dengan jumlah klas maka diperoleh interval klas kemampuan lahan
untuk pengembangan wisata alam.
Pembobotan Sumber-Sumber Wisata Alam
Sumber-sumber wisata alam yang dinilai pada penelitian ini adalah :
Vegetasi (E), Fun Beach (I), Panorama Bawah Laut (N), Snorkling (O),
Swimming (P), Boating (Q), Selancar (S), Kanno (T), Pemancingan (U), dan
Scuba Diving (V)
Subklas sumber yang menggambarkan tipe sumber-sumber wisata alam
juga diklasifikasikakn dengan pembobotan pada masing-masing sumber dan
variabel yang dinilai dan dituangkan dalam tabel berikut ini.
Subklas Vegetasi (E)
Tabel 1:
Klasifikasi Kelimpahan Rumput Laut
Nilai
3
2
1
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Sangat melimpah, tutupan rumput laut 60 100 %
Melimpah, tutupan rumput laut 20 60 %
Kurang melimpah, tutupan rumput laut < 20 %
Tabel 2:
Klasifikasi Kelimpahan Seagrass
Nilai
3
2
1
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Sangat melimpah, tutupan sea gres 60 100 %
Melimpah, tutupan sea gres 20 60 %
Kurang melimpah, tutupan sea gres < 20 %
Tabel 3:
Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Mangrove
Nilai
3
2
kelas
Baik
Sedang
Keterangan
> 300 pohon/ha
200 300 pohon/ha
Kurang
Klas
Baik
Sedang
Kurang
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Pasir, pasir kerikil, kerikil
Pasir, pasir kerikil, krikil, lumpur
Lumpur, kerikil, bolder
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
0,5 m 1,5 m
1m2m
< 1 m, > 2,5 m
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Tanpa polusi
Tanpa resiko kesehatan
Polusi
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
23%
8 15 %
> 15 %
kelas
Baik
Keterangan
> 10 Ha
2
1
Sedang
Kurang
5 10 Ha
< 5 Ha
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Aneka jenis karang dan ikan hias
Ada karang dan ikan hias
Tidak ada karang
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Tutupan terumbu karang > 80 %
Tutupan terumbu karang 50 80 %
Tutupan terumbu karang < 50 %
Tabel 13: Klasifikasi Gelombang
Nilai
3
2
1
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Gelombang < 0,25 m
Gelombang 0,25 0,50 m
Gelombang > 0,50 m
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kecepatan arus < 5 cm/detik
Kecepatan arus 5 25 cm/detik
Kecepatan arus > 25 cm/detik
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kecerahan air laut > 20 m
Kecerahan air laut 10 20 m
Kecerahan air laut < 10 m
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Tidak ada pencemaran
Pencemaran tidak membahayakan
Tercemar dan membahayakan
Klas
Baik
Sedang
Kurang
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Tidak ada zat pencemar
Sedikit ada zat pencemar
Ada zat pencemar
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kedalaman 5 20 m
Kedalaman 2 25 m
Kedalaman > 25 m
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kecerahan > 20 m
Kecerahan 10 20 m
Kecerahan < 10 m
Nilai
3
2
1
Nilai
3
2
1
Kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Salinitas 30 39 o/oo
Salinitas 28 30 o/oo
Salinitas < 28 o/oo dan > 34 o/oo
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
5 7 ppm
4 5 ppm
< 4 ppm
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Beraneka jenis terumbu karang
Terdapat terumbu karang
Tidak ada terumbu karang
Klas
Baik
Sedang
Kurang
Sumber : BSDL 1992
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Tanpa zat pencemar
Tanpa resiko kesehatan
Agak tercemar
Nilai
3
2
1
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kedalaman air > 1 5 m
Kedalaman air 2 10 m
Kedalaman air > 10 m
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kecerahan > 20 m
Kecerahan 10 20 m
Kecerahan < 10 m
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Suhu 27 32oc
Suhu 20 27oc
Suhu < 20 oc, > 32oc
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Tutupan terumbu karang > 50 %
Tutupan terumbu karang 10 50 %
Tutupan terumbu karang < 10 %
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kecepatan arus < 5 cm/detik
Kecepatan arus 5 20 cm/detik
Kecepatan arus > 20 cm/detik
10
11
Nilai
3
2
1
kelas
Baik
Sedang
Kurang
Keterangan
Kecepatan arus < 5 cm/detik
Kecepatan arus 5 20 cm/detik
Kecepatan arus > 20 cm/detik
12
69
Sedang
46
Kurang
Sumber : Sorensen 1984
Subklas Kanno (T)
Tabel 48: Klasifikasi Arus
Nilai Kelas
3
Baik
2
Sedang
1
Kurang
Keterangan
Kecepatan arus < 5 cm/detik
Kecepatan arus 5 20 cm/detik
Kecepatan arus > 20 cm/detik
13
Kurang
Kemiringan 2 8 %
Keterangan
Kecepatan arus < 5 cm/detik
Kecepatan arus 5 20 cm/detik
Kecepatan arus > 20 cm/detik
14
Pembahasan
Dari hasil scoring parameter kecocokan lahan dan pesisir di kepulauan
Pari dapat diperoleh hasil bahwa wilayah tersebut dapat digunakan sebagai
potensi pengembangan wisata. Beberapa parameter tersebut adalah:
1. Fun Beach (Rekreasi Pantai): potensi wisata pantainya baik dan sangat
memenuhi standar. Hal ini berarti untuk pengembangan wisata bahari
keluarga yang menjanjikan.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Adipandang,Y.
2004. Perubahan Unit-Unit Morfologi Terumbu Karang
Kompleks
Gugus
Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Thesis Universitas
Indonesia. Jakarta
Anugerah Nontji 2004. Upaya Anak Bangsa dalam Pengembangan dan
Pemanfaatan Lestari Terumbu Karang. COREMAP-P2O LIPI. Jakarta
Balitbang Sumberdaya Laut, 1992. Laporan Proyek Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut Perairan Nusantara Bagian Timur. Tahun
Anggaran 1991/1992. Ed. Hermanto. LIPI Ambon
Balitbang Sumberdaya Laut, 1993. Laporan Proyek Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut Perairan Nusantara Bagian Timur. Tahun
Anggaran 1991/1992. Ed. Hermanto. LIPI Ambon
Bird, Eric. C. F. 1970. Coast. An Introduction To Systematic Geomorphology. The
MIT. Press, Massachusets
Departemen Pariwisata Pos Dan Telekomunikasi, 1992. Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Maluku. Laporan Akhir Buku Analisis dan
Rencana PT. Asama Wisata Consulting Eng. Jakarta
Departemen Pariwisata Pos Dan Telekomunikasi, 2002. Pariwisata Pos dan
Telekomunikasi dalam Angka. Jakarta
Estes. R. 1985. Remote Singsing Fundamentals. In : The Suevaillant Science
Remote Singsing of The Environment. R. K. Holz : Ed Jhon Wiley and Sons,
New York
Hermanto. B. 1991. Analisis Geomorfologi Untuk Evaluasi Kemampuan Lahan di
Kawasan Pesisir Kepulauan Aru, Maluku Tenggara. Dalam : Perairan
Maluku Tenggara Vol. 1. BALITBANG Sumberdaya Laut LIPI. Ambon
Hermanto. B. 1997. Aplikasi Teknik Pengindraan Jauh Untuk Kajian Potensi
Wisata Alam Daerah Pesisir Pulau Ambon, Maluku. Thesis Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta
Hermanto. B. dan Yeti D. 2006. Evalusi Potensi Sumberdaya Alam Laut Gugus
Pulau Pari, Kepulauan Seribu. UPT LPKSDMO Pulau Pari. P2O LIPI.
Jakarta
Kannet. J. P. 1975. Marine Geology. Prentice-Hall. Inc. Engle Wood Cliffs,
London
Kantor Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup. 1984. Bahan Penyusun
RPP Baku Mutu Air Laut Untuk Mandi, Renang, Biota Laut dan Budidaya
Laut. Hasil Lokakarya Baku Mutu Air Laut. Bogor
Liliesand, t. M. and Kiefer R. W. 1987. Remote Singsing and Image
Interpretation. JohnWiley and Sons. New York
17
18