Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia dengan jumlah sel 300

milyar terutama hepatosit yang merupakan tempat utama metabolism intermediet.


Fungsi Hati terutama berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
yang juga berhubungan dengan proses pembekuan darah, detoksikasi, fagositosis,
imunitas dan hemodinamik. Apabila fungsi hati terganggu akan mengakibatkan
beberapa penyakit, salah satunya adalah keganasan hati atau Karsinoma
Hepatoseluler (KHS). Karsinoma hati (tumor) yang bersifat ganas (kanker) ini,
diketahui masih mempunyai mortalitas tinggi dan pengobatannya saat ini belum
memuaskan. Mortalitas karena kanker di Indonesia menduduki urutan ke-6. World
Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian kanker adalah 180 per
100.000 penduduk. Hepatocelluer Carcinoma (HCC) adalah salah satu dari
neoplasma organ dalam yang paling umum terdapat pada manusia.1
Kalimantan Barat (Kalbar) sendiri merupakan salah satu provinsi dengan
kasus keganasan hati yang cukup tinggi dengan hampir
karsinoma

70%

dari kasus

organ-organ dalam (Iskandar, 2004) Frekuensi kanker cenderung

meninggi salah satunya disebabkan oleh kurangnya perbaikan derajat kesehatan


dan umur rata-rata harapan hidup yang meninggi sehingga makin banyak orang
yang dapat mencapai usia yang lebih tua dan mudah terkena kanker (cancerous
age), adanya peningkatan taraf pengetahuan tentang kebersihan sehingga
kedudukan penyakit infeksi yang sebelumnya merupakan penyakit utama di
Indonesia menjadi bergeser digantikan oleh penyakit kanker. Selain itu,
peningkatan polutan, meningkatkan paparan bahan karsinogenik sehingga dapat
menambah frekuensi kanker.2
Seiring dengan perkembangan industri, pabrik dan limbah teknologi di
Indonesia mengakibatkan tingkat pencemaran lingkungan semakin meningkat.
Salah satu organ yang penting untuk detoksifikasi bahan bersifat toksik yang
masuk dalam tubuh akibat pencemaran lingkungan tersebut adalah hepar. Hepar
memiliki fungsi vital dalam detoksifikasi bahan toksik. Hal ini menyebabkan

hepar menjadi sering terpapar dengan zat-zat toksik yang mengakibatkan


kerusakan sel hepar. Kerusakan sel hepar dapat berakibat proliferasi sel yang
berlebihan, sehingga terjadi tumor atau kanker hepar yang sejauh ini sering
memiliki prognosis buruk dan berujung pada kematian terutama pada keganasan
tidak terkontrol.
Saat ini sedang dikembangkan berbagai pengobatan baru yang diambil dari
alam (fitofarmaka). Salah satunya adalah pengembangan berbagai penelitian
mengenai khasiat beberapa spesies tumbuhan tropis, seperti beluntas (Pluchea
indica), murbei (Morus alba), tapak doro (Vinca alba) dan daun ngokilo (Gynura
procumbens).3 Penelitian lain menyebutkan juga potensi pada kulit jeruk (citrus)
yang memiliki zat aktif komplementer dengan tumbuhan sebelumnya.4
Tumbuhan golongan ini juga dikenal bermanfaat dalam pengobatan
tradisional terhadap berbagai penyakit pada hepar, dengan efek samping yang
kurang dan minimal dibandingkan antikarsinogenik sintesis (obat sintesis) yang
saat ini menimbulkan banyak pertimbangan khusus sebelum terapi. Hal inilah
yang mendasari penulisan ini untuk mempromosikan dan mengenalkan trend
pengobatan kanker yang preventif dengan bahan herbal dengan efek samping
yang minimal.
Selain karena mengandung beberapa senyawa yang antikarsinogenik yang
saling melengkapi, pemanfaatan potensi alam kulit Jeruk Pontianak (Citrus
nobilis var. microcarpa)bertujuan untuk memudahkan aplikasi di masyarakat.
Citrus nobilis var. microcarpa juga merupakan buah khas Kalbar yang mudah
didapat, tidak mahal dan ketersediaannya ada sepanjang tahun. Kulit jeruk saat ini
selalu dibuang dan tidak digunakan di Kalbar sehingga dengan adanya gagasan ini
dapat memanfaatkan limbah kulit jeruk untuk mencegah dan mengobati kanker
terutama kanker hati.

1.2.

Tujuan
1. Menciptakan pola terapi preventif pada keganasan hepar.

2. Mengetahui potensi herbal pada Kulit Citrus nobilis var. microcarpa


sebagai antikarsinogenik.
3. Mengetahui kandungan metabolik sekunder pada Kulit Citrus nobilis var.
microcarpa

BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA

Metode penulisan dilakukan dengan cara literatur review dari berbagai jurnal
lokal dan internasional terkait penggunaan Aloevera sebagai antikanker yang
dianalisis dan dicari hubungan antar literatur tersebut. Jurnal yang digunakan
merupakan jurnal publikasi maksimal 5 tahun terakhir yang dicari dengan
menggunakan keyword : anticancer, citrus nobilis.
Jurnal yang digunakan dalam penulisan ini berjumlah 3 dengan judul sebagai
berikut :
1. Mekanisme Penekanan Ekspresi N-Ras Ekstrak Kulit Citrus nobilis
var. microcarpa (Citrus Reticulata) Sebagai Agen Kemopreventif.
Perdana Adhi, 2010, Jurnal Farmasi Indonesia
2. Antimutagenicity effect of Citrus nobilis, Entezari M, Hosseini SJ.,
2014, Journal of Paramedical Sciences (JPS)
3.

BAB III
PEMBAHASAN

Kulit Citrus nobilis var. microcarpa mempunyai berbagai macam senyawa


flavonoid yang berpotensi sebagai agen kemopreventif. Salah satu flavonoid
dominan yang terdapat pada ekstrak kulit jeruk adalah tangeretin yang merupakan
suatu senyawa metoksi flavon. Tangeretin yang terdapat pada kulit buah jeruk
dapat meningkatkan ikatan antar sel dan menghambat proliferasi pada sel kanker
payudara MCF-7/6 secara in vitro. Jenis flavonoid seperti hidroksi flavon dan
metoksi flavon memiliki potensi dan selektifitas yang tinggi dalam menghambat
kerja dari protein CYP1A2. Berdasarkan data-data tersebut, dapat diperkirakan
bahwa ekstrak kulit Citrus nobilis var. microcarpa berfungsi sebagai
antiproliferatif melalui mekanisme inhibisi CYP1A2.
Senyawa flavonoid terutama metoksi flavon yang terkandung dalam ekstrak
etanolik kulit

Citrus nobilis var. microcarpa sangat potensial sebagai agen

kemopreventif dan alternative pengobatan kanker hepar. Flavonoid mempunyai


kemampuan untuk memodulasi metabolisme

xenobiotic. Penelitian lain

menyebutkan pada tahap promosi kanker, metoksi flavon memiliki potensi jauh
lebih besar dalam menghambat proliferasi sel kanker dibandingkan flavon yang
tidak termetilasi.3 Tangeretin dan nobiletin tentunya menginduksi G1 cell cycle
arrest pada kanker kolon dan payudara dengan cara inhibisi pada target cdk4 dan
cdk2.4
Berdasarkan data-data tersebut, terlihat bahwa senyawa metoksi flavon
(tangeretin dan nobiletin)

memiliki kemampuan dalam menginhibisi protein

kinase yaitu cdk2. Oleh karena itu senyawa metoksi flavon yang terkandung
dalam ekstrak etanolik kulit Citrus nobilis var. microcarpa diperkirakan dapat
menghambat protein kinase lainnya yang berperan penting dalam signal
transduksi sel seperti c-Src yang berfungsi dalam aktivasi expresi NRas. Pada
pengembangan penelitian, untuk membuktikan Potensi tangeretin dan nobiletin
sebagai inhibitor c-Src dan CYP1A2 dapat ditelusuri menggunakan metode
komputasi Arguslab melalui proses docking. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya dapat diprediksi bahwa jika potensi ini diteliti maka memberikan
informasi ilmiah mengenai senyawa metoksi flavon (tangeretin dan nobiletin)
yang terkandung dalam ekstrak etanolik kulit Citrus nobilis var. microcarpa yang

dapat berfungsi optimum sebagai inhibitor c-Src dan CYP1A2 sehingga dapat
mengurangi terbentuknya intermediet reaktif pemicu karsinogenesis dengan
indikator penurunan ekspresi dan N-Ras. Gagasan dari pen-docking-an dapat
dijadikan acuan untuk memperkirakan mekanisme aksi molekuler dari Tangeretin
dan Nobiletin.
Penelitian tahun 2014 menunjukkan Citrus nobilis memiliki kemampuan
untuk mengekspresikan efek antimutagenesis. Penelitian ini

meneliti nobilis

Citrus dengan ekstrak hati tikus (S9). Alasan penambahan S9 ke nobilis Citrus
adalah bahwa beberapa zat antikanker tetap tidak aktif dan tidak bisa melekat ke
DNA sampai masuk ke dalam menjadi enzim elektrofilik. Bakteri kekurangan
sistem ini, sehingga ekstrak hati S9 diterapkan sebagai sistem sitokrom P- 450 / P448 yang aktif untuk aktivasi bahan [22]. Hasil penelitian menunjukkan, nobilis
Citrus dengan ekstrak hati tikus menampilkan aktivitas antikanker.6
Derivat polymethoxyflavon (PMF) disintesis dari kulit jeruk (citrus nobilis).
diketahui bahwa derivat polymetoxyflavon yang dapat disintesis dari citrus nobilis
ini memiliki potensi sebagai antikanker. derivat sintesis dari PMF diujikan untuk
melawan promyelocytic leukemic HL60 cell line. didapatkan hasil dari penelitian
ini bahwa derivat yang memiliki aktivitas antiproliverasi paling poten yaitu 7,3'dimethoxyflavon.7

BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan
Citrus nobilis var. microcarpa berpotensi menjadi senyawa antikanker.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chuang, S.E., Cheng, A.L., Lin, J.K., and Kuo, M.L. 2000. Inhibition by
Curcumin

of

diethylnitrosamine-induced

hepatic

hyperplasia,

inflammation, cellular gene product and cell-cyclerelated protein in rats.


Food and Chemical Toxicology, 38:991-995
2. Sukardja, IDE. 2000. Onkologi Klinik edisi 2. Airlangga University Press.
Surabaya
3. Sugiyanto, et.al. 2012. Aktivitas antikarsinogenik senyawa yang berasal
dari tumbuhan. Majalah Farmasi Indonesia. 14(4), 216 225, UGM
Press, Yogyakarta
4. Adhi, Perdana. 2010. Mekanisme Penekanan Ekspresi N-Ras Ekstrak
Kulit Citrus nobilis var. microcarpa (Citrus Reticulata) Sebagai Agen
Kemopreventif. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2010: 104
-115
5. Pan MH, Chen WJ, Lin-Shiau S, Ho CH, and Lin JK. Tangeretin Induces
Cell-Cycle Through Inhibiting Cyclin- Dependent Kinase 2 & 4 Activities
As Well As Elevating Cdk Inhibitor p21 in Human Colorectal Carcinoma
Cells. Carcin 2002; 23: 1677-1684.
6. Entezari M, Hosseini SJ. Antimutagenicity effect of Citrus nobilis. Journal
of Paramedical Sciences (JPS) Winter 2014 Vol.5, No.1
7. Kawaii S, et al. Relationship between structure and antiproliverative
activity of polymethoxyflavon towards HL60 cells. Anticancer research.
2012. 32:5239-44

Anda mungkin juga menyukai