Pendahuluan
Keadaan sehat merupakan kehendak seluruh anggota masyarakat. Adapun yang
dimaksudkan dengan sehat disini adalah keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk dapat
mewujudkan keadaan sehat tersebut, pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang cukup
penting adalah penyelenggaraan.
Secara umum pelayanan kesehatan terbagi menjadi dua. Pertama, pelayanan kesehatan
personal atau sering disebut pula sebagai pelayanan kedokteran. Kedua, pelayanan kesehatan
lingkungan atau sering disebut pula sebagai pelayanan kesehatan masyarakat. Sasaran kedua
bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah
perorangan atau keluarga. Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah
kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut
dengan nama pelayanan dokter keluarga.
Pembahasan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Masalah kesehatan anggota keluarga saling
terkait dengan berbagai masalah anggota keluarga lainnya. Jika terdapat gangguan fungsi
keluarga maka akan terjadi masalah kesehatan anggota keluarga. Oleh sebab itu peran dokter
keluarga sangatlah penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kedokteran keluarga
adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien menerapkan prinsipprinsip kedokteran keluarga. Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam profil the five stars
doctor.
Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi:
komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh atau terintegrasi yaitu meliputi usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu
(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan
keputusan untuk kepentingan pasien. Pasien yang dilayani adalah perorangan seutuhnya (biopsiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang sebagai satu
kesatuan dengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, keamanan dan lingkungannya). Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui
berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit).1
Laporan Kegiatan
PUSKESMAS : Jalan Daan Mogot nomor 19 RT 03 RW 03, Jakarta Barat.
I. Identitas Pasien:
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Alamat
g. Telepon
: Haris
: 70 tahun
: Laki-Laki
: Pensiun
: SMP (Tamat)
: Jln. Pesingkoneng, No. 13. RT02/RW01
: 081383578792
Bapak Harris (70 tahun) datang ke Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara pada tanggal 22
Juli 2015 dengan tujuan berobat batuk dan kontrol tekanan darah serta mengambil obat tekanan
darah yang sudah berjalan berbulan-bulan.
II. Anamnesis: (Auto-anamnesis)
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: Batuk sejak 4 bulan yang lalu.
3. Keluhan tambahan : Tekanan darah tinggi
4. Riwayat penyakit sekarang
Tuan Haris mengeluh batuk. Batuk sudah dialami sejak 4 bulan yang lalu. Batuk tidak
terlalu sering, namun meningkat intensitasnya pada malam hari, sehingga dapat
menggangu beliau untuk tidur. Batuk produktif dan warna dahaknya adalah hijau. Adanya
batuk darah disangkal. Beliau juga terkadang merasa sesak nafas ketika malam hari
menjelang tidur. Jika terhirup debu, sesak nafas beliau akan bertambah parah.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa beliau tidak pernah menderita sakit seperti penyakit jantung,
riwayat penyakit hati, riwayat penyakit paru. Pasien mengatakan bahwa beliau pernah
menjalani bedah katarak dan bedah prostat.
III.Riwayat Biologis Keluarga:
a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik
Kondisi pasien baik karena pasien dapat bercakap cakap dengan baik dan kesadaran
serta daya ingatnya baik, serta tidak terlihat kesakitan, namun terlihat sedikit lemas.
Anggota keluarga lain pun tidak menderita penyakit.
b. Kebersihan perorangan: Baik
Kebersihan pasien dinilai baik karena yang terlihat dari kebersihan tangan dan kaki
tampak bersih. Gigi geligi dan pakaian yang digunakan pun tampak bersih. Begitu pun
kebersihan anggota keluarga lainnya.
c. Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
d. Penyakit keturunan
: Diabetes melitus, hipertensi
e. Penyakit kronis / menular
: Tidak ada
Di keluarga pasien tidak ditemukan adanya penyakit kronis atau menular seperti
tuberkulosis dan lepra.
