Anda di halaman 1dari 16

PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN

Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal.
Lembaga Pembiayaan meliputi:
1.

Perusahaan Pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan
Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.

2.

Perusahaan

Modal

Ventura,

adalah

badan

usaha

yang

melakukan

usaha

pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan


pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan
saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha, dan
3.

Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk
melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur.

1.1 Perusahaan Pembiayaan


1.1.1

Leasing
Menurut Financial Accounting Standar Board (FASB) :
..An agreementcoonveying the right to use property, plant or equipment (land and/or

depreciableassets) usulally for a stated period of time


Definisi diatas menjelaskan adanya kesepakatan antara dua pihak, yaitu lessor(pihak yang
menyewakan) dan lessee (penyewa). Dalam perjanjian ini terdapat persetujuan penyerahan atau
pengalihan hak guna atau hak pakai atas aktiva yangdimilikinya yang dapat disiapkan selama
periode tertentu dari lessor kepada lessee.Selama periode yang dimaksud dalam perjanjian
sebagai balas jasa dari hak pakai yang diberikan lessor kepada lessee dituntut untuk membayar
sejumlah uang sewa atau kompensasi yang lain sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Lamanya
jangka waktu suatu perjanjian lease tergantung pada perjanjian yang dibuat oleh lessor dan

lessee, sehingga jangka waktu perjanjian lease ini dapat bervariasi tergantung pada kesepakatan
bersama
A. Prinsip leasing terdiri dari beberapa elemen di bawah ini:
1. Pembiayaan perusahaan
2. Penyediaan barang-barang modal
3. Jangka waktu tertentu
4. Pembayaran secara berkala
5. Adanya hak pilih (option right)
6. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
7. Adanya pihak lessor
8. Adanya pihak lessee

B. Pihak yang terlibat dalam sistem pembiayaan leasing, diantaranya:


1. Lessor, merupakan pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada
pihak yang membutuhkannya, baik berupa perusahaan yang bersifat multi finance
maupun perusahaan yang khusus bergerak di bidang leasing.
2. Lessee, merupakan pihak yang memerlukan barang modal.
3. Supplier, merupakan pihak yang menyediakan barang barang modal yang menjadi objek
leasing, barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lessee
Subjek leasing yaitu berbagai pihak yang terlibat dalam sistem pembiayaan leasing,
seperti lessor, lessee dan supplier.
Objek leasing yaitu barang-barang yang menjadi objek perjanjian leasing
yang meliputi segala macam barang modal mulai dari yang berteknologi tinggi hingga teknologi
menengah ataupun keperluan kantor.
C. Jenis sewa guna usaha
Sewa guna usaha memiliki tiga berbentuk berbeda yaitu:
1. Penjualan dan Penyewaan Kembali
Menurut perjanjian penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback), sebuah
perusahaan yang memiliki tanah, bangunan, atau peralatan menjual properti tersebut dan

sekaligus mengeksekusi perjanjian untuk menyewa property itu kembali selam jangka
waktu tertentu dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
2. Sewa Guna Usaha Operasi
Sewa guna usaha operasi (operating lease), yang terkadang disebut pada sewa guna usaha
jasa (service lease), memberikan jasa pendanaan danpemeliharaan. IBM adalah salah
satu pelopor kontrak sewa guna usaha operasi, dan computer serta mesin fotokopi, brrikut
mobil dan truk, adalah jenis-jenis peralatan utama yang disewakan.Biasanya, sewa guna
usaha seperti ini mengharuskan lessor memelihara dan merawat peralatan yang disewa,
dan biaya melakukan pemeliharaan tersebut telah diperhitungkan di dalam pembayaran
sewa.
Salah satu ciri khas penting dari sewa guna usaha operasi adalah adanya kenyataan bahwa
sewa guna usaha sering kali tidakdiamortisasipenuh; atau dengan kata lain, pembayaran
yang diminta menurut kontrak sewa guna usaha tidak cukup untuk melunasi biaya
peralatan secara penuh.
Fitur akhir adalah bahwa sewa guna usaha operasi sering kali memuat suatu klausial
pembatalan, yang memberikan hak kepada lessor untuk membatalkan sewa sebelum
tanggal berakhirnya perjanjian.
3. Sewa Guna Usaha Keuangan atau Modal
Sewa guna usaha keuangan atau modal (financial lease), atau disebut juga sewa guna
usaha modal (capital lease) berbeda dari sewa guna usaha operasi dalam tiga hal, antara
lain sewa guna usaha keuangan: (1) tidak memberikan jasa pemeliharaan, (2) tidak dapat
dibatalkan, dan (3) diamortisasi secara penuh (atau, lessor menerima pembayaran sewa
yang sama dengan harga penuh dari peralatan yang disewa ditambah sejumlah
pengembalian atau investaasi). Dalam suatu perjanjian sewa guna usaha keuangan
umumnya, perusahaan yang akan menggunakan peralatan (lessee) memilih item-item
tertentu yang dibutuhkannya dan menegosiasikan harga dan syarat-syarat pengiriman
dengan pihak pembuat.

