com/
1
MUNGKIN karena malam itu adalah malam Jumat Kliwon,
tepat tanggal 13 bulan 9, maka suasana malam menjadi sepi.
Terkesan ganjil. Tak banyak orang bepergian, atau berada di
luar rumah. Hilir mudik kendaraan di jalan raya pun tak
sepadat biasanya. Padahal rnasih pukul sembilan lewat sedikit,
tapi sudah seperti hampir tengah malam,
"Kenapa sih, dari tadi bulu kudukku meremang merinding
sendiri? Seperti ada yang mendekatiku tanpa rupa. Betul kok."
"Ah, itu biasa saja, Jang. Anginnya agak kencang, tanda
mau turun hujan. Makanya, bulu merinding sendiri karena
hembusan angin penghantar hujan ini, Jang."
"Abang juga merasa merinding kayak aku tadi? "
"Iya. Lha, memangnya yang punya bulu kuduk cuma situ
aja?"
Percakapan seperti itu tidak saja terjadi antara pedagang
rokok yang mangkal di ujung jalan sana dengan pemuda yang
berprofesi sebagai tukang ojek Tapi di beberapa tempat,
terjadi pula percakapan serupa walau redaksionalnya berbeda.
Angin memang berhemhus agak kencang. Tanda-tanda alam
akan turunnya hujan. Tentu saja udara pun dingin, namun tak
Kecepatan mobil berkurang. T ante Munna semakin berhatihati mengendarai mobilnya dalam keadaan pandangan mata
berkabut.
Permukaan aspal jalanan tak terlihat lagi. Kendaraan yang
melintas di jalan itu sangat sedikit. Hanya satu-dua saja yang
tampak melintas berpapasan dengan menyalakan lampu
kabutnya. Hati Tante Munna mulai serius menanggapi situasi
ganjil itu. Menurutnya, jalan tersebut biasanya belum sesepi
ini walau sudah pukul sepuluh lewat. Mestinya, paling tidak
beberapa taksi akan dijumpainya sepanjang perjalanan
tersebut. Tapi kenyataannya sejak tadi baru sekitar 3 buah
}aksi yang sempat dilihatnya tadi.
"Lho, kok jadi nyasar ke sini sih?!"
Tante Munna terheran-heran sekali. Kabut memang sudah
tidak setebal tadi. Tidak terlalu mengganggu penglihatan Tapi
menurutnya jalan itu bukan jalan menuju ke rumah Kumala
Dewi. Padahal sudah lebih dari seratus kali Tante Munna
menggunakan jalur jalan itu untuk menuju ke beberapa
tempat rekanan bisnisnya, termasuk menuju ke rumah
Kumala, dan selama ini ia tak pernah salah jalan. Sekarang
justru jalan yang dilaluinya itu adalah jalan menuju ke tempat
lain, bertolak belakang dengan arah yang dituju.
"Gila! Kenapa aku bisa sampai sebodoh ini sih?! Cuma
karena terhalang kabut sebentar masa mobil ini bisa
nyelonong sampai kesini sih? Ini kan jalan Ring Rood menuju
pinggiran kota?!"
Sambil menggerutu kesal sendiri Tante Munna cepat-cepat
banting stir ke kanan begitu tiba di jalur putar balik.
Kecepatan mobilnya ditinggikan. Ngebut. Ia tak ingin buangbuang waktu terlalu banyak, mengingat sebentar lagi sudah
pukul sebelas malam. Tak ada rasa takut atau was-was dalam
hatinya, karena suasana jalanan tak sesepi tadi. Ada biskota
yang masih beroperasi, ada taksi dan kendaraan pribadi yang
berjalan normal seperti malam-malam biasanya. Hati
Tomhans
(Oo-dwkz-234-novo-oO)
2
SEMALAM suntuk Buron menjalankan tugasnya. Saat
sarapan pagi tiba Buron baru pulang dari penjelajahannya,
memburu manusia bersayap. Pagi itu Kumala Dewi menikmati
nasi goreng masakannya Mak Bariah bersama tamu mudanya.
Jika biasanya ia ditemani buron dan Sandhi, tapi kali ini ada
seorang lagi yang menemaninya menikmati makan pagi, yaitu
Andy.
Remaja bertampang imut-imut itu memang disarankan oleh
Kumala untuk tidak pulang kerumahnya. Bermalam di rumah
Kumala merupakan salah satu alternatif terbaik bagi andy.
Sebab, dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang berbahaya
bagi keselamatan Andy jika tadi ma lam ia harus pulang ke
rumahnya.
"Mamamu tadi menelepon waktu kau mandi," kata Kumala
kepada Andy."Setelah mendengar keadaanmu baik-baik saja,
beliau tampaknya sudah tidak mengkhawatirkan lagi."
"Mama memang begitu. Nggak mudah percaya pada orang
Iain. Maafkan saja sikap mama itu, Kak, Walau pun semalam
Kak Mala sudah meneleponnya sampai dua kali, tapi mama
pasti masih kurang percaya dengan pernyataan Kakak yang
akan menjamin keselamatan saya. Sorry aja, ya Kak."
"Nggak apa-apa. Itu wajar Seorang ibu yang mencintai
anaknya memang pantas untuk selalu mengkhawatirkan diri
anaknya. Kita nggak boleh mengecam sikap mamamu itu,
Andy."
yang diderita Buron itu. Tapi ia tak katakan kepada siapa pun,
siapa pihak yang dicurigai sebagai pemilik energi gaib yang
mengandung racun penghancur tulang itu. Atau barangkali ia
masih meragukan kesimpulannya, sehingga belum berani
memberi pernyataan di depan mereka. Yang jelas, ia harus
segera tangani luka berbahaya yang dapat. menghaneurkan
seluruh jaringan tubuh dalam seketika, seandainya bukan
Buron yang mengalaminya.
Setidaknya luka yang didenta Buron itu telah menjadi bukti
bahwa cerita Andy bukan cerita bohong. Meski pun orang tua
Andy tetap menganggap kesaksian putranya adalah sebuah
halusinasi dari anak yang memang berjiwa pengecut itu,
namun Kumala Dewi tetap beranggapan lain. Hanya saja,
ketika ia mengantarkan pulang Andy dan menjelaskan kepada
orang tua Andy mengenai kasus tersebut, ia tidak memberi
pernyataan apa-apa terhadap anggapan orang tua Andy.
Menurutnya sangat sulit bagi orang awam untuk mempercayai
kesaksian Andy itu.
"Sebaiknya kurangi saja aktiv itas keluar malam mulai
sekarang." Hanya itu saran Kumala yang ditujukan kepada
Andy dan keluarganya. Tetapi kepada sopir kesayangannya
Kumala memberi pernyataan yang lebih tegas lagi.
"Aku yakin kita te lah kedatangan tamu dari alam sana. Aku
akan melacaknya sendiri kalau urusan kantor hari ini sudah
selesai!"
"Apa kira-kira tujuan tamu itu datang kernari?"
"Sebentar lagi kita akan mendengar informasi yang lebih
penting dari kesaksian Andy. Entah siapa yang membawa
informasi tersebut. Tapi firasatku mengatakan, akan ada
seseorang yang menemuiku untuk meminta bantuan atas
kasusnya. Kasus itulah yang kumaksud sebagai informasi
penting. Dari informasi itu barangkali bisa diketahui maksud
dan tujuan tamu gaib tersebut!"
3
POLWAN cantik yang kini telah berpangkat Letnan itu
sengaja mampir ke rumah Kumala Dewi, Ia yakin sahabat
mudanya yang cantik dan secara tak resmi menjadi konsultan
kriminil di kepolisian itu ada di rumah, karena hari itu adalah
hari libur nasional. Cuaca pagi pun cukup cerah, dan matahari
belum meninggi. Kecil kemungkinannya Kumala sudah pergi
saat dihampirinya nanti.
Letnan Dua Merina Swastika yang akrab dipanggil Mbak
Mer oleh orang-orangnya Kumala itu sengaja mampir bukan
hanya ingin mengucapkan terima kasihnya kepada Kumala
yang telah membantu tugas-tugasnya selama ini dalam
menyingkap kasus kriminil yang misterius, tapi juga ingin
membawa Kumala ke suatu tempat yang menurutnya sangat
perlu diketahui si konsultan cantik itu. Mbak Mer sengaja
berpakaian preman, tampil trendy bak seorang foto model
yang masih berstatus single, karena hari itu dia pun tidak
sedikit
iblis
itu
sudah
berhasil
kita
sesuatu? Msalnya,
bau
bangkai,
5
TERNYATA bukan hanya di daerah kota Bogor saja yang
mengalami peristiwa aneh itu. Di daerah pinggiran kota
Jakarta pun telah terjadi peristiwa serupa. Tempat
pemakaman umum kehilangan mayat-mayat penghuni
makamnya. Jumlahnya lebih dari dua puluh makam. Tak satu
pun paranormal yang berhasil mengetahui ke mana perginya
mayat-mayat yang dicuri dari liang kuburnya itu.
Bahkan telepon dari Mbak Mer menyebutkan, di daerah
Bekasi juga terjadi pembongkaran beberapa makam yang
hingga lewat petang belum berhasil diketahui s iapa pelakunya,
di mana mayat-mayat itu disembunyikan, dan sulit diterka
motifasinya. Rata-rata mayat yang hilang adalah pria yang
tewas dalam usia 20 sampai 30 tahun. Ada yang sudah
menjadi kerangka, ada yang masih tersisa pembusukannya,
ada pula yang baru dua tiga hari di makamkan di pemakaman
tersebut.
"Pasti akan teijadi sesuatu dalam dua-tigahari lagi. Mungkin
malam ini pun aksi gila dari alam iblis itu akan diawali," kata
Kumala Dewi setelah sampai pukul sembilan malam ia masih
belum bisa melacak di mana 96 mayat-mayat itu bersembunyi.
Buron pun merasa jengkel, karena ia gagal menemukan
getaran gaib yang semestinya dimiliki oleh mayat yang bangkit
dari kuburnya dan menjelma menjadi manusia biasa itu.
"Sepertinya mereka memiliki ilmu penyamaran yang sangat
sempuma, Kumala. Mereka mampu menyembunyikan
gelombang gaibnya, sehingga kita sulit menemukan satu pun
dari sosok penjelmaannya! Biadab betul dia itu!" geram di
mulut Buron semakin keras. Ia tampak jengkel sekali, tapi
tidak tahu harus ke mana melampiaskan kejengkelannya itu.
"Dia memprotek penjelmaannya. Seharusnya aku bisa
menembus proteksinya itu. Tapi ternyata tidak, kan? Rasarasanya aku harus meminta bantuan Kahyangan, Buron"
kau
senyum-senyum
terus?"
tegur
Sandhi
lalu. Yayah
itu seluruh
famili yang
Yayah dan
6
RUMAH Nyonya Sofi tepat berada di samping rumah
Kumala Dewi. Jeritan histerisnya Yayah mengundang
perhatian Buron dan yang lainnya. Tentu saja mereka
berhamburan mendatangi rumah Nyonya Sofi. Mereka sangat
terkejut melihat sesosok kerangka manusia berserakan di atas
pembaringan dan lantai kamar tidur Yayah.
Maka jelas sudah bahwa pemuda bernama Rio itu
sesungguhnya adalah manusia jelmaan. Ia sudah lama
meninggal dunia dan tentunya sudah lama pula dimakamkan.
Tapi karena ia menghirup udara yang sudah bercampur