Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana diketahui, peranan guru dalam proses pendidikan secara

luas, dan dan proses pembelajaran di kelas sangat penting. Dalam kondisi apapun,

guru adalah aktor dan faktor utama penentu kualitas pendidikan di sekolah.

Artinya, langsung atau tidak, guru memegang peranan penting terhadap

ketercapaian dan keberhasilan prestasi belajar peserta didiknya.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah siswa

mengikuti dan melalui proses kegiatan belajar-mengajar. Prestasi belajar dapat

ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang

studi yang telah dipelajari oleh peserta didik.

Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh

berbagai factor, di antaranya salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh

dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan

guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah

semestinya kualitas guru harus diperhatikan.

Hal ini sesuai dengan hasil studi di beberapa negara, sebagaimana

diungkapkan oleh Supriadi (1999 : h. 178), bahwa penelitian di 13 negara industri,

kontribusi guru terhadap prestasi belajar siswa adalah sebesar 36%, sementara

manajemen, waktu belajar, dan sarana fisik masing-masing memberi kontribusi

sebesar 23%, 22% dan 19%.


Fakta lain diungkapkan juga bahwa penelitian di 16 negara berkembang

mendapatkan, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh guru, manajemen, waktu

belajar dan sarana fisik, masing-masing sebesar 34%, 22%, 18%, dan 26%. Hasil

ini diperkuat oleh penelitian Sudjana (2002 : h. 42), bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh kinerja guru sebesar 76,6%, di antaranya kemampuan mengajar

sebesar 32,43%, penguasaan materi pelajaran sebesar 32,38%, dan sikap guru

terhadap mata pelajaran sebesar 8,60%.

Hasil penelitian tersebut menegaskan pentingnya peranan guru dan aspek-

aspek kinerja guru terhadap hasil dan prestasi belajar siswanya. Artinya, meski

dengan berbagai kondisi keterbatasan, baik yang dimiliki oleh guru maupun

sarana dan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah, guru merupakan faktor kunci

penentu suksesnya pendidikan nasional. Uraian tersebut sesuai dengan pendapat

Cruickshank (1990 : h. 10-11), bahwa terdapat empat variabel atau faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu :

1. Variabel Guru, yang meliputi tingkat pendidikan, kemampuan


mengajar, IQ dan intelegensi.
2. Variabel Konteks, yang terdiri dari tiga subvariabel, yaitu : a) variabel
siswa (kemampuan, pengetahuan dan sikap siswa terhadap pelajaran); b)
variabel sekolah (ikim sekolah, keramaian/kenyamanan, ukuran sekolah,
dan komposisi etnik); serta c) variabel konteks kelas (ukuran kelas,
sumber/buku pelajaran, lingkungan fisik yang meliputi pencahayaan,
suhu, ukuran ruang, dan kenyamanan).
3. Variabel Proses, yang terdiri dari dua subvariabel, yaitu : a) kinerja guru
di kelas (kejelasan penyampaian materi pelajaran, semangat dalam
mengajar, sikap yang menyenangkan, dan penerapan variasi strategi/
metode mengajar); serta b) perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran
yang meliputi sikap dan motivasi siswa.
4. Variabel Produk, yang terdiri dari subvariabel, yaitu : a) produk jangka
pendek (sikap terhadap pelajaran dan perkembangan kecakapan), serta
b) hasil jangka panjang (kecakapan profesional atau kecakapan dalam
bidang tertentu).
Berdasarkan faktor atau variabel tersebut, maka keberhasilan belajar siswa

dipengaruhi oleh proses pembelajaran, yang menunjukkan adanya aktivitas

kinerja guru, serta sikap dan motivasi belajar siswa. Artinya, bila kinerja guru

menunjukkan tingkat yang optimal, maka akan mampu menumbuhkan sikap

positif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya, sehingga diharapkan

prestasi belajar siswa pun meningkat.

Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap

prestasi belajar, karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat

belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai

keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, sehingga boleh jadi

siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena

kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi

yang tepat.

Oleh karena itu, bila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini

bukanlah semata-mata kesalahan siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil

dalam membangkitkan atau memberi stimulus terhadap motivasi belajar siswa,

karena motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh

terhadap pencapaian prestasi belajar.

Perhatian siswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui

beberapa cara seperti penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga,

memberikan pertanyaan kepada siswa, membuat variasi belajar-mengajar pada

siswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda dengan cara sebelumnya,

memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan.
Terkait dengan hal ini, terdapat beberapa motivasi yang digunakan guru

terhadap bahan pelajaran agar siswa tidak merasa bosan, seperti : memberikan

hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberikan angka atau penilaian, memberikan

tugas dan hukuman. Dengan adanya motivasi yang kuat dalam diri siswa akan

meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena

antara motivasi dan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sardiman (1990 : h. 75-76), bahwa : "Dalam

kegiatan belajar, motivasi menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu

dapat tercapai."

Sabri (1996 : h. 82) menegaskan, bahwa : “Motivasi sangat berperan

dalam belajar, karena dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses

belajar mengajar, dan dengan motivasi itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat

diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi

yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajarnya.” Imran (1996 : h.

89) sependapat, bahwa : ‘Tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan

tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini kaitan antara motivasi dengan

perolehan dan atau prestasi tidak hanya dalam belajar.”

Dengan demikian, untuk menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi dari

siswa dibutuhkan kemampuan guru yang professional yang mampu menunjukkan

kinerja terbaiknya mempersembahkan seluruh kompetensi dan potensi yang

dimilikinya agar siswa yang dibimbingnya mampu mencapai prestasi atau hasil

belajar yang optimal.


Secara konseptual, kemampuan kompetensi atau unjuk kerja guru menurut

Yamin (2007 : h. 4) mencakup tiga aspek, yaitu : 1) Kemampuan profesional, 2)

Kemampuan sosial, dan 3) Kemampuan personal (pribadi). Uraian ini sejalan

dengan kandungan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 (1),

serta PP RI No. 19/2005 tentang SNP Pasal 28 (3), yang menyatakan bahwa untuk

mencapai prestasi belajar siswa yang tinggi, maka guru harus memiliki empat

kompetensi yang harus dikuasai, yaitu kompetensi : “1) Pedagogik, 2)

Kepribadian, 3) Profesiondal dan 4) Sosial.”

Dengan dimilikinya empat kompetensi ini, maka diharapkan motivasi

belajar siswa pun meningkat, yang berdampak pada peningkatan hasil belajarnya,

sebagaimana dikemukakan oleh Ormrod (2003 : h. 368-369), bahwa : “Motivation

has several effects on student’s learning and behavior : It directs behavior toward

particular goal. It leads to increase effort and energy. It increases imitation of,

and persistence in acitivities. It enhances cognitive processing. It lead to improve

performance.” (Motivasi dapat mempengaruhi sikap dan cara belajar siswa dalam

mencapai tujuannya, serta mampu meningkatkan upaya dan kekuatan dalam

beraktivitas, melalu proses kognitif atau peningkatan kinerja atau belajar).

Terkait dengan hal ini, Woolfolk dan Nicolich (1984 : h. 287) sependapat,

bahwa : “Motivasi pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan.” Motivasi merupakan dorongan untuk

mengerjakan suatu tugas sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan tertentu,

bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi juga mengacu pada suatu ukuran

keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.


Standar tersebut mungkin berasal dari dalam dirinya, dari orang lain, atau

lingkungan tempat tinggal seseorang, sehingga standar ini merupakan kerangka

acuan bagi individu yang bersangkutan pada saat ia belajar, menjalankan tugas,

memecahkan masalah, maupun mempelajari sesuatu,sehingga berprestasi optimal.

Terkait dengan hal ini, dapat dikatakan, bahwa ciri-ciri motivasi

berprestasi ada empat, yaitu : 1) Berorientasi pada keberhasilan, 2) Bertanggung

jawab, 3) Inovatif, dan 4) Mengantisipasi keadaan. Uraian ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh McClelland (1987 : h. 4), bahwa ciri-ciri operasional perilaku

individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah :

1) Memperlihatkan berbagai tanda aktivitas fisiologis yang tinggi, 2)


Menunjukkan kewaspadaan yang tinggi, 3) Berorientasi pada keberhasilan
dan sensitif terhadap tanda-tanda yang berkaitan dengan peningkatan
prestasi kerja, 4) Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap atasl
kinerjanya, 5) Menyukai umpan balik berupa penghargaan dan bukan
insentif untuk peningkatan kinerjanya, serta 6) Inovatif mencari hal-hal
yang baru dan efisien untuk peningkatan kinerjanya.

Dengan demikian, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,

dibutuhkan kemampuan guru yang berkualitas, dari berbagai aspek, termasuk

kinerjanya, yang mampu memotivasi siswa agar menunjukkan aktivitas belajar

yang tinggi, serta menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi. Hal ini

berdasarkan dengan yang telah dikemukakan, bahwa dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk itu,

upaya awal yang harus dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah

peningkatan kualitas dan kinerja guru. Salah satu upaya kea rah tersebut, adalah

penentuan kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang

ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional.


Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas,

berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar,

serta mampu mempengaruhi proses belajar-mengajar dan motivasi belajar siswa

yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul :

“Dampak Kinerja Guru dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi

Belajar Siswa”. Penelitian dilakukan terhadap guru-guru yang bertugas di

Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut pada Tahun

Ajaran 2010/2011 secara deskriptif melalui analisis kuantitatif menggunakan uji

korelasi dan regresi ganda.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis mengidentifikasi

sejumlah masalah, di antaranya :

1. Masih rendahnya kualitas kinerja guru.

2. Masih rendahnya motivasi belajar siswa.

3. Masih rendahnya prestasi belajar siswa.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi tersebut, maka penulis

merumuskannya dalam pertanyaan berikut :

1. Seberapa besar dampak kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa ?

2. Seberapa besar dampak motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

siswa?
3. Seberapa besar dampak kinerja guru dan motivasi belajar siswa secara

bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa ?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan dampak kinerja guru terhadap prestasi

belajar siswa.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan dampak motivasi belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

3. Mengetahui dan mendeskripsikan dampak kinerja guru dan motivasi

belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Secara Teoretis, bagi :

a. Guru, sebagai tambahan wawasan tentang upaya meningkatkan kinerjanya

dalam rangka meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

b. Siswa, sebagai informasi tentang upaya-upaya meningkatkan motivasi dan

prestasi belajar, terkait dengan kinerja yang ditunjukkan oleh gurunya.

c. Sekolah, sebagai acuan dalam upaya meningkatkan kinerja guru yang

terkait dengan upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Secara Praktis, bagi :


a. Guru, sebagai acuan untuk meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan
tugas profesinya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
b. Siswa, sebagai tolok ukur keberhasilan kinerja gurunya dalam
memberikan motivasi dan meningkatan prestasi belajarnya.
c. Sekolah, sebagai panduan penilaian kinerja guru dalam memberi motivasi
dan meningkatkan prestasi belajar siswanya.
Referensi :

Cruickshank, D.R. (1990). Research that Informs Teachers and Teacher


Educators. Bloomington : Phi Delta Kappa Educational Foundation

Imran. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya

McClelland, D.C. (1977). The Achieving Society. New York : McMillan


Publishing Co. Inc.

Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology : Developing Learners. Fourth


Edition, Merril : Pearson Education, Inc.

Sabri, Alisuf. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya

Sardiman, A.M. (1990). Interaksi dan Motivasi Belajar Siswa. Cetakan Ke-12.
Jakarta : CV Rajawali

Sudjana, Nana. (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung : Sinar


Biru

Supriadi, Dedi. (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta :


Adicita Karya Nusa

Widoyoko, Eko Putro. (2007). Analisis Pengaruh Kinerja Guru terhadap


Motivasi Belajar Siswa. Artikel, Purworejo : Publikasi Ilmiah Universitas
Muhammadiyah

Woolfolk. A.E. dan Nicolich, Cune L. (1984). Educational Psychology for


Teachers. Englewood Cliffs : Prentice Hall Inc.

Yamin, Martinis. (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP.


Cetakan Kedua. Jakarta : Gaung Persada Press
DAMPAK KINERJA GURU DAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA
Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dari Dr. Dudung

Oleh :

TITIN KARTIKA
NIM :
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKKAN
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI
JAKARTA
2010

Anda mungkin juga menyukai