Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Mikroba
Mikroba merupakan kelompok yang paling tinggi keragamannya di
bumi ini. Namun sering kali diabaikan karena pengalaman yang buruk
tentang mikroba selama ini. Padahal tanpa disadari mikroba melakukan
banyak hal berguna bagi hidup, seperti keterlibatannya dalam siklus
biogeokimia, penyedia senyawa tertentu di atmosfer dan tanah. Salah satu
nilai penting dari mikroba adalah kemampuannya menghasilkan metabolit
sekunder seperti antimikroba. Banyak teknik yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi anggota mikroba yang memproduksi metabolit yang bernilai
ini. Dewasa ini pencarian mikroba dengan kemampuan menghasilkan
asam amino, antimikroba (antibiotik), dan metabolit-metabolit lainnya
gencar dilakukan (Meyers et al. 1968).
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri
dari bakteri, fungi dan virus (Waluyo, 2009). Bakteri merupakan mikroba
prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 m, berbentuk
elips, bola, batang atau spiral (Pelczar dan Chan, 2005). Menurut Gandjar
(2006), fungi adalah organisme eukariotik, bersifat heterotrof, dinding
selnya mengandung kitin, tidak berfotosintesis, mensekresikan enzim
ekstraseluler ke lingkungan dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi.
Berdasarkan penampakannya, fungi dikelompokkan ke dalam kapang
(mold), khamir (yeast), dan cendawan (mushroom). Cendawan merupakan
fungi yang berukuran makroskopis, sedangkan kapang dan yeast adalah
fungi yang berukuran mikroskopis. Menurut Rachmawan (2001), rata-rata
sel kapang berukuran 1-5 x 5-30 m dan yeast berukuran 1-5 x 1-10 m.
Kapang adalah fungi multiseluler berfilamen dengan susunan hifa yang
menyerupai benang (Brock et al., 2006). Yeast merupakan fungi uniselular.
Pada yeast tertentu yang bersifat patogenik seperti Candida sp., mengalami
dua fase (dimorfisme) dalam siklus hidupnya, yaitu fase yeast (membentuk

sel tunggal) dan fase miselium untuk penetrasi ke jaringan inangnya


(Bambang, 2009).
Selain berinteraksi intraspesies, mikroba tersebut juga berinteraksi
secara interspesies dengan manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam
interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat
menguntungkan dan merugikan. Contohnya bakteri patogen Escherichia
coli dan kelompok bakteri Coliform dapat menyebabkan diare, kolera, dan
penyakit saluran pencernaan lainnya (Waluyo, 2009). Kapang dan khamir
menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan
menginfeksi permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut (mikosis
superfisial), serta menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran
darah (mikosis sistemik) (Gandjar, 2006).
Salah satu upaya untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan
menggunakan mikroba lain yang mempunyai sifat antagonis (antimikroba)
sebagai pengganggu atau penghambat metabolisme mikroba lainnya.
Mikroba antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat
menghasilkan

senyawa

antimikroba.

Senyawa

antimikroba

yang

dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder


yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan (Schlegel, 1993), tetapi
untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan mikroba lain dalam
mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain (Baker dan
Cook, 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai
antibakteri atau antifungi (Pelczar dan Chan, 2005). Beberapa senyawa
antimikroba adalah fenol, formaldehida, (Dwidjoseputro, 2003), antibiotik,
asam, dan toksin (Verma et al., 2007).

2. Metode Analisis Mikrobiologi


a. Metode Analisis Kualitatif
Metode analisis kualitatif merupakan metode analisis yang
responnya berupa presence atau absence (ada atau tidak ada) yang
dideteksi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sejumlah
sampel.

b. Metode Analisis Kuantitatif


Metode analisis kuantitatif merupakan metode analisis yang
responnya berupa jumlah dari analit, baik yang diukur secara langsung
(misalnya : enumerasi mikroba) maupun secara tidak langsung (misalnya :
nilai absorbans, intensitas warna, impedansi, dan lain lain) terhadap
sejumlah sampel.
3. Uji Batas Mikroba
Uji Batas Mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah
mikroba aerob viabel di dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari
bahan baku hingga sediaan jadi, untuk mengyatakan perbekalan farmasi
tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Otomatisasi dapat digunakan
sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan ketentuan bahwa cara
tersebut sudah divalidasi sedemikian rupa hingga menunjukkan hasil yang
sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan melaksanakan pengujian,
specimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak dinyatakan lain, jika
disebut inkubasi, maka yang dimaksud adalah menempatkan wadah di
dalam ruangan terkendali secara termostatik pada suhu 30 dan 35 selama
24 jam sampai 48 jam. Istilah tumbuh ditunjukan untuk pengertian
adanya dan kemungkinan adanya perkembangan mikrona viable
(Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. )
4. Perhitungan Jumlah Mikroba
Menurut Jutono, dkk (1980) ada 2 cara perhitungan jumlah
mikrobia yaitu perhitungan secara langsung (direct method) dan secara
tidak lengsung (indirect method).
1. Perhitungan secara langsung
Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk
menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang
hidup. Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

a.

Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikrospis


Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas
benda, suspensi bahan atau biakan mikrobia yang telah diketahui
vulumenya diratakan di atas gelas benda pada suatu luas tertentu
setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel tiap petak
atau tiap bidang pemandangan mikroskop. Luas bidang pemandangan
mikroskop dihitung dengan mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah
mikrobia yang terdapat pada gelas benda seluruhnya dapat dihitung,
sehingga dapat diperoleh jumlah mikrobia tiap cc bahan atau cairan
yang diperiksa (Jutono dkk, 1980).

b.

Menggunakan filter membrane (miliphore filter)


Suspensi bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu
kemudian disaring dengan filter membrane yang telah disterilkan
terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah sel rata-rata tiap kesatuan
luas pada filter membran dapat dihitung jumlah sel dari volume
suspensi yang disaring (Jutono dkk, 1980).
c. Menggunakan counting chamber
Perhitungan ini dapat menggunakan haemacytometer, PetroffHausser Bacteria Counter, dan alat-alat lainnya yang sejenis. Dasar
perhitungannya ialah dengan menempatkan 1 tetes suspensi bahan atau
biakan mikrobia pada alat tersebut, ditutup dengan gelas penutup
kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran sesuai besar
kecilnya mikrobia. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak
(ruangan) yang telah diketahui volumenya dan alat tersebut dapat
ditentukan jumlah sel mikrobia tiap cc (Jutono dkk, 1980). Perhitungan
jumlah organisme uniseluler dalam suspensi dapat ditentukan secara
mikroskopik dengan menghitung individu sel dalam volume yangs
angat kecil secara akurat. Seperti perhitungan yang biasanya dilakukan
dengan mikroskop khusus (slide) yang dikenal dengan counting

chamber. Counting chamber terdiri dari kotak-kotak teratur yang


telah diketahui areanya, yang disusun dari liquid film dimana telah
diketahui kedalamannya dan dapat dibedakan antara slide dan cover
slip. Akibatnya volume dari cairan yang dituangkan tiap kotak dengan
pasti volumenya dapat diketahui. Seperti perhitungan langsung yang
dikenal dengan total cell count merupakan perhitungan yang
meliputi sel hidup dan sel yang tidak hidup, sejak ini pada kasus
bacteria yang tidak dibedakan dengan pengamatan mikroskopik
(Stainer, 1986).
2. Perhitungan secara tidak langsung
Perhitungan mikrobia secara tidak langsung, dipakai untuk
menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun
yang hidup atau hanya menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja.
Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan
setelah suspensi bahan atau biakan mikrobia diencerkan beberapa kali
dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari
macamnya bahan dan sifat mikrobianya (Jutono dkk, 1991).
Ada beberapa cara perhitungan antara lain:
a. Menggunakan sentrifuge
Caranya ialah 10 cc biakan cair mikrobia disentrifuge dengan
menggunakan sentrifuge yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah
butir-butir darah. Kecapatan dan waktu sentrifugasi harus diperhatikan.
Setelah ditentukan volume mikrobia keseluruhan maka dapat dipakai
untuk menentukan jumlah sel-sel mikrobia tiap cc, yaitu dengan membagi
volume mikrobia keseluruhan dengan volume rata-rata tiap sel mikrobia
(Suriawiria, 1985).
b. Berdasarkan kekeruhan

Dasar penentuan cara ini ialah jika seberkas sinar dilakukan pada
suatu suspensi mikrobia maka makin pekat (keruh) suspensi tersebut,
makin besar intensitas sinar yang diabsorbsi sehingga intensitas sinar yang
diteruskan makin kecil (Jutono dkk, 1980). Untuk perhitungan jumlah
bakteri berdasarkan kekeruhan digunakan alat-alat seperti photoelectric
turbidimeter electrophotometer, spectrophotometer, nephelometer, dan
alat-alat lain yang sejenis. Alat-alat ini menggunakan sinar monokromatik
dengan panjang gelombang tertentu (Dwijoseputro, 1990).
c. Menggunakan perhitungan elektronik (electronic counter)
Alat ini dapat untuk menentukan beribu-ribu sel tiap detik secaa
tepat. Prinsip kerjanya alat ini adanya gangguan-gangguan pada aliran ionion yang bergerak diantara 2 elektroda. Penyumbatan sementara oleh sel
mikrobia pada pori sekat yang terdapat diantara kedua elektroda sehingga
terputusnya aliran listrik. Jumlah pemutusan aliran tiap satuan waktu
dihubungkan dengan kecepatan aliran cairan yang mengandung mikrobia
adalah ukuran jumlah mikrobia dalam cairan tersebut.
d. Berdasarkan analisa kimia
Cara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikrobia. Makin
banyak sel-sel mikrobia, makin besar hasil analisa kimianya secara
kuantitatif.
e. Berdasarkan berat kering
Terutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang,
misalnya dalam industri mikrobiologi. Kenaikkan berat kering suatu
mikrobia diiringi dengan kenaikkan sintesa dan volume sel-sel dapat
menentukan jumlah mikrobia
f. Menggunakan cara pengenceran

Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup


saja. Dasar perhitungannya ialah mengencerkan sejumlah volume tertentu
suatu suspensi bahan atau biakan mikrobia secara bertingkat.
g. Menggunakan cara Most Probable Number (MPN)
Metode ini dilakukan pengenceran dengan beberapa kali ulangan,
secara matematik hasilnya dapat untuk menentukan kemungkinan besar
jumlah mikrobia yang terdapat dalam suspense.
h. Berdasarkan jumlah koloni (Plate count)
Cara ini yang paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah
mikrobia. Dasarnya ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan
kelipatan 10 (Jutono dkk, 1980).
Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung.
Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada
yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish,
koloni tersebut dikenal sebagai spreader.
3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut
antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika
sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari
2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.
4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih
dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah.
Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah

mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan


menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif
rendah (Hadioetomo, 1990).
Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk
pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah
terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm
permukaan (Fardiaz, 1992). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah
sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit
sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada
satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia
maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir
inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Meyer E, Smith DA, Donovick R. 1968. Bioautographic technique for a
rapid survey of microbial populations for the production of antibiotics
and other metabolites. Appl Microbiol 16: 10-12.

Waluyo.2009. Akuntansi Pajak, Edisi 2, Cetakan Pertama, Salemba Empat,.


Jakarta.

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi


1, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan
Angka, S. L., UI Press, Jakarta.
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Baker KF & Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San.
Fransisco: Freeman and Company.
Schlegel, H.G. 1993. Mikrobiologi Umum. Edisi Ke-7. Cambridge University Press,
Cambridge.

Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan.


Jakarta
Fardiaz, S. 1992. Mikirobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D.,
Soesanto.

1980. Pedoman

Praktikum

Mikrobiologi

Umum.

Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.


Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek.
Gramedia.

Jakarta.

Stainer, R.Y. 1986. The Microbial World. Prentice Hall. Englewood


Cliffs.
Suriawiria,

New
U.

1985. Pengantar

Mikrobiologi

Jersey.
Umum.

Angkasa.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Penerbit
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai