PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan Hidup di Indonesia menyangkut tanah, air, dan udara dalam
wilayah negara Republik Indonesia. Semua media lingkungan hidup tersebut
merupakan wadah tempat kita tinggal, hidup serta bernafas. Media lingkungan
hidup yang sehat, akan melahirkan generasi manusia Indonesia saat ini serta
generasi akan datang yang sehat dan dinamis.
Pasal 1 (17) Undang undang No 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup di katakan Kerusakan lingkungan hidup adalah
perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau
hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup
Pembangunan industri, eksploitasi hutan serta sibuk dan padatnya arus lalu
lintas akibat pembangunan yang terus berkembang, memberikan dampak
samping. Dampak samping tersebut berakibat pada tanah yang kita tinggali, air
yang kita gunakan untuk kebutuhan hidup maupun udara yang kita hirup. Apabila
tanah, air dan udara tersebut pada akhirnya tidak dapat lagi menyediakan suatu
iklim atau keadaan yang layak untuk kita gunakan, maka pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup telah terjadi.
Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai
tempat
dan
berbagai
tipe
ekosistem.
Misalnya,
pada
ekosistem
bermuara pada menurunnya kualitas kehidupan manusia baik generasi masa kini
maupun masa depan.
Secara umum, adanya gangguan hutan di mana-mana, yang paling
merasakan akibatnya secara langsung adalah penduduk yang bermukim di
kawasan atau sekitar kawasan hutan. Rusak atau hilangnya hutan, bukan saja
dapat mengakibatkan gangguan lingkungan hayati, tapi juga secara langsung
dapat mengganggu kehidupan sosial ekonomi dan budaya Masyarakat peDesaan
hutan. Mereka yang tadinya mendapatkan bahan makanan dari jenis-jenis
tumbuhan atau satwa liar dengan secara bebas di hutan, akan kehilangan sumber
kehidupannya.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami
mengingkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan
atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan penyediaan untuk
biofuel. Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan
dampak negatif. Dampak ekologi perkebunan kelapa sawit adalah meningkatkan
level CO2 (karbon diokasida) di atmoster, hilangnya keanekaragaman hayati dan
ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, hilangnya sejumlah sumber air,
sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang
mendorong terjadinya bencana alam, berkurangnya kawasan resapan air, sehingga
pada musim hujan akan mengakibatkan banjir karena lahan tidak mempunyai
kemampuan menyerap dan menahan air, kehancuran habitat flora dan fauna yang
mengakibatkan konflik antar satwa, maupun konflik satwa dengan manusia.
Akibat habitat yang telah rusak, hewan tidak lagi memiliki tempat yang cukup
untuk hidup dan berkembang biak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Pembangunan perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Keragaman
Hayati
Kelapa sawit adalah komoditas primadona Indonesia sekarang ini. Ini
dibuktikan dengan besarnya kontribusi kelapa sawit terhadap ekspor, produk
domestik bruto (PDB), peningkatan pendapatan pekebun, penyerapan tenaga
kerja. Produksi sawit Indonesia mencapai 17,4 juta ton dalam kawasan 6,7 juta
hektar, dan ekspornya mencapai 11 juta ton CPO (crude palm oil) senilai US$ 6,2
milyar, menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar sawit di dunia. Namun
demikian pembangunan perkebunan kelapa sawit juga berdampak negatif kalau
dilakukan secara sembarangan. Dampak ini dapat merusak lingkungan,
keragaman
hayati,
dan
bahkan
merusak
budaya
masyarakat
setempat.
itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer
sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan
mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini
disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara
pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang
meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin
merajalela karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang
6.
penghuninya. (cepot)
C. Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit
Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit memegang peran
yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cukup cerah
sebagai sumber devisa. Disamping itu minyak sawit merupakan bahan baku utama
minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus
menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu
pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat.
Pemerintah Indonesia dewasa ini telah bertekad untuk menjadikan
komoditas kelapa sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal.
Bagi Pemerintah Daerah komoditas kelapa sawit memegang peran yang
cukup penting sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) selain itu membuka
peluang kerja yang besar bagi Masyarakat setempat yang berada disekitar lokasi
perkebunan
yang
dengan
sendirinya
akan
meningkatkan
kesejahteraan
lingkungan
hayati(biodiversity). Terhadap
alam
dan
kehidupan
kepunahan
Masyarakat,
keanekaragaman
dapat
membentuk
besar
bagi
penduduk
Indonesia
Umumnya,
khususnya
Selain itu limbah cair dapat juga dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan
pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk
pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan.
2. Pengelolaan Limbah Padat Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit
terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan
tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Tandan kosong kelapa sawit
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi
dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan
pupuk tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium
hingga 20 %. 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg
kompos.
Selain itu tandan kosong kelapa sawit mengandung 45 % selulose dan 26
% hemiselulose. Tingginya kadar selulose pada polisakarida tersebut dapat
dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi
bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang ramah
lingkungan dan dapat diperbaharui dengan cepat (renewable). 1 ton tandan kosong
kelapa sawit dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonim, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga dapat menambah
pendapatan dan mengurangi limbah padat.
Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber
energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk
menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang dan serat
telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa sawit. Namun
seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat, maka serat dan
cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang saat ini telah
dimanfaatkan untuk pembuatan berikat arang aktif dan bahan campuran
pembuatan keramik. Sedangkan serat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.
10
11
12
13
14
tegas
mengenai tanggungjawab
lingkungan.
Misalkan
15
dan perpanjangan HGU dan sebagainya yang bisa dikalkulasi secara ekonomi oleh
pengusaha perkebunan. Tapi lagi-lagi perlu ditekankan konsistensi atas kebijakan
ini. Dan seperti pada masalah lingkungan hidup, sinergi lagi-lagi diperlukan agar
kebijakan ini bisa menjadi bagian dari strategi besar yang akan dilakukan. Jangan
hari ini bicara insentif, tahun depan kenaikan pajak dan diversifikasi pajak
dilakukan.
Contoh Kasus
A. Perkebunan Sawit di KALBAR dan Dampaknya Bagi Lingkungan
Program Lingkungan PBB (UNEP; United Nations Environment
Programme) dalam laporannya berjudul Towards Green Economy menyebutkan,
ekonomi hijau adalah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan
keadilan sosial. Ekonomi hijau ingin menghilangkan dampak negatif pertumbuhan
ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam.Dari definisi
yang diberikan UNEP, pengertian ekonomi hijau dalam kalimat sederhana dapat
diartikan sebagai perekonomian yang rendah karbon (tidak menghasilkan emisi
dan polusi lingkungan), hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
Pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak serta terkenal dengan provinsi
seribu sungai. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km
(7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Sebagai provinsi yang geografisnya
terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis serta topografi yang luas,
perkembangan sektor perkebunan di Kalimantan barat dari tahun ketahun memang
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dalam skala perkebunan besar,
produksi terbesar di Kalbar adalah tanaman kelapa sawit, dan untuk perkebunan
rakyat, karet adalah komoditas utama yang menjadi primadona.
Secara teknis, kelapa sawit cocok untuk daerah Kalimantan Barat, karena
tidak mempersyaratkan kesuburan tanah, Hampir sepertiga luas wilayah Kal-bar
sudah dikonversi menjadi wilayah perkebunan sawit. Hasil-hasil dari perkebunan
ini memberikan kontribusi terhadap pembangunan di daerah Kalimantan Barat
16
dan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Kalbar. Selain bagi
masyarakat, perusahaan pengelolanya juga dapat menghasilkan keuntungan
dengan menjual hasil perkebunan baik melalui pasar domestik maupun pasar
global.
Karet dan kelapa sawit merupakan bentuk usaha yang dipilih karena hasil
yang sangat menjanjikan. Sekitar 60% lahan yang ada di Kalimantan Barat kini
telah beralihfungsi menjadi perkebunan. Lahan terluas yang digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat yaitu di kabupaten Sanggau dengan
luas lahan 63.238 Ha, untuk peringkat kedua yaitu di kabupaten Ketapang dengan
luas lahan 49.936 Ha, dan untuk terluas ketiga yaitu kabupaten Sekadau dengan
luas lahan 24.634 Ha.
Dibalik dampak positif yang dihasilkan oleh perkebunan sawit ini, terdapat
pula dampak negatifnya. Keberadaan perkebunan kelapa sawit skala besar seperti
sekarang ini, mengancam Kalimantan Barat sebagai satu kesatuan ekologis. Juga
merusak keseimbangan alam dan lingkungan, seperti akar dari kelapa sawit sangat
sulit untuk dibersihkan walaupun pohon sawit tersebut telah mati, namun
dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar akar dan tanah yang telah ditanami kelapa
sawit dapat digunakan lagi. Selain itu tanah bekas perkebunan kelapa sawit akan
menjadi gersang karena unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah telah habis.
Dari Sambas menceritakan derita banyak orang karena pembukaan
perkebunan sawit. Ada perusahaan melakukan sosialisasi diam-diam. Bahkan ada
sosialisasi, langsung kemudian penggusuran lahan. Ada banyak lahan kebun dan
perkuburan keramat (kuburan tua) yang digusur untuk perkebunan sawit. Tidak
hanya itu, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit kerap menimbulkan
pencemaran diakibatkan asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara
pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang
meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan data Kasdam XII Tanjungpura bahwa konflik lahan yang ada
di Kalimantan Barat cukup kencang saat ini sudah ada 84 kasus yang menyangkut
lahan perkebunan.Dari 84 kasus tersebut, biasanya yang paling sering terjadi yaitu
masyarakat adat dengan perkebunan, pemilik lahan dengan pemerintah,
17
18
perkebunan kelapa sawit, maka kami dapat menyimpulkan beberapa cara untuk
meminimalisir kerusakan lingkungan hutan di Kalimantan Barat.
Berikut cara untuk mensukseskan Green Economic di Kalimantan Barat,
ditengah maraknya pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit :
1.
2.
dengan
mengadakan
seminar
penyampaian
prinsip-prinsip
konservasi lingkungan
Melakukan pengembangan komoditas lain, selamatkan dan tingkatkan kualitas
4.
karet rakyat
Melakukan pemberdayaan partisipatif dengan membangun jejaring yang
melibatkan anggota masyarakat sambil memanfaatkan lahan secara produktif
dengan
menanam
aneka
komoditi
yang
bernilai
ekonomis
contohnya
7.
Barat
Melakukan sosialisasi pentingnya lingkungan hidup melalui berbagai media.
Bersikap kritis terhadap situasi sekarang dan masa depan sambil menggalakkan
8.
9.
19
BAB III
PENUTUP
20
A. KESIMPULAN
Pembangunan perkebunan kelapa sawit juga berdampak negatif kalau
dilakukan secara sembarangan. Dampak ini dapat merusak lingkungan,
keragaman
hayati,
Pembangunan
dan
perkebunan
bahkan
kelapa
merusak
sawit
budaya
masyarakat
berkelanjutan
akan
setempat.
melibatkan
21