D. Hubungan hukum yang terjadi antara para pihak yaitu lessor, lessee dan supplier ada
beberapa alternatif sebagai berikut:

4. Lessor membeli barang atas permintaan lessee, selanjutnya memberikan kepada


lessee secarfa leasing.
5. Lessee membeli barang sebagai agennya lessor dan mengambil barang tersebut secara
leasing dari lessor.
6. Lessee membeli barang atas namanya sendiri, tetapi dalam kenyatannya sebagai agen
dari lessor dan mengambil barangnya tersebut secara leasing dari lessor.
7. Setelah lessee membeli barang atas namanya sendiri kemudian melakukan novasi,
sehingga lessor kemudian menghaki barang tersebut dan membayarnya.
8. Setelah lessee membeli barang untuk dan atas namanya sendiri kemudian menjualnya
kepada lessor dan mengambil kembali barang tersebut secara leasing. Ini adalah
contoh sale and lease back.
9. Lessor sendiri yang mendapatkan barang secara leasing dengan hak untuk melakukan
subleasing dan memberikan subleasing kepada lessee
E. Pengaruh Laporan Keuangan
Pembayaran sewa sewa guna usaha disajikan sebagai beban operasional dalam laporan
laba-rugi perusahaan, tetapi dalam kondisi tertentu, baik itu aktiva yang disewa maupun
kewajiban akibat kontrak sewa guna usaha tidak di sajikan di dalam neraca. Karana itu sewa
guuna usaha di sebut pendanaan di luar neraca.
Sewa guna usaha harus diklasifikasikan sebagai sewa guna usaha modal, dan akibatnya
digunakan dan disajikan langsung di dalam neraca, jika memiliki salah satu dari persyaratan
berikut ini:
1. Menurut ketentuan sewa guna usaha, kepemilikan atas property akan secara efektif
berpindah dari lessor kepada lessee
2. Lessee dapat membeli property atau memperpanjang sewanya dengan nilai yang
lebih rendah dari harga pasar yang wajar ketika masa sewa guna usaha berakhir.
3. Sewa guna usaha akan berlangsung dengan jangka waktu yang sama atau lebih lama
dari 75 persen umur aktiva. Jadi, jika suatu aktiva memiliki usia 10 tahun dan jika
sewa guna usaha tersebut harus digunakan.
4. Nilai sekarang atas pembayaran sewa guna usaha adalah sama atau lebih besar dari 90
persen nilai awal aktiva.
F. Faktor Yang Mempengaruhi Sewa Guna Usaha

Terdapat dua factor yang membutuhkan tambahan keterangan.


1. Estimasi Nilai Sisa
Penting untuk dicatat bahwa lessor-lah yang akan memiliki property setelah masa
sewa habis. Estimasi nilai property pada akhir masa sewa disebut nilai sewa (residual
value). Sepintas terlihat bahwa jika nilai sisa diperkirakan memiliki jumlah yang tidak
tinggi, maka memilikinya akan lebih menguntungkan dari pada menyewanya. Namun,
jika ekspektasi nilai sisa ternyata tinggi karena mungkin kecilnya inflasi bagi
beberapa jenis peralatan ntertentu seperti juga jika melibatkan property real estat
maka persaingan diantara persewaan sewa guna usaha akan memaksa tariff sewa turun
ke titik di mana nilai sisa potensial akan sepenuhnya diakui kedalam tariff kontrak
sewa guna usaha. Jadi, adanya nilai sisa yang tinggi atas peralatan kemungkinan tidak
akan menyebabkan terjadinya bisa pada keputusan yang menentang sewa guna usaha.
2. MeningkatkanKetersediaan Pinjaman
sewa guna usaha kadang dikatakan memberikan keuntungan bagi perusahaanperusahaan yang mencari tingkat leverage keuangan ynag maksimal. Pertama, kadang
terdapat perdebatan apakah melalui suatu perjanjian sewa guna usaha sebuah
perusahaan dapatb memperoleh lebih banyak uang, dan untuk jangka waktu yang lebih
lama daripada pinjaman yang dijamin dengan aktiva. Kedua, karena sebagian sewa
guna usaha tidak disajikan didalam neraca, pendanaan melalui sewa guna usaha
dikatakan memberikan perusahaan penampilan yang lebih kuat dalam analisis
pinjaman yang dilakukan secara tidak mendalam, sehingga akibatnya memungkinkan
perusahaan menggunakan
G. Kelebihan dan Kelemahan Pembiayaan Leasing
Kelebihan Pembiayaan Leasing:
1. Unsur fleksibilitas
2. Ongkos yang relatif murah
3. Penghematan pajak
4. Pengaturannya tidak terlalu complicated
5. Kriteria bagi lessee yang longgar
6. Pemutusan kontak leasing oleh lessee

7. Pembukuan yang lebih mudah


Kelemahan Pembiayaan Leasing
1. Biaya bunga yang cukup tinggi
2. Biaya marginal yang tinggi
3. Kurangnya perlindungan hukum
4. Proses eksekusi leasing macet yang sulit
1.1.2

Factoring
Menurut Keppres No. 61 tahun 1988, tentang lembaga pembiayaan, factoring merupakan

usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan / atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek dari suatu perusahaan yang terbit dari suatu transaksi perdagangan dalam
dan luar negeri.
A. Pihak yang terlibat dalam kegiatan factoring adalah:
1. Pihak perusahaan faktor, yakni merupakan pihak pemberi jasa factoring, dan bertindak
sebagai pihak pemberi piutang.
2. Pihak klien, merupakan pihak yang mempunyai piutang / tagihan yang akan dijual kepada
pihak perusahaan faktor.
3. Pihak customer, merupakan pihak debitur yang berhutang kepada pihak klien, untuk
selanjutnya dia akan membayar hutangnya kepada pihak perusahaan factor.
Subyek hukum dari perjanjian anjak piutang itu tentau saja adalah Penjual, Pembeli dan
Perusahaan anjak piutang. Namun penamaan tersebut dirubah disesuaikan dengan hakekat anjak
piutang.
Obyek hukum dalam perjanjian ini jelas adalah piutang itu sendiri. Baik itu dijual atau
dialihkan atau di urus oleh pihak lain.
B. Jenis- jenis factoring
Dari segi pemberitahuan customer
1. Diosclosed Factoring
2. Undiosclosed Factoring

Dari segi keterlibatan klien


1. Recourse factoring
2. Without recourse factoring
Dari segi tempat kedudukan para pihak
1. Domestic factoring
2. International factoring
Dari segi banyaknya piutang yang dialihkan
1. Facultative factoring
2. Whole turnover factoring
Dari segi sarana pengalihan
1. Factoring dengan account receivables
2. Factoring dengan promissory notes
Dari segi servis yang diberikan
1. Maturity factoring
2. Financial factoring
Dilihat dari bentuk khusus
1. Bulk factoring
2. Agency factoring
C. Hubungan hukum dalam factoring
1. Dalam factoring InternasionalDalam suatu factoring internasional pihak perusahaan factor
yang terlibat terdiri dari dua pihak, yaitu okspor factor yang berkedudukan di negara pihak
pengekspor dan impor factor, yang berada di negara pengimpor. Sehingga keseluruhan
pihak yang terlibat menjadi empat pihak yaitu klien, ekspor factor, customer dan impor
factor.
2. Dalam factoring chain antar negaraApabila perusahaan factor domestik ingin berbisnis
secara internasional, maka perusahaan factor domestik haruslah masuk menjadi anggota
salah satu factoring chain antar negara, sehingga perusahaan factor tersebut tinggal
mengontak perusahaan factor di negara mana customernya berada, yang juga sama-sama
bernaung dibawah organisasi yang sama mengenai factoring internasional.
D. Kelebihan dan kelemahan pembiayaan factoring
Kelebihan pembiayaan factoring

1. Dapat menurunkan biaya produksi


2. Membantu peningkatan sumber kredit
3. Meningkatkan daya saing dari dunia usaha
4. Dengan cepatnya mendapatkan instant cash, maka factoring dapat membantu peningkatan
perolehan laba dari dunia usaha
5. Pengambilalihan resiko kerugian dunia usaha jika ternyata tagihan tidak bisa dicairkan
6. Membantu akselerasi proses perputaran roda perekonomian
Kelemahan pembiayaan factoring
1. Pemborosan biaya, banyak terlibatnya pihak lain
2. Menurunkan reputasi
3. Bisnis rentan resiko
4. Kurang profesional
1.1.3

Hybrid Financial Instrument


Insturment keuangan hybrid merupakan investasi yang memadukan chearacteristics baik
ekuitas dan utang pasar (saham dan obligasi). Bentuk yang paling umum dari insturment
hybrid adalah obligasi konversi.
Hal yang penting untuk menunjukkan ketika berhadapan dengan efek hibrida adalah
sangat sulit untuk nilai accuratly, dan misreresentation ini sering tercermin dalam nilai
pasarnya. Hal ini membuat banyak peluang untuk situasi arbitrase, di mana securtiy dapat
dibeli kemudian immediatly dijual untuk keuntungan simultan.
Jenis-jenis instrument keuangan hibrida
A. SAHAM PREFEREN
Saham preferen adalan suatu campuran yang mirip dengan obligasi dan saham
biasa.Para akuntan mengklasifikasikan saham preferen sebagai ekuitas.
Meskipun tidak dibayarkannya dividen saham preferen tidak akan membuat bangkrut
sebuah perusahaan, perusahaan menerbitkan saham preferen dengan tidak berarti
memberikan kendali atas perusahaan kepada para pemegang saham preferen, kegagalan
untuk membayarkan dividen saham preferen akan menghalangi dibayarkan dividen
saham biasa. Tambahan lagi, melawatkan pembayaran dividen menjadikan memperoleh

modal melalui penjualan obligasi sulit untuk dilakukan, dan hampir mustahil untuk
menjual lebih banyak saham preferen atau saham biasa.Akan tetapi, memiliki saham
preferen yang masih beredar memang dapat memberikan kesembatan bagi sebuah
perusahaan untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya.
Investor saham preferen lebih beresiko dari pada obligasi karena:
1. Klaim para pemegang saham preferen berada dibawah klaim para pemegang obligasi pada
saat terjadi likuidasi
2. Pemegang obligasi kemungkinan besar akan tetapi terus menerima pendapatan selama
masa-masa sulit dibandingkan dengna pemegang saham preferen.
Beberapa saham preferen memiliki ciri-ciri yang mirip dengan obligasi perpetual
dalam hal tidak ada tanggal jatuh tempo, tetapi kebanyakan emisi baru telah memiliki
tanggal jatuh tempo tertentu.
Para emiten, saham preferen memiliki kerugian pajak secara relatif terhadap utang
beban beban bunga dapat menjadipengurang pajak, tetapi dividen saham preferen tidak.
Meskipun begitu, perusahaan yang dikenakan tarif pajak yang rendah mungkin akan
memiliki insentif untuk menerbitkan saham preferen yang dapat dibeli oleh para investor
perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi, yang akan dapat mengambil keuntungan dari
pengecualian 70 persen dividen. Jika sebuah perusahaan memiliki tarif pajak yang lebih
rendah dari calon pembeli perusahaan, perusahaan tersebut mungkin lebih baik
menerbitkan saham preferen dari pada uang.Kuncinya di sini adalah bahwa keuntungan
pajak dari perusahaan dengan tarif pajak tinggi adalah lebih besar dari kerugian pajak
yang di tanggung oleh emiten dengan tarif pajak rendah.
Jenis saham preferen
1. Saham Preferen dengan Tingkat Bunga yang Dapat Disesuaikan
Sebagai ganti dari membayarkan dividen dalam jumlah tetap, dividen dari saham
preferen dengan tingkat bunga yang dapat disesuaikan (adjustable rate preferred stock
ARP) dikaitkan dengan tingkat suku bunga dari sekuritas pemerintah. ARP, yang
terutama diterbitkan oleh perusahaan fasilitas umum dan bank komersial besar, dipujipuji sebagai investasi perusahaan jangka pendek yang hampir sempurna karena (1)
hanya 30 persen dari dividen yang dapat dikenakan pajak bagi perusahaan, dan (2) fitur

10

tingkat bunga mengambang yang dimiliki saham ini seharusnya akan tetap menjaga
emisi diperdagangkan mendapatkan nilai pari. Sekuritas baru ini terbukti sangat
popular sebagai jangka pendek bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki dana
menganggur sehingga rekasa dana yang hanya dirancang ;untuk berinvestasi disekuritas
ini muncul seperti jamur di musim hujan (saham atas dana tersebut, pada akhirnya,
akan dibeli oleh perusahaan-perusahaan). Akan tetapi, ARP masih memiliki volatilitas
harga akibat (1) adanya perubahan-perubahan pada tingkat risiko dari emiten (beberapa
bank-bank besar yang menertibkan ARP, seperti Continental Illinouis, menghadapi
masalah kredit macet yang serius) dan (2) adanya fakta bahwa imbal hasil pemerintah
mengalami fluktuasi di antara tanggal-tanggal penyesuaian tariff dividen. Jadi, ARP
memiliki cukup banyak ketidakstabilan harga untuk dapat dimiliki dalam portofolio
aktiva yang likuid dari kebanyakan investor perusahaan.
2. Saham Preferen Lelang Pesar
Pada tahun 1984, para bankir investasi memperkenalkan saham preferen pasar uang,
atau leleng pasar (money market / market auction preferred). Di sini penjamin akan
melakukan lelang atas emisi setiap tujuh minggu sekali ( untuk mendapatkan
pengecualian 70 persen dari penghasilan kena pajak, para pembeli harus memiliki
saham paling tidak selama 46 hari), para pemilik yang ingin menjual saham mereka
dapat menempatkannya untuk dilelang pada nilai pari. Para pembeli kemudian
memberikan penawaran mereka dalam bentuk imbal hasil yang bersedia mereka terima
selama jangka waktu tujuh minggu ke depan. Imbal hasil yang ditentukan untuk emisi
periode berikutnya adalah imbal hasil terendah yang cukup untuk menjual seluruh
saham yang ditawari pada lelang hari itu. Pembeli akanmembayarkan sebesar nilai pari
kepada penjual; sehingga para pemegang saham dapat yakin bahwa saham mereka
dapat dijual pada nilai parinya. Penjual kemudian harus membayarkan dividen selama
jangka waktu tujuh minggu kedepan seperti yang telah ditetapkan oleh lelang.Dari
sudut pandang pemegang saham, saham preferen melalui lelang pasar adalah sekuiritas
dengan masa tujuh minggu berisiko rendah, hampir tidak kena pajak yang dapat dijual
di antara tanggal-tanggal lelang mendekati nilai parinay.Akan tetapi, jika tidak ada
cukup banyak pembeli yang menyamai penjual (meskipun dengan imbal hasil yang
tinggi), maka lelang berarti gagal, seperti yang sesekali yang pernah terjadi.

11

Keuntungan dan kerugian saham preferen


a. Berikut adalah keuntungan-keuntungan utama dilihat dari sudut pandang emiten saham :
1) Berbeda dengan obligasi, kewajiban untuk membayarkan diveden proferen bukanlah
hal yang tercantum pada kontrak, dan melewatkan pembayaran dividen saham
preferen tidak dapat memaksa perusahaan dinyatakan bangkrut.
2) Dengan menerbitkan saham preferen, perusahaan terhindar dari dilusi ekuitas biasa
yang terjadi ketika saham bisa dijual.
3) Karena saham preferen terkadang tidak memiliki waktu jatuh tempo, dan karena
pembayaran dana pelunasan saham preferen. Jika ada, umumnya disebar dalam
jangka waktu yang cukup panjang, emisi saham preferen akan mengurangi
pengeluaran arus kas akibat pelunasan kembali pokok yang terjadi pada emisi
utang.
b.

Terdapat dua kerugian penting:


1)

Dividen saham preferen bukanlah pengurang pajak bagi emiten saham, sehingga
biaya saham preferen setelah pajak umumnya menjadi lebih tinggi daripada biaya
utang setelah pajak. Akan tetapi. Keuntungan pajak saham preferen bagi pembeli
dari kalangan perusahaan akan menurunkan biaya setelah pajaknya dan berarti juga
biaya efektifnya.

2)

Meskipun dividen saham preferen dapat dilewatkan, investor berharap dividen


tersebut dapat dibayarkan, dan perusahaan bermaksud untuk membayarkannya jika
kondisi mengizinkan. Jadi, dividen saham preferen dapat dianggap sebagai biaya
tetap. Oleh karenanya, penggunaan dividen tersebut, seperti dalam utang, akan
meningkatkan risiko keuangan dan akibatnya biaya ekuitas biasa.

B. Warran
Waran adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah tertentu saham perusahaan pada harga dan selama
jangka waktu tertentu. Waran didistribusikan dengan utang, dan digunakan untuk merangsang
investor membeli utang jangka panjang dengan tingkat kupon yang lebih rendah daripada
seharusnya. Waran adalah opsi beli jangka panjang yang memiliki nilai dimana pemegangnya
dapat membeli saham biasa perusahaan pada harga pelaksanaan tanpa melihat berapapun
kenaikan harga pasarnya.

12

1. Harga Pasar Perdana Obligasi dengan Waran


Harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan waran = nilai utang biasa dari obligasi +
pengeluaran. Masalah utama dalam menentukan syarat-syarat obligasi dengan waran adalah
menilai waran. Terdapat satu perbedaan penting di antara opsi beli dan waran. Ketika opsi
beli dilaksanakan, saham yang diberikan kepada pemegang opsi akan berasal dari pasar
sekunder, tetapi ketika waran dilaksanakan, saham yang diberikan kepada pemegang waran
adalah saham yang baru diterbitkan.
Memberikan penilaian yang tepat atas waran adalah suatu hal yang penting. Jika untuk emisi
yang menggunakan harga awal, nilai yang diberikan kepada waran lebih besar dari nilai
pasarnya yang sebenarnya, maka tingkat kupon obligasi akan ditentukan terlalu rendah,
sehingga menyebabkan menjual paket obligasi dengan waran menggunakan nilai pari
menjadi sesuatu hal yang mustahil untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai waran dinilai
terlalu rendah maka tingkat kupon akan ditentukan terlalu tinggi. Hal ini artinya niali
obligasi dengan waran yang sebenarnya akan lebih besar dari harga emisi.
2. Penggunaan Waran dalam Pendanaan
Waran umumnya dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan kecil yang tumbuh dengan
cepat sebagai pemanis ketika perusahaan-perusahaan tersebut menjual utang atau saham
preferen. Perusahaan seperti itu seringkali dipandang oleh investor sebagai investasi yang
sangan beresiko sehingga obligasi meeka dapat dijual hanya jika memberikan tingkat kupon
yang sangat tinggi dan dengan ketentuan perwaliamanatan yang sangat ketat.
Hampir seluruh waran saat ini dapat dilepaskan. Jadi, setelah suatu obligasi dengan waran
terjual, waran tersebut dapat dilepaskan dan diperdagangkan secara terpisah dari obligasi.
Harga pelaksanaan waran umumnya ditentukan sekitar 20 30 % di atas harga pasar saham
pada tanggal obligasi tersebut diterbitkan. Jika perusahaan mengalami pertumbuhan dan
maju, dan jika harga saham naik di atas harga pelaksanaan dimana saham dapat dibeli, para
pemegang waran dapat melaksanakan waran mereka dan membeli saham pada harga yang
telah ditentukan. Akan tetapi, tanpa insentif waran tidak akan pernah dilaksanakan sebelum
jatuh tempo nilainya di pasar tebuka akan jauh lebih tinggi daripada nilai jika
dilaksanakan, sehingga pemegangnya akan lebih menjual waran daripada melaksanakan
waran.

13

Terdapat 3 kondisi yang akan mendorong pemegang waran melaksanakan waran:


a. Pemegang waran pasti akan melaksanakan dan membeli saham jika waran segera
kadaluarsa dan harga pasar saham di atas harga pelaksanaan
b. Pemegang waran akan melaksanakan waran secara sukarela jika perusahaan menaikan
dividen yang diberikan atas pemegang saham dalam jumlah yang memadai
c. Waran kadangkala memiliki harga pelaksanaan yang dinaikkan, yang akan mendorong
pemegang waran melaksanakannya
Salah satu fitur waran yang menarik adalah bahwa waran pada umumnya akan menarik dana
hanya jika dana tersebut dibutuhkan.
3. Pengaruh Kekayaan dan Dilusi Akibat Waran
Perpindahan kekayaan itu merugikan para pemegang saham awal. Karena nilai pemegang
saham awal sudah jelas akan lebih baik jika tidak ada waran. Akan tetapi, bisa juga tidak
merugikan pemegang saham awal karena mereka memang pada akhirnya mengharapkan
terjadi perpindahan dan menerima kompensasi secara adil dengan turunnya pembayaran
kupon.

4. Komponen Biaya dari Obligasi dengan Waran


Ekspektasi tingkat pengembalian investor adalah biaya sebelum pajak perusahaan, hal ini
berlaku bagi saham biasa, obligasi biasa, dan saham preferen dan berlaku pula pada
obligasi yang dijual dnegan waran.
5. Masalah dalam Emisi Waran
Meskipun waran dibeli dengan investor dengan harapan akan menerima total
pengembalian yang sepadan dengan tingkat resiko secara keseluruhan dari paket sekuritas
yang dibeli, kenyataan kadang tidak terjadi seperti yang diharapkan.
C. Konvertibel
Sekuritas konvertibel ialah sebuah sekuritas yang biasanya berupa obligasi atau saham
preferen, yang dapat ditukarkan (konversi) pada opsi pemegangnya dengan saham biasa dari

14

perusahaan yang menerbitkan. Berbeda dengan waran yang akan memberikan tambahan dana
bagi perusahaan, konversi ini tidak menghasilkan modal didalam neraca, utang atau saham
preferen, ini hanya digantikan oleh saham biasa. Menurunkan jumlah utang atau saham preferen
akan memperbaiki kekuatan keuangan perusahaan dan menjadikannya lebih mudah memperoleh
tambahan modal.
1. Penggunaan Konvertibel Dalam Pendanaan
Konvertibel memiliki keunggulan penting jika dilihat dari sudut pandang emiten:
a. Konvertibel, seperti obligasi dengan waran, menawarkan kesempatan bagi perusahaan
untuk menjual utang dengan tingkat bunga yang rendah dengan sebagai gantinya
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi didalam keberhasilan perusahaan jika
perusahaan memang melakukannya dengan baik
b. Secara tidak langsung, konvertibel memberikan jalan untuk menjual saham biasa pada
harga yang lebih tinggi daripada harga yang saat ini berlaku.
Konvertibel juga memiliki kerugian penting jika dilihat dari sudut pandang emiten:
a.

Meskipun penggunaan obligasi konvertibel dapat memberikan kesempatan bagi


perusahaan untuk menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga
penjualan sekarang, jika harga saham mengalami kenaikan yang sangat tinggi,
perusahaan mungkin akan menyadari bahwa lebih baik jiga digunakan utang biasa
walaupun biayanya lebih tinggi dan kemudian menjual saham biasa lalu melunasi
utangnya

b. Konvertibel umumnya memiliki kupon tingkat bunga yang rendah, dan keuntungan
biaya yang rendah ini akan hilang ketika terjadi konversi
c.

Jika perusahaan sebenarnya ingin menaikkan ekuitas modal, dan jika harga saham tidak
mengalami kenaikkan yang cukup tinggi setelah obligasi diterbitkan, maka perusahaan
tetap akan harus menanggung utangnya

2. Konvertibel dan Biaya Keagenan


Salah satu potensi masalah keagenan antara pemegang obligasi dan pemegang saham
adalah subtitusi aktiva. Pemegang saham memiliki keinginan untuk tetap melaksanakan
proyek-proyek yang mendatangkan keuntungan tinggi meskipun proyek itu juga akan
meningkatkan tingkat risiko perusahaan, hal ini memicu terjadinya perpindahaan
kekayaan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Tetapi ketika utang

15

konvertibel diterbitkan, tindakan yang akan menaikkan tingkat risiko perusahaan


kemungkinan juga akan menaikkan nilai utang konvertibelnya. Sehingga keuntungan
pemegang saham harus dibagi dengan pemegang obligasi konvertibel. Dikarenakan
pembagian keuntungan ini maka akan menurunkan biaya keagenan.
3. Perbandingan Akhir Antara Waran dan Konvertibel
Perbedaan antara utang dengan waran dan utang konvertibel
a. Pelaksanaan waran akan membawa modal ekuitas baru masuk, sedangkan konversi
dari konvertibel hanya akan mengakibatkan terjadinya perpindahan secara akuntansi
b. Berhubungan dengan fleksibilitas, kebanyakan emisi konvertibel mengandung suatu
ketentuan pembelian kembali yang memungkinkan emiten melunasi kembali
utangnya atau memaksa terjadinya konversi, tergantung pada hubungan diantara nilai
konversi dan harga pembelian kembali. Sedangkan sebagian besar waran tidak dapat
dibeli kembali sehingga perusahaan harus menunggu hingga saat jatuh tempo bagi
waran untuk menghasilkan ekuitas modal baru
Waran biasanya memiliki waktu jatuh tempo yang lebih singkat daripada konvertibel dan
waran biasanya kadaluwarsa sebelum utang yang menyertainya jatuh tempo. Waran
memberikan saham biasa dimasa depan yang lebih sedikit daripada konvertibel. Dalam
konvertibel, seluruh utang akan dikonversi menjadi saham biasa sedangkan ketika waran
dilaksanakan masih tetap akan ada utang yang masih harus dilunasi oleh perusahaan.
Fakta ini menunjukkan perusahaan yang menerbitkan utang plus waran sebenarnya lebih
tertarik untuk menjual utang daripada menjual ekuitas.
Biasanya perusahaan yang menerbitkan utang dengan waran adalah perusahaan yang
lebih kecil dan lebih berisiko daripada perusahaan yang menerbitkan konvertibel. Sulit
bagi calon pemberi pinjaman untuk menilai tingkat risiko dari perusahaan tersebut, dan
tentunya akan mengalami kesusahan ketika menentukan suatu tingkat suku bunga yang
wajar. Hal ini membuat investor enggan menempatkan investasinya sehingga perusahaan
perlu menentukan tingkat suku bunga tinggi untuk menarik modal utang.
Akhirnya terdapat satu perbedaan yang signifikan pada biaya emisinya. Obligasi dengan
waran umumnya membutuhkan biaya emisi sekitar 1,2 persen lebih tinggi daripada biaya
emisi konvertibel. Umumnya pendanaan obligasi dengan waran dikenakan biaya
penjaminan yang jumlahnya mendekati rata-rata tertimbang biaya yang terkait dengan

16

emisi utang dan ekuitas, sedangkan biaya penjaminan untuk konvertibel secara
substansial lebih rendah jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai