Anda di halaman 1dari 9

BAB I

LATAR BELAKANG
Marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan
bersifat universal. Semua orang memiliki emosi marah. Emosi marah dinilai negatif
oleh masyarakat karena sifat destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan
tidak berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Orang
tidak jarang hilang akal saat marah.
Emosi marah adalah emosi yang paling sering muncul dalam pembicaraan
sehari-hari karena masyarakat umumnya mengidentikkan istilah emosi dengan marah.
Dalam perspektif psikologi, memendam amarah bsa menimbulkan kegoncangan
mental. Menarik untuk disimak bahwa ketika membahas emosi, para ahli tidak
memulainya dengan definisi yang lazim, pembahasan tentang emosi biasanya diawali
dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dirasakan, baik
dalam kesendirian maupun dalam keramaian.
Sesuai dengan fakta yang ada bahwa, pada hakikatnya setiap orang
mempunyai kadar kecerdasan dan kecenderungan emosi yang berbeda satu sama lain.
Karena mulai bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur pada malam harinya,
setiap orang mengalami berbagai pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi.
Ungkapan-ungkapan kesedihan, kemarahan, kecemasan dan sebagainya seringkali
muncul pada diri seseorang bergaris-lurus dengan pengalaman atau realitas kehidupan
yang ia hadapi. Dalam makalah ini penulis akan mencoba mengaitkan pandangan
islam dan psikologi kontemporer terhadap sikap marah.

A. RumusanMasalah
1. Apa Pengertian Budak Nafsu ?
2. Apa itu anatomi amarah?
3. Apa itu amarah membangun amarah?
4. Bagaimana meredakan amarah?

B. Maksud dan Tujuan


1

1.
2.
3.
4.

Untuk memahami pengertian Budak Nafsu.


Untuk memahami anatomi amarah.
Untuk memahami amarah membangun amarah.
Untuk memahami Bagaimana meredakan amarah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Budak nafsu.
Budak nafsu dalam kamus besar bahasa indonesia berarti hamba; Jongos;
orang gajian.1 Memang jika dilihat dari arti kata tersebut kata budak nafsu ini
mengacu pada manusia yang tidak memiliki kemampuan penguasaan diri. Penguasaan
diri disini adalah rendahnya kemampuan dalam menghadapi badai emosional dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan penguasaan diri ini sudah dijunjung tinggi sejak
zaman plato. Kata Yunani kuno untuk kemampuan ini adalah sophrosyne, yang
berarti hati-hati dan cerdas dalam menghadapi kehidupan diartikan oleh page Dubois.
Orang romawi dan gereja-gereja kristen kuno menyebutnya temperantia, atau kendali
diri, pengendalian tindakan emosional, yang berlebihan.2

1 http://kbbi.web.id/
2 Daniel goleman, Emotional intelegence-mengapa EQ lebih penting daripada IQ,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 77.
2

Sophrosyne atau dalam bahasa yunani disebut: sopbrosyne (kekuatan pikiran,


jiwa; moderasi, kebijaksanaan, pengendalian diri, tarak). Dipakai dalam filsafat
Yunani dengan berbagai macam arti: 3
a. Keadaan harmoni atau ketentraman yang dicapai bila kemampuankemampuan
rasional mengendalikan hasrathasrat dan emosiemosi seseorang. Sophrosyne tidak
dipikirkan hanya sebagai suatu keadaan tetapi juga sebagai kemampuan untuk
mencapai keadaan seperti itu.
b. Keadaan kepuasan hati yang dirasakan bila tercapai jalan tengah antara kesenangn
dan rasa sakit.
c. Kemampuan untuk mengetahui dan memilih hal yang baik dan untuk menghindari
kejahatan.
d. Kesederhanaan.
Kemampuan penguasaan diri ini dalam psikologi dinamakan kontrol diri,
diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam
proses kehidupannya dan bisa digunakan sebagai suatu intervensi yang preventif
selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari stressor-stressor
lingkungan. 4
Kemampuan penguasaan diri memang sangat penting dalam kehidupan
manusia tujuannya adalah mencapai keseimbangan emosi dalam kehidupan bukan
malah menghilangkan atau membiarkan emosi tanpa arah. Sebab emosi-emosi dalam
kehidupan mempunyai makna dan nilai yang membedakan manusia dengan makhluk
ciptaan Tuhan yang lainnya. Bayangkan jika manusia tanpa emosi atau kehidupan
tanpa nafsu bagaikan padang pasir netralitas yang datar dan membosankan, terputus
dan terkucil dari kekayaan itu sendiri.
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang
kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki
kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita.
Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali
3 http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-arti-sophrosyne/ Diakses tanggal
16 Oktober 2015, pukul 19.00 wib.
4 M. Nur Gufron & Rini Risnawita, Teori-teori psikologi, Arr Ruzz Media,
Yogyakarta, hlm. 21.
3

terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas,


melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan.5
Aristoteles menghendaki adalah emosi yang wajar, keselarasan antara perasaan
dan lingkungan. Apabila emosi terlampau ditekan, terciptalah kebosanan dan jarak,
bila emosi tidak dikendalikan, terlampau ekstrem dan terus menerus, emosi akan
menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang
meluap-luap, gangguan emosi yang berlebihan (mania).6
Menjaga emosi agar tetap seimbang adalah kunci kebahagiaan dan kesehatan
manusia. Emosi yang terlalu berlebihan dan intensitasnya terlampau lama bisa
mengganggu kestabilan kita. Tentu saja ini tidak lah berarti kita hanya boleh
merasakan satu jenis emosi saja. Betapa tak terbayangkan jika manusia hanya punya
satu emosi saja ibarat gambar yang hanya menampilkan satu warna saja. Emosi-emosi
dalam diri manusialah yang menghiasi dan membuat hidup manusia lebih berwarna
dan tidak membosankan.
Penderitaan maupun kebahagiaan adalah bumbu kehidupan. Tetapi keduanya
harus berjalan seimbang. Dalam kalkulus perasaan, rasio antara emosi positif dan
negatif-lah yang menentukan rasa sejahtera. Dalam suatu penelitian telah dibuktikan
bahwa bukan menjauhi perasaan sedih agar selalu bahagia namun tidak membiarkan
perasaan tidak menyenangkan tak terkendali sehingga menghapus semua suasana hati
yang menyenangkan.
Orang yang mengalami amarah atau depresi yang hebat masih bisa merasa
bahagia dengan mengingat memori tentang kebahagiaan atau hal yang menyenangkan
di masa lalu. Banyak studi dan penelitian yang menegaskan bahwa sangat sedikit ada
hubungan atau tidak ada hubungan sama sekali antara nilai prestasi akademis
seseorang dengan perasaan sejahtera emosional seseorang.
Mirip seperti pikiran-pikiran yang terus berkelebat dalam otak kita. Tetapi ada
pula emosi yang menetap dalam diri kita, walau dalam sehari semalam emosi kita
tidak dalam keadaan yang sama tapi kebanyakan dari kita jika dirata rata lebih banyak
mengalami kesejahteraan batin dan terkadang mengalami sedikit goncangan keadaan
emosi kita. Ibarat naik roller coster rata-rata kita bisa menguasai keadaan emosi kita
tapi sekali-kali mengalami goncangan ketegangan emosi.
5 http://belajarpsikologi.com/pengertian-emosi/. Diakses tanggal 16 Oktober
2015, pukul 19.15 wib.
6 Ibid. Hlm. 77.
4

Bagaimanapun mengatur emosi kita ibarat melakukan pekerjaan selama 24


jam penuh dalam sehari. Sebagian besar dari yang kita kerjakan ketika waktu luang
adalah upaya kita mengatur untuk suasana hati. Semuanya dari membaca novel atau
menonton televisi hingga memilih kegiatan dan sahabat, bisa jadi adalah cara untuk
membuat diri kita merasa lebih nyaman. Seni menghibur diri sendiri adalah
merupakan ketrampilan hidup yang mendasar.7
Menurut para pemikir psikoanalisa john John Bowlby dan D.W. Winnicotc,
Teori itu menyatakan bahwa bayi-bayi yang sehat secara emosional adalah yang
diajarkan cara menghibur diri mereka sendiri dengan memperlakukan dirinya
sebagaimana mereka diperlakukan oleh pengasuhnya, sehingga mereka tidak bcgitu
rawan terhadap pergolakan otak emosional.
Sebagaimana telah kita bahas, desain otak menunjukkan bahwa kita seringkali
kurang atau tidak mempunyai kendali atas kapan kita dilanda emosi, juga emosi apa
yang akan melanda kita. Tetapi, kita dapat mcngira-ngira berapa lama emosi itu akan
berlangsung. Masalahnya muncul bukan dengan jenis kesedihan, kecemasan, atau
amarah yang biasa-biasa; lazimnya suasana hati macam itu akan berlalu bersama
waktu dan kesabaran. Tetapi, bila emosi berlangsung dengan intensitas tinggi dan
melampaui titik yang wajar, emosi itu akan beralih menjadi hal-hal ekstrem yang
menekankecemasan kronis, amarah tak terkendali, depresi. Dan, pada tahap yang
paling berat dan tak terkendalikan, bisa jadi membutuhkan obat-obatan, psikoterapi,
atau keduanya untuk meredakannya.8
Mungkin ada beberapa tanda untuk pengaturan diri emosional barangkali
adalah peka dalam mengenali kapan kekacauan itu harus ditangani dengan obatobatan atau hanya cukup dengan terapi biasa. Tapi jika hanya untuk menundukkan
suasana hati jelek yang biasa-biasa saja kita seharusnya mengatasinya dengan
kemampuan diri kita sendiri tanpa bantuan dari seorang terapis. Tapi tidak banyak
yang punya kemampuan coping terhadap stres yang sedang melanda diri kita seperti
yang disimpulkan oleh disimpulkan Diane Tice yang menanyai lebih dari empat
ratus pria dan wanita. tentang strategi-strategi yang mereka gunakan untuk

7 Ibid, hlm. 79.


8 Ibid, hlm. 79.
5

melepaskan diri dari suasana hati yang kacau. dan seberapa jauh keberhasilan taktiktaktik itu bagi mereka.9
Menurut Diane tice Lima persen dari subjek yang telah ditanyai Tidak semua
orang sepakat dengan pengandaian filsafati yang menyatakan bahwa suasana hati
yang jelek harus diubah; Tice menemukan bahwa ada "kaum puritan suasana hati",
mcngungkapkan bahwa mereka tak pernah mencoba mengubah suasana hati karena
mcnurut pandangan mereka, semua emosi adalah "alamiah" dan scbaiknya dihayati
saja ketika emosi itu menampakkan diri, betapapun melemahkan semangat. Atau ada
juga yang menggunakan emosi untuk alasan pragmatis. Tetapi, selain usaha-usaha
disengaja yang jarang terjadi untuk mencari sujwana hati yang tidak enak ini. hampir
setiap orang mengeluh merasa dikuasai suasana hati. Catatan- Catatan hasil upaya
orang-orang untuk melepaskan suasana hati yang jelek pastilah beraneka ragam.
B. Anatomi Marah.
Andaikan seorang pengemudi mobil lain dengan sembrono hampir-hampir
menyerempet mobil Anda di jalan bebas hambatan. Bila pikiran yang automatis
muncul adalah "brengsek, pikiran itu sangat besar pengaruhnya atas perjalanan
amarah apabila diikuti oleh lebih banyak pikiran jengkel dan balas dendam. Tubuh
anda akan siap siaga untuk melawan bukan untuk lari dan bersiap-siap melampiaskan
kesiapa saja kepada orang sekitar anda yang sedikit memicu amarah anda.
Tetapi berbeda sekali ketika insiden itu terjadi kita mempunyai pikiran
berbeda, atau lebih bersimpati kepada mobil yang hampir menyerempet kita tadi.
"Barangkali ia tidak melihatku, atau boleh jadi ia punya alasan kuat mengapa
mengemudi begitu

ngawur, siapa tahu ada keadaan darurat medis." Alur

kemungkinan tersebut akan melunakkan amarah menjadi rasa kasihan, atau sekurangkurangnya membuat pikiran jadi terbuka, sehingga menggagalkan timbulnya amarah.
sebagaimana diingatkan oleh Aristoteles bahwa sebenarnya kita hanya boleh marah
secara wajar, lebih sering amarah kita muncul tak terkendali. Benjamin Franklin dapat
merumuskannya dengan bagus: "Amarah itu tak pernah tanpa alasan, tetapi jarang
yang alasannya benar."10
Mungkin bisa jadi amigdala sebagai sumber dari letupan kemarahan kita tapi
ujung dari sirkuit emosi, yaitu neokorteks. Sangat boleh jadi memunculkan amarah
9 Ibid, hlm 80.
10 Ibid, hlm. 81.
6

yang lebih terukur seperti rasa simpati atau kemarahan yang beralasan. Setidaknya
seperti yang telah Benjamin Franklin pernah merumuskan bahwa, Amarah itu tak
pernah tanpa alasan, tetapi jarang yang alasannya benar."
Dari sekian banyak suasana hati, amarahlah yang paling sulit di ajak
kompromi. Mungkin amarah ibarat api didalam diri kita ketika api itu menyala mudah
sekali pikiran-pikiran kita membuat api itu makin besar. Berbeda dengan kesedihan
amarah menimbulkan semangat yang luar biasa pada diri kita. Daya tarik amarah dan
persuasif terhadap diri kita sehingga banyak yang bilang bahwa cara terbaik adalah
dengan membiarkan amarah tanpa mengendalikannya dan melampiaskan dalam
katarsi adalah sesuatu yang bermanfaat.
Walau ada dua pandangan tentang bagaimana sikap kita terhadap marah ada
jalan bagaimana memutus rangkaian keyakinan terhadap rasa marah itu sebagai jalan
yang ampuh untuk meredakan amarah yang terjadi pada diri kita. Semakin lama kita
berpikir-pikir tentang apa yang membuat kita marah, semakin banyak "alasan bagus"
dan pembenaran dan memperbesar api kemarahan pada diri kita. Tetapi mengubah
sudut pandang terhadap sesuatu yang membuat kita marah akan mengurangi amarah
yang terjadi pada diri kita. Tice menemukan bahwa berpikir &dalam kerangka baru
yang lebih positif akan suatu situasi merupakan salah satu cara yang paling ampuh
untuk meredakan amarah.11
C. Amarah membangun amarah.
Tcmuan tersebut cocok dengan kesimpulan Dolf Zillmannahli psikologi dari
University of Alabama yang dalam serangkaian panjang melakukan percobaanpercobaan yang cermat, telah mengukur kemarahan serta anatomi amarah dengan
tcliti. Tubuh kita ketika marah adalah keadaan yang bersiap siaga atau kabur maka
maka pemicu keadaan marah secara universal adalah keadaan terancam baik secara
fisik ataupun secara simbolik.
Rangkaian marah ini bisa dijelaskan pertama-tama adanya persepsi yang
memicu sistem limbik yang berakibat ganda pada terhadap otak. Bagian dari lonjakan
ini adalah dengan keluarnya zat katekalomin. Dalam bahasa Inggris: catecholamine)
adalah istilah yang digunakan untuk merujuk sekelompok hormon yang memiliki
gugus katekol yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal dalam menanggapi stress. 12
11 Ibid, hlm. 82.
12 https://id.wikipedia.org/wiki/Katekolamin, diakses tanggal 17 Oktober 2015,
pukul 01.00 wib.
7

Yang membangkitkan gelombang energi cepat sesaat, cukup untuk melakukan


"serangkaian tindakan dahsyat", sebagaimana dirumuskan oleh Zillmann, "semacam
dalam bertempur atau kabur".
Sementara itu, denyutan lain yang ditimbulkan oleh amigdala melalui cabang
adrenokorteks dalam sistem saraf menciptakan suatu latar pengkondisian umum agar
tubuh siap bertindak, yang berlangsung jauh lebih lama danpada lonjakan energi
katekolamin. Penggugahan adrenal dan

korteks secara menyeluruh

ini dapat

berlangsung berjam-jam dan bahkan berhari-hari, menjaga otak emosional tetap


bersiap-siap secara khusus akan munculnya perangsangan, dan menjadi pendukung
dipacunya reaksi-reaksi berikutnya dengan kecepatan istimewa. Pada umumnya,
kondisi siap siaga yang ditimbulkan oleh perangsangan adrenokorteks ini menjelaskan
mengapa orang menjadi begitu jauh lebih mudah marah apabila mereka telah
dirangsang atau sedikit saja diganggu oleh sesuatu hal.13
ZiImann menemukan bahwa bila tubuh telah bcrada dalam kondisi tak
sabaran, Zillmann melihat meningkatnya amarah sebagai "serangkaian provokasi,
masing-masing memicu reaksi gugahan yang mereda perlahan-lahan". Dalam
rangkaian ini, setiap pikiran atau persepsi yang memicu amarah berikutnya menjadi
pemicu minor minor terjadinya lonjakan katekolamin yang dibangkitkan oleh
amigdala, masing-masing berdasarkan momentum hormon atau lonjakan-lonjakan
sebelumnya. Suatu pikiran yang muncul belakangan dalam rangkaian ini akan memicu
intensitas amarah yang lebih hebat dan pada pikiran yang muncul pada awal
rangkaian. Amarah dibangun Oleh amarah; otak emosional memanas. Pada saat itu,
amarah yang tak terkendalikan lagi oleh nalar, dengan mudah meletus menjadi tindak
kekerasan.14
D. Pereda amarah.
Menurut zillman setelah mencermati anatomi marah tadi ada dua cara untuk
mengatasi amarah. Pertama dengan mcngadu pikiran-pikiran yang memicu lonjakan
amarah, karena pikiran-pikiran itu merupakan tanggapan asli dari interaksi yang
mempertegas dan mendorong letupan awal amarah dan tanggapan-tanggapan ulang
berikutnya yang mengobarkan api amarah tersebut. Pilihan waktu amatlah penting;
semakin dini cara di atas diterapkan dalam siklus amarah, semakin efektif. Bahkan,
13 Ibid, hlm. 83.
14 Ibid, hlm. 85.
8

amarah dapat sepenuhnya diputus bila informasi yang meredakan itu muncul sebelum
amarah diletupkan.
Tetapi cara diatas tidak lagi efektif jika amarah sudah mencapai puncak karena
telah terjadi apa yang disebutnya "kelumpuhan kognitif'. Dengan kata lain, orang tidak
mampu lagi berpikir jernih. Apabila orang terlanjur sangat marah, mereka
mengabaikan informasi yang meredakan tersebut dengan berucap "Jangan ikutikutan!" atau umpatan-umpatan lain yang biasa kita ucapkan ketika marah yang sangat
sangat marah.
Cara kedua yaitu meredakan amarah secara fisiologis dengan cara menunggu
habisnya lonjakan adrenal dalam kondisi yang besar kemungkinannya tidak akan ada
pemicu-pemicu amarah lebih lanjut. Dalam suatu pertikaian misalnya, itu berarti
menjauhi lawan untuk sementara. Selama periode pendinginan tersebut, orang yang
marah dapat mengerem siklus meningkatnya pikiran jahat dengan mencari selingan
yang menyenangkan. Cara lain yang diberikan oleh Diane Tice tentang strategistrategi yang lazim dikemukakan orang untuk meredakan amarah Salah satu strategi
yang cukup efektif adalah pergi menyendiri sembari mendinginkan marah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai