1. Ruang Lingkup
1.2 Pedoman ini sebagai acuan bagi pembina mutu dalam melakukan pembinaan
penerapan jaminan mutu budidaya ternak dan produk ternak organik.
1.3. Pedoman Umum Penerapan Jaminan Mutu budidaya ternak organik ini
sebagai acuan bagi pelaku usaha dalam budidaya ternak organik, sehingga dapat
dilakukan proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi pangan organik yang
berwenang.
2. Acuan Normatif
2
4. Persyaratan Manajemen
4.3. Organisasi
Unit/badan usaha harus menjelaskan struktur organisasi yang ada serta
uraian tugas masing-masing personil termasuk
penanggungjawab dari penerapan jaminan mutu produk
pangan organik sesuai ruang lingkup usahanya.
4.4. Personil
Menjelaskan personil yang bertanggungjawab untuk mengembangkan,
menerapkan, memutakhirkan, merivisi, dan mendistribusikan rencana kerja
jaminan mutu (RKJM) produk pangan organik serta proses penyelesaiannya.
Menyajikan cara memelihara rekaman data yang memuat program dan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta pengalaman personil.
4.7. Pengaduan
Unit/badan usaha harus mempunyai kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan
pengaduan yang diterima dari pelanggan atau pihak-pihak lain. Rekaman semua
pengaduan dan penyelidikan serta tindakan perbaikan yang dilakukan
oleh unit/badan usaha harus dipelihara.
4
Tindakan perbaikan harus dilakukan sampai sistem dapat berjalan kembali secara
efektif, dan didokumentasikan.
4.14. Amandemen
Perubahan pada dokumen harus dikaji ulang dan disahkan oleh fungsi yang sama
yang melakukan kaji ulang sebelumnya kecuali bila ditetapkan lain. Personil yang
ditunjuk harus memiliki akses ke informasi latar belakang terkait yang mendasari
kaji ulang dan pengesahannya. Perubahan dokumen harus dilaporkan
kepada lembaga sertifikasi dan atau Otoritas Kompeten Pangan Organik (OKPO).
5. Persyaratan Teknis
5.1. Lahan dan Penyiapan Lahan, Kandang, Bangunan kantor dan Tenaga kerja
5.1.1 Unit usaha atau peternak harus memiliki catatan riwayat penggunaan
lahan minimal 2 tahun sebelum lahan tersebut diperuntukan untuk sistem
peternakan organik, kecuali bagi lahan yang ada dihutan bebas, bekas hutan dan
lahan bukaan baru.Unit usaha atau peternak mempunyai peta lokasi lahan yang
berbatasan dengan lahan yang akan digunakan untuk peternakan organik.
5.1.2. Lahan bekas peternakan bukan organik harus mengalami periode konversi
paling sedikit 2 (dua) tahun sebelum penebaran ternak. . Dalam hal seluruh
lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara
bertahap.
5.1.3. Areal yang dalam proses konversi, dan areal yang telah dikonversi
untuk produksi ternak organik tidak boleh diubah (kembali seperti semula atau
sebaliknya) antara metode produksi ternak organik dan konvensional.
5.1.4. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran
sampah.
6
5.1.5. Kandang pemeliharaan ternak harus ditata supaya aliran air, saluran
pembuangan limbah tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan penyakit.
5.1.6. Kandang isolasi diletakan paling belakang dan terpisah dari kandang
lainnya untuk menghindari penularan penyakit melalui udara, air, peralatan dan
petugas kandang.
5.1.7. Bangunan kantor dan tempat tinggal karyawan harus terpisah dari areal
perkandangan dan dipagar.
5.2.1. Bibit ternak berasal dari ternak yang dipelihara secara organik atau
sesuai dengan cara -cara yang sesuai dengan SNI .
5.2.2. Tidak menggunakan bibit ternak yang berasal dari hasil rekayasa genetika
yang dibuktikan dengan sertifikat .
5.2.3. Dalam hal tidak tersedia bibit seperti yang disyaratkan tersebut maka
pada tahap awal dapat menggunakan bibit tampa perlakuan .
5.4.1. Kesuburan dan aktivitas biologis tanah harus dipelihara atau ditingkatkan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam SNI No 01-6729-2006
5.4.2. Tidak menggunakan kotoran manusia
7
5.5. Pencegahan Penyakit dan Pemeliharaan Ternak
Menggunakan sumber ternak yang berasal dari pembibitan ternak organik dan atau
,ternak yang dapat bertahan hidup pada pola budidaya organik
5.7.1. Menggunakan bahan baku pakan ternak organik, tidak menggunakan bahan
baku yang berasal dari rekayasa genetik
5.7.2. Susu yang diminum oleh ternak muda harus berasal dari susu induk organik
5.7.3. Ternak yang dipelihara secara ekstensif dan intensif atau semi intensif harus
mengkonsumsi pakan dari lahan organik,
5.7.4. Air minum yang digunakan untuk minum, membersihkan ternak dan
lingkungan harus berasal dari air organik
5.7.5. Bahan pakan tambahan seperti mineral dan vitamin diperoleh secara
alami dan berasal dari sumber sumber organik dan dalam proses
produksinya tidak menggunakan pelarut kimia
9
5.9. Dokumentasi dan Rekaman
5.9.1. Untuk setiap butir yang relevan perlu tersedia ”Standar Prosedur Operasional ”
(SPO) yang terdokumentasikan.
5.9.2. Untuk setiap butir yang relevan harus terdapat catatan, rekaman, atau
dokumentasinya untuk membuktikan pemenuhan terhadap standar ini.
10