Anda di halaman 1dari 5

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka

meneguhkan pendiriannya (beristiqamah), maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga , mereka kekal di
dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.(QS al-Ahqaaf: 13-14)
Dari Abu Amroh Sufyan bin Abdillah ra berkata ; Ya Rasulallah,katakan kepadaku
satu kata saja yang aku tidak akan bertanya kepada siapapun selain engkau ! Jawab Rasul
SAW : Katakan , aku beriman kepada Allah,lalu istiqomahlah. ( HR.Muslim ).
Sebagai bentuk penghambaan manusia pada Rabbnya, seorang hamba beriman,
bertaqwa, beribadah siang malam kepada-Nya. Ibadah memerlukan istiqamah. Begitu juga
dalam hal ketaqwaan kita, bentuk nya adalah Keteguhan hati dalam mengikuti petunjuk yang
dengan jelas telah ditetapkan dalam al-Quran dan al-Hadits, tanpa menambah atau
mengurangi sedikit pun.
Berbicara istiqomah, istiqomah jangan diartikan istri tiga kok malah nambah.
Istiqamah berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser. Menurut Al Qusairi:
istiqamah adalah suatu peringkat yang menjadikan sempurna berbagai perkara. Bersikap
istiqamah dalam keimanan tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Padahal iman bukan
sekadar angan-angan, imajinasi atau khayalan. Ia adalah keyakinan yang harus tertanam
kokoh dalam jiwa dan diwujudkan dalam perbuatan nyata. Sama halnya juga istiqomah
dalam beribadah dan ketaqwaan, seorang muslim yang baik harus beristiqamah dengan benar.
Dalam artian, istiqomah seorang muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan
akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi
gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami
futur atau bahasa anak sekarang galau alay. Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh
godaan dalam mengemban misi amanah hidup yang dibawanya, meskipun dalam hidup
mengalami beberapa perubahan tahapan yang berbeda.
Karena begitu pentingnya sifat istiqamah itu kita miliki, meka setiap kita harus
berusaha untuk menumbuhkannya ke dalam jiwa kita masing-masing. Bila kita simak hadist
Rasulullah di awal pembahasan, terdapat sesuatu dari singkatnya jawaban Rasulullah saw,
tetapi justru itu kita dapat menangkap suatu isyarat bahwa untuk menjadi Muslim sejati
cukup dengan memenuhi dua syarat, yaitu: beriman kepada Allah dan bersikap istiqamah
dalam keimanannya tersebut. Salah satu pertanyaan kritis terkait dengan kehidupan masa kini
adalah bagaimana melahirkan aktivis dakwah yang selalu terjaga keistiqomahannya ?. Karena
memahami hakikat dan tabiat isiqomah, tidak serta merta begitu saja kita dapatkan.
Kenyataannya remaja kini lebih tertarik untuk melakukan hal-hal baru yang tidak breguna
untuk kehidupannya malah menghancurkan hidupnya. Masa remaja hingga dewasa sekarang
ini dihadapkan kepada kondisi duniawi yang mudah melalaikan siapa dan untuk apa kita
hidup. Mereka para remaja membutuhkan keimanan dan keistiqomahan yang luar biasa atas
godaan dan cobaan yang diberikan kepada mereka. Apalagi seorang aktivis dakwah,
istiqomah seorang aktivis dakwah itu dilahirkan bukan dibuat-buat, apalagi itu bersangkutan
dengan ummat, jadi untuk mendapatkan suatu tingkatan tertinggi dari istiqomah itu sendiri
haruslah kita tanamkan dan biasakan dari masa-masa kita dapat dengan mudah
memahaminya, yakni masa ketika kita kecil hingga remaja. Karena pada masa-masa inilah
mereka masih dalam ruang lingkup bimbingan, baik orang tua, guru maupun orang yang
dihormatinya. Disinilah calon-calon aktivis dakwah dengan izin Allah akan dilahirkan dan
juga perlunya pembimbing yang bertugas menanamkan hakikat akqidah dan ketetapan dalam
berdakwah lalu memahami bagaimana istiqomah berdakwah itu. Dengan memahami hakikat
istiqomah, dan berbagai keutamaannya, seorang aktivis akan termotivasi untuk senantiasa
berpartisipasi dan berkontribusi aktif di jalan dakwah. Dan berantusias untuk terus
menjalankan amalan-amalan yang utama. Segala waktu, tenaga, dan potensi yang dimiliki

semuanya dikerahkan untuk dakwah, dan segala peluang dan kesempatan dakwah segera
disambutnya.

Tabiat jalan dakwah seorang aktivis adalah jalan yang sukar, menanjak dan penuh duri. Penuh
berbagai ujian dan cobaan. Tirmidzi dan Imam lainnya meriwayatkan dari hadits Saad bin
Abi Waqqash, aku bertanya "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat
cobaannya ?" Nabi menjawab, "Para Nabi, kemudian orang-orang yang derajatnya di bawah
mereka dan seterusnya." Dan ibtila merupakan salah satu sunnatullah yang harus dihadapi
manusia, terutama para aktivis dakwah. Begitu mereka membenarkan yang haq, dan
menyatakan komitmen untuk menegakkan yang haq dan menyeru untuk itu, Allah akan
menuntut bukti atas kebenaran ucapan itu.
Ikhlas
Menjadi seorang aktivis harus ikhlas. Seperti yang di ucapkan oleh Dr. Supriyanto
Pasir S.Ag,. M.Ag Biarlah lelah dalam berdakwah, yakinlah Alah akan menyertai dengan
balasan pahala disisi-Nya. Dan diantara tanda-tanda ikhlas adalah : fokus untuk menggapai
ridha Allah dan kesabaran dalam menempuh suatu proses yang panjang. Seorang aktivis
dakwah harus tekun menempuh lamanya suatu proses, lika-liku menuju suatu hasil akhir, dan
tibanya kesuksesan di menit-menit terakhir, dan kepenatan beraktivitas di tengah-tengah
berbagai manusia yang memiliki berbagai perasaan dan kecenderungan - dengan
mengalahkan sifat-sifat malas, menunda-nuda, lari dari tugas (tafallut), atau berhenti
(tawaqquf) di tengah jalan. Seorang aktivis tidak sekedar bekerja untuk meraih kesuksesan
atau mencapai kemenangan - lebih dari itu adalah untuk mencari keridhaan Allah.
Imam Ahmad pernah ditanya, "Kapan seorang hamba dapat istirahat ?" Beliau menjawab
"Ketika awal kaki menginjak surga." Seorang ulama shalih berkata, "Selama diniatkan untuk
Allah semuanya akan terus berlangsung dan berkelanjutan. Begitu juga apa saja yang
diniatkan bukan untuk Allah akan terhenti dan terputus.
Faktor ikhlas inilah yang membuat amal seorang mukhlis bisa konsisten, sedangkan hasil
akhirnya dia serahkan sepenuhnya kepada Allah. Allah tidak bertanya kepada hamba-Nya di
akhirat: "Mengapa engkau tidak berhasil ?" Akan tetapi beliau akan bertanya, "Mengapa
engkau belum berupaya dengan sungguh-sungguh?". Allah tidak bertanya "Mengapa engkau
tidak sukses?" Akan tetapi Alah akan mempertanyakan "Mengapa engkau tidak beramal ?"
Beramal dan mujahadah meraih istiqamah
Tidak dapat disangkal untuk mencapai istiqamah yang sempurna sangat sulit, dan pasti
terdapat berbagi kekurangan. Sangat susah bersyukur diatas kekurangan. Bersyukur dalam
kondisi yang serba kekurangan, hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki tekad, khususnya yang memang sejak awal memiliki niat yang sungguh-sungguh.
Meski demikian, dengan kesungguhan (ijtihad), segenap kemampuan (muhawalah),
konsistensi dan kesabaran, dan di sisi lain dengan pertolongan Allah, akan menjadi mudah
untuk dilalui. Dan kalaupun tidak dicapai secara sempurna, yang penting adalah usaha yang
sangat sungguh-sungguh untuk selalu mewujudkannya dan mendekati kondisi istiqamah
tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadits
Allah sudah berjanji kepada orang-orang yang mujahadah dengan petunjuk yang Dia
berikan dalam menemukan dan menyinari jalan dakwah.

Bergaul bersama orang-orang yang istiqamah


Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling
dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Salah satu pesan dari Salman r.a:
"Perumpamaan dua orang mukmin yang bersahabat adalah seperti dua tangan yang saling
membasuh satu sama lain. Tidak sekalipun mereka berdua bertemu, kecuali Allah akan
menetapkan bahwa salah satu diantaranya akan memberikan kebaikan bagi kawannya."
Karenanya, seorang aktivis dakwah harus bersama jamaah. Jalinlah kebersamaan dengan
sesama karena Allah, ikatkan tangan anda dengan tangan mereka, belajarlah dari
mereka,saling tolong menolong dengan mereka dalam kebaikan dan ketakwaan, saling
menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Hadirilah halaqah-halaqah mereka,
majlis-majlis ruhiah mereka, dan barisan-barisan dakwah mereka.
Berdoa memohon pertolongan Allah
Jalan yang juga paling penting dalam menwujudkan sikap istiqamah adalah memohon
pertolongan Allah dalam segala urusan dan kondisi, karena hanya kepada Allah semua urusan
kelak akan dikembalikan. Doa adalah senjata umat Islam.

Guna menjelaskan hakikat istiqamah, Ibnu Rajab al-Hambali mengajukan definisi, Berjalan
di atas jalan kebenaran yang lurus tanpa menyimpang sedikit pun, dan menjalankan syariat
Islam sesuai dengan manhaj Rasulullah saw dalam melakukan perintah dan meninggalkan
larangan-Nya.

Imam Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah saw, Amal yang paling disukai Allah Taala
adalah amal yang dikerjakan terus menerus walaupun jumlahnya sedikit, Karena itu,
istiqamah bukan sekadar kebajikan tambahan atau pelengkap, melainkan sebuah keharusan
dalam kehidupan manusia, sebagai individu maupun masyarakat.
Umumnya orang memahami keimanan kepada Allah cukup dengan mempercayai dan
mengakui eksistensi Allah dengan segenap ke-rububiyahan-Nya.
Allah sangat menghargai dan memuji orang-orang yang mampu mempertahankan sikap
istiqamah. Merekalah yang berani menegakkan kebenaran dan tidak takut dengan
konsekuensi keimanan. Bahkan tidak akan menyesal bila risiko betul-betul menimpa dirinya
sebagai kaum Mukminin.

Anda mungkin juga menyukai