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita cacat fisik dan mental.
g. Pola makan
: Baik
Pola makan pasien dan keluarganya dapat dinilai baik karena pasien sendiri mengatakan
nafsu makannya banyak dan beliau teratur makan 3x sehari. Keluarga pasien yang lain
juga memiliki pola makan yang teratur.
h. Pola istirahat
: Baik
Pola istirahat pasien dikatakan baik karena pasien tidur cukup.
i. Jumlah anggota keluarga
: 8 orang
IV. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
: Ada
Pasien biasa merokok hingga menghabiskan 6 batang rokok dalam sehari. Ia mengaku bahwa dia
mulai merokok semenjak SMP.
b. Pengambilan keputusan
: Bapak (menantu)
c. Ketergantungan obat
: Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara, dan
poliklinik terdekat
e. Pola rekreasi
: Kurang
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan
: Baik
: Baik
Nama
dgn
KK
1.
2.
Haris
Hariah
3.
Sugeng
4.
Dahliana
Kakek
Nenek
Ayah
(KK)
Ibu
Umur
(tahun)
70 tahun
80 tahun
Keadaan
Keadaa
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
SMP
Pensiun
Islam
Baik
Sedang
Islam
Baik
Sedang
Tidak
sekolah
kesehatan n gizi
Imunisasi KB
Ibu
Rumah
Tangga
39 tahun
SMA
Percetakan
Islam
Baik
Baik
39 tahun
SMA
Ibu RT
Islam
Baik
Baik
Pil
Oral
Pil
Oral
BCG,
5.
Aryo
Anak
13 tahun
SMP
Pelajar
Islam
Baik
Baik
polio,
DPT,
campak
BCG,
6.
Pandu
Anak
6 tahun
Belum
sekolah
Islam
Baik
Baik
polio,
DPT,
campak
5
BCG,
7.
Nakula
Anak
9 bulan
Belum
sekolah
polio,
-
Islam
Baik
Baik
DPT,
campak
(1)
BCG,
8.
Sadewa
Anak
9 bulan
Belum
sekolah
polio,
-
Islam
Baik
Baik
DPT,
campak
(1)
X. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis
Tanda-tanda vital:
1. Tekanan Darah: 180/90 mmHg
Pemeriksaan Fisik selanjutnya tidak dilakukan. Jika hendak dilakukan maka
pemerikssaan fisik yang diperlukan adalah :
Pemeriksaan Paru2
Thoraks Anterior
1. Inspeksi
Warna kulit, Lesi kulit, bentuk thoraks anterior, jenis pernapasan,
melihat pergerakan dada saat statis dan dinamis. Melihat apakah terdapat
retraksi sela iga dan pelebaran sela iga.
2. Palpasi
Meraba apakah terdapat benjolan, rasa nyeri tekan, meraba sela iga
menyempit atau melebar, pergerakan thoraks saat statis dan dinamis, dan
melakukan pemeriksaan vokal fremitus.
3. Perkusi
Apakah hasil perkusi sonor atau tidak pada paru-parunya, pemeriksaan
batas paru-hati dan paru-jantung.
4. Auskultasi
Jenis suara napas (trakeal, bronchial, bronchovesikuler, vesikuler),
Suara napas tambahan seperti ronkhi basah, ronkhi kering, wheezing.
XI. Diagnosis penyakit : PPOK
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru yang belangsung lama seperti bronkitis kronik, emfisema, dan
asma bronkial membentuk kesatuan yang disebut PPOK.3
Terdapat beberapa faktor lingkungan dan endogen termasuk faktor genetik yang berperan
dalam berkembangnya penyakit paru obstruktif kronis. Defisiensi enzim alfa 1 antitripsin
merupakan faktor predisposisi untuk berkembangnya PPOK secara dini. Alfa 1 antitripsin
merupakan sejenis protein tubuh yang diproduksi oleh hati, berfungsi dalam melindungi paruparu dari kerusakan. Enzim ini berfungsi untuk menetralkan tripsin yang berasal dari rokok. Jika
enzim ini rendah dan asupan rokok tinggi maka akan mengganggu sistem kerja enzim tersebut
yang bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan. Defisiensi enzim ini menyebabkan
emfisema pada usia muda yaitu pada mereka yang tidak merokok, onsetnya sekitar usia 53 tahun
manakala bagi mereka yang merokok sekitar 40 tahun.3
Hiperresponsivitas dari saluran napas ditambah dengan faktor merokok akan
meningkatkan resiko untuk menderita Penyakit paru obstruktif kronis disertai dengan penurunan
fungsi dari paru-paru yang drastis. Selain itu, hiperaktivitas dari bronkus dapat terjadi akibat dari
peradangan pada saluran napas yang dapat diamati pada bronkitis kronis yang berhubungan
dengan merokok. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya remodelling pada saluran napas yang
memperparahkan lagi obstruksi pada saluran napas pada penderita penyakit paru obstruktif
kronis.3
Faktor lingkungan seperti merokok merupakan penyebab utama disertai resiko tambahan
akibat polutan udara di tempat kerja atau di dalam kota. Sebagian pasien mengalami asma kronis
yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.1 Faktor resiko lainnya yang berimplikasi klinis
termasuk selain hiperresponsif bronkial, bayi berat lahir rendah, gangguan pertumbuhan paru
pada janin, dan status sosioekonomi rendah.2
Diagnosis Keluarga : Dalam kondisi sehat namun berisiko terkena penyakit pernafasan
lainnya karena kondisi tempat tinggal yang sempit namun dihuni banyak orang.
Pemeriksaan Penunjang yang disarankan dan dugaannya :
I.
II.
Darah Rutin
Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Eritrosit dalam batas normal.
Tes Fungsi Paru
7
PEF < 100 L/menit atau FEV1 < 1 L mengindikasikan adanya eksaserbasi
yang parah.
Pemeriksaan Analisis Gas Darah
- PaO2 < 8,0 kPa (60) mmHg dan atau Sa O2 < 90% dengan atau tanpa PaCO2
III.
> 6,7 kPa (50 mmHg), saat bernafas dalam udara ruangan, mengindikasikan
-
IV.
seperti pneumonia.
XII. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit
1. Promotif: Pemberian penyuluhan tentang PPOK dan cara menghindari agar anggota
keluarga lain tidak ikut sakit seperti pasien.4
2. Preventif:
Mempertahankan daya tahan tubuh dan gizi seimbang, menjaga kondisi udara sekitar
Mengindari kontak dengan penderita : pisahkan peralatan makan, tidak tidur bersama penderita.4
3. Kuratif:5
-
bronkodilator.
Antibiotik. Diberikan jika ada peningkatan sesak napas, peningkatan jumlah
sputum, dan peningkatan kekentalan/purulensi sputum. Dapat diberikan
Resume
Pada tanggal 22 Juli 2015, saya berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara, dan
bertemu Bapak Harris (70 tahun) datang ke Puskesmas Kelurahan tersebut untuk kontrol tekanan
9
darah. Namun beliau juga mempunyai keluhan yang sering, yakni keluhan batuk yang sudah
kurang lebih 4 bulan. Belum dilakukan pemeriksaan penunjang untuk beliau, namun beliau
merasa batuknya produktif, dengan sputum hijau. Jikalau malam hari, dia dapat merasakan sesak
nafas dan disertai batuk, sehingga kadang membuat beliau tidak dapat tidur. Adanya batuk darah
disangkal. Beliau merokok dari SMP, namun sekarang sudah mulai berhenti.
Pak Harris tinggal bersama keluarganya dalam rumah yang luasnya 4x8 m 2. Rumah yang
ditinggali sudah memiliki jamban, kamar mandi, dan sanitasi yang baik, tetapi ventilasi ruangan
tidak memadai sehingga sinar matahari sangat kurang di dalam rumah.
10
11
12
Kesimpulan
13
Daftar Pustaka
1. Azrul A. Pengantar pelayanan dokter keluarga. Jakarta: IDI; 2005.h.15-33.
2. Riyanto BS, Wulan HR, Hisyam B. Obstruksi saluran pernapasan akut. Dalam : Sudoyo
AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
5 (2). Jakarta: Interna Publishing; 2014.h.1590-607.
3. Darmanto R. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC; 2009.h.121-2.
4. Djojodibroto D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009: 60-73, 115-25.
5. Sudoyo Aru W, Bambang S, Alwi I, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.4. Jilid
III. Jakarta : Interna Publishing; 2009.h.1503-4.
14