Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENDAHULUAN (SAP)

PENYAKIT KUSTA

DI SUSUN OLEH :

ADINDA FEBRIYANTI
GMELINA ADHA SARI
NURUL HIDAYAH
PUTRI SHELLY
SYF MARDIANA
AMELIA
JANIUS
SUSANA
PUTRI NOFIANDA

PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIAH PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Kusta
Sasaran : Mahasiswa kelas 3b semester 5
Hari/ Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017
Tempat : STIK Muhammadiah Pontianak
Waktu : 13.00-14.00

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan dapat memahami dan mampu
mengaplikasikan materi tentang penyakit kusta dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan peserta mampu :
a. pengertian penyakit kusta
b. penyebab penyakit kusta
c. tanda dan gejala penyakit kusta
d. cara penularan penyakit kusta
e. cara mengobati penyakit kusta
f. akibat penyakit kusta
B. Sasaran
Mahasiswa kelas 3b semester 5
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi kusta
2. Klasifikasi kusta
3. Penyebab kusta
4. Epidemiologi kusta
5. Penyebaran kusta
6. Tanda dan gejala kusta
7. Pencegahan kusta
8. Penatalaksanaan kusta
9. Komplikasi kusta
D. Media
1. Lembar balik
2. PPT
3. Leaflet
4. LCD
E. Setting
1. Setting Waktu
Jenis kegiatan Waktu Acara Penyuluhan
(menit ) Penyluhan Sasaran
Pembukaan 5 - mengucapkan salam - menjawab salam
- perkenalan - memperhatikan
Isi 15 Menjelaskan tentang - mendengarkan
a. pengertian penyakit kusta - memperhatikan
b. penyebab penyakit kusta
c. tanda dan gejala penyakit
kusta
d. cara penularan penyakit kusta
e. cara mengobati penyakit kusta
f. akibat penyakit kusta
Tanya Jawab 10 - memberi kesempatan untuk - aktif bertanya
bertanya dan penyuluh member
jawaban
Evaluasi dan 5 - memberikan pertanyaan - mejawab salam
Penutup - mengucapkan terimakasi dan
salam
2. Setting Tempat

Keterangan:
: preyektor / LCD

: penyaji

: peserta

: Moderator

: Observer

F. Pengorganisasian kelompok
1. Moderator : Adinda Febrianti
2. Penyaji : Gmelina Adha Sari
3. Observer : Putri Novianda
4. Fasilitator :
a. Nurul Hidayah Ramli
b. Putri Shelly
c. Syf Mardiana
d. Susana
e. Amalia
f. Janius
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Semua peserta hadir dalam kegiatan, minimal 10 peserta
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
c. Pengorganisasian dilakuan 2 hari sebelum pelaksanaan
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta memahami materi yang disampaikan
b. Ada umpan balik dari positif dari peserta Lampiran Materi
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT KUSTA

A. Pengertian Penyakit Kusta


Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-
gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan
nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874
sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.
Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai
penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya,
diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan
bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang
menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus
dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae
ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen
pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal
sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya
untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper
mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih
diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien
kusta.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila
tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-
saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta
tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit
tzaraath.
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan oleh
kuman kusta Mycobacterium leprae. Penyakit tersebut menyerang kulit, saraf tepi dan
dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak.
B. Penyebab Penyakit Kusta
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium,
dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi
oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”.
Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya
Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit
menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. Mikrobakteria ini secara
primer menyerang saraf tepi dan terutama pada tipe lepromatosa, secara sekunder dapat
menyerang seluruh organ tubuh lain seperti kulit, mukosa mulut, mukosa saluran nafas
bagian atas, mata.
Klasifikasi
1. Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar
uang logam atau lebih besar, sering timbul dipipi, punggung, patat, paha atau lengan.
Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya rasa sama sekali.
2. Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumannya banyak terdapat diselaput
lendir hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa bercak kemerahan, kecil-
kecil tersebar diseluruh badan atau berupa penebalan kulit yang luas sebagai infilrate
yang tampak mengkilap dan berminyak, dapat berupa benjolan merah sebesar biji
jagung yang tersebar di badan, muka dan daun telinga disertai rontoknya alis.
C. Tanda dan Gejala Penyakit Kusta
3. Tanda-tanda penyakit kusta
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari
penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum
tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:
a. Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia
b. Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak.
c. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis
magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi
tipis dan mengkilat.
d. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit
e. Alis rambut rontok
f. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
4. Gejala umum pada penyakit kusta
Penderita kusta tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak
putih seperti panu atau pun bercak kemerahan kelainan ini kulit terasa hilang rasa,
tidak terasa gatal, dan tidak sakit merupakan gejala awal dari penyakit kusta. Pada
keadaan lanjut dan tidak dapat pengobatan yang tepat penyakit kusta dapat
menyebabkan kecacatan pada mata seperti tidak bisa menutup bahkan sampai buta,
tangan mati rasa pada telapak tanggan, mati rasa pada telapak kaki.
D. Cara Penularan Penyakit kusta
Penularan terjadi pada penderita kusta yang tidak di obati ke orang lain dengan kontak
langsung melalui pernafasan. Kontak langsung yang lama dan erat melalui kulit. Tidak
semua orang dapat tertular penyakit kusta, hanya sebagian kecil saja (5%) yang tertular
kusta. Jadi dapat dikatakan bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit
menular kemungkinan anggota keluarga dapat tertular kalau penderita tidak berobat oleh
karena itu seluruh anggota keluarga harus di periksa.

E. Cara Megobati Penyakit Kusta


1. Jika hasil pemeriksaan adalah penyakit kusta, maka penderita harus minum obat
secara teratur sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.
2. Penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serata memutuskan mata
rantai penularan dari penderita kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain
untuk menurunkan insiden penyakit. Program Multie Drug Therapy (MDTG) dengan
kombinasi rifampisin, klofazimin, dds dimulai tahun 1981.
3. Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa rifampisin 600mg\bln, pengobatan ini
diselesaikan dalam 6- 9 bulan.
4. Jenis obat dan dosis untuk anak- anak klofazimin umur dibawah 10 tahun, 50mg / 2x
perminggu umur 11- 14 tahun 100mg /bln, harian 50 mg/3 x per minggu. Rifampisin
10- 15 mg.
F. Akibat Dari Penyakit Kusta
1. Kuman kusta dalam tubuh penderita akan tumbuh dan berkembang lebih banyak dan
akan merusak saraf sehingga timbul kecacatan.
2. Cacat kusta terjadi karena penderita terlambat di temukan sehingga terlambat di obati
3. Jika timbul kecacatan penderita akan kehilangan pendapatan karena tidak dapat
berkerja
4. Cacat kusta adalah cacat akibat kuman kusta yang menyerang saraf penderita. Cacat
bisa terjadi juga akibat luka di tangan dan di kaki penderita yang mati rasa
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1982.


Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta,
1990.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta, 1996.
Kosasih, A, Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Kusta, FK-UI, 1988.
Ngatimin Rusli HM, Leprophobia, Majalah Kesehatan Masyarakat, Tahun XXI, Nomor 5,
1993.
Ngatimin Rusli HM, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan, Disertasi
Pascasarjana, Ujung Pandang, 1987.

Anda mungkin juga menyukai