Anda di halaman 1dari 11

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

Choirun Nisa

GAMBAR ANAK PENDERITA RETARDASI MENTAL:


STUDI KASUS DI SLB-C YASPENLUB DEMAK *
Choirun Nisa
(Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Seni Rupa FBS UNNES)

Abstrak
Anak retardasi mental adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dalam kecerdasan,
tidak hanya lemah dalam fungsi kognitif tetapi juga psikomotorik. Masalah yang dikaji: (1) Bagaimanakah
subjek gambar yang diekspresikan oleh anak penderita retardasi mental siswa SLB-C Yaspenlub Demak?,
(2) Bagaimanakah pemilihan perwujudan unsur gambar anak penderita retardasi mental siswa SLB-C
Yaspenlub Demak? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian ini adalah ekspresi
subjek gambar, perwujudan unsur gambar, dan karakteristik gambar anak penderita retardasi mental di
SLB- C Yaspenlub Demak. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek gambar yang diekspresikan anak adalah bendabenda dan lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Unsur-unsur gambar yang ditampilkan sebatas rautraut geometris yang tidak sempurna, dengan garis mlethot dan warna yang terkesan berbentuk coretan,
masih terkesan semampunya. Saran yang dapat dikemukakan adalah supaya merangsang kebebasan
anak mengungkapkan imajinasi dengan metode pembelajaran menggambar bebas dengan tema yang
ditentukan. Memberikan pengetahuan dan pelatihan yang maksimal tentang cara mewarnai yang baik, karena
menggambar dan mewarnai adalah sarana pengembang kreativitas anak.
Kata Kunci : retardasi mental, gambar, gambar anak

Pendahuluan
Retardasi mental adalah kondisi sebelum
usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya
kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah
70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan
sehari-hari (Santrock, 2007:224). Retardasi
mental digolongkan dalam tiga kategori yaitu,
ringan (IQ 50-70), sedang (IQ 25-50), dan berat
(IQ 0-25). Kelemahan kecerdasan tidak hanya
berakibat pada kelemahan fungsi kognitif,
tetapi juga berpengaruh pada sikap dan
keterampilan lainnya. Salah satu karakter
penderita retardasi mental adalah susah
menuliskan namanya apalagi menerima
pelajaran yang sifatnya mengingat. Ingatan
anak retardasi mental sangat lemah dibanding
dengan anak normal. Fungsi kognitif dan
psikomotorik anak retardasi mental sangat jauh

dengan anak-anak normal, maka pembelajaran


yang diberikan cenderung tidak melalui proses
analisis kognitif melainkan melalui proses
analisis psikomotorik.
Proses analisis psikomotorik salah
satunya dengan menggambar. Gambar adalah
suatu pembelajaran yang disukai kebanyakan
anak. Buku akan terasa membosankan jika
tidak ada gambar di dalamnya. Dengan
menggambar anak dapat mengekspresikan diri
melalui karya-karya yang dibuat. Anak tidak
takut salah dalam menggambar, gambar yang
dihasilkan setiap individu berbeda-beda
sekalipun mencontoh gambar yang sudah ada.
Berlandaskan hal tersebut permasalahan
yang muncul adalah: (1) bagaimanakah subjek
gambar yang diekspresikan oleh anak

Vol. VI No. 1 Januari 2010

41

Choirun Nisa

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

penderita retardasi mental siswa SLB-C


Yaspenlub Demak? (2) bagaimanakah
pemilihan perwujudan unsur gambar anak
penderita retardasi mental siswa SLB-C
Yaspenlub Demak?
Tinjauan Pustaka
Retardasi Mental
Tiga hal penting yang menyatakan definisi
retardasi mental: (1) fungsi intelektual lamban
yaitu IQ 70 ke bawah diukur dengan tes
standar, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif,
individu dalam memenuhi tanggung jawab
sosial masih kurang dari usia dan kelompok,
dan (3) terjadi pada masa perkembangan,
batas usia dari masa perkembangan adalah
18 tahun. Klasifikasi kecacatan menurut tes
Binet dapat dilihat pada angka hasil tes
kecerdasan, seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot,
IQ 25-50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50-70
kategori debil atau moron (Sumarlan dalam
Isbani 1994:4).
Kategori debil atau moron merupakan
retardasi mental ringan yang tingkatan
intelegensi anak setara dengan anak berusia
7-12 tahun. Anak yang mengalami retardasi
mental ringan bersifat educable atau dapat
didik, artinya anak tidak mampu mengikuti
program sekolah biasa, tetapi masih memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kategori imbecil merupakan retardasi mental
sedang yang tingkatan intelegensinya setara
dengan anak-anak normal usia 3-7 tahun.
Kemampuan membentuk konsep amat
terbatas, namun trainable atau dapat dilatih.
Pembelajaran lebih dititikberatkan pada
pendidikan latihan keterampilan khusus, seperti
belajar mengurus diri sendiri dan belajar
menyesuaikan diri di lingkungan rumah dan
sekitarnya. Idiot merupakan retardasi mental
berat yang tingkatan intelegensi setara dengan

42

anak normal berusia 1 3 tahun. Anak yang


mengalami retardasi mental berat sering
disebut dependent retarded atau penderita
lemah mental yang tergantung, atau mampu
rawat, membutuhkan perawatan sepenuhnya
seumur hidup, karena tidak mampu hidup tanpa
pertolongan orang lain.
Faktor penyebab yang dinyatakan
sebagai dasar terjadinya retardasi mental:
faktor genetik, faktor cidera di dalam rahim
misalnya kekurangan nutrisi dan zat-zat yang
diperlukan tubuh, terjadi benturan sehingga
mengalami pendarahan, pikiran atau stress
saat ibu mengandung, mengkonsumsi obat
yang berlebihan. Cidera saat kelahiran,
misalnya kelahiran menggunakan tang,
kekurangan oksigen, kelahiran yang terlalu
lama sehingga ibu lemah dalam melakukan
persen (ngeden). Faktor setelah kelahiran,
misalnya terkena benturan keras di bagian
kepala, panas yang tinggi, kondisi rumah
tangga yang pecah (broken home).
Modifikasi perilaku perlu diberikan kepada
anak retardasi mental melalui terapi perilaku.
Efendi (2006:104) menyatakan bahwa dalam
memberikan terapi perilaku pada anak
retardasi mental, seorang terapis harus
memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pendidikan humanistik, yaitu
penerimaan secara hangat, antusias tinggi,
ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh
empati yang tinggi terhadap kondisi anak
retardasi mental.
Jenis terapi perilaku yang diberikan
kepada anak retardasi mental yaitu melalui
kegiatan bermain. Terapi permainan yang
diberikan yang memiliki muatan antara lain: (1)
setiap permainan hendaknya memiliki nilai
terapi yang berbeda; (2) sosok permainan yang
diberikan tidak terlalu sukar untuk dicerna anak
retardasi mental (Prasedio dalam Efendi
2006:105). Nilai terapi yang penting dalam
perkembangan anak retardasi mental yaitu (1)

Vol. VI No. 1 Januari 2010

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

pengembangan fungsi fisik, misalnya


pernapasan, peredaran darah, dan pencernaan makanan; (2) pengembangan sensomotorik, melalui bermain dapat melatih
ketajaman penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan melatih kemampuan gerak; (3) pengembangan daya khayal,
anak diberi kesempatan untuk mampu
menghayati makna kebebasan untuk
pengembangan kreasinya; (4) pembinaan
pribadi, anak berlatih memperkuat kemauan,
memusatkan perhatian, mengembangkan
keuletan, dan percaya diri; (5) pengembangan
sosialisasi, anak harus mampu menerima
kekalahan, menunggu giliran, setia dan jujur;
(6) pengembangan intelektual, dalam permainan yang dilakukan, anak diberi kesempatan untuk mengaktualisasi kemampuannya
melalui ucapan atas apa yang dilihat dan
didengar tentang permainan yang dilakukan.
Gambar dan Menggambar
Gambar merupakan bagian karya seni
yang perwujudannya mengekspresikan simbolsimbol tertentu dari jiwa pembuatnya.
Keseluruhan unsur-unsurnya menentukan
wujud dan makna yang terkandung dalam
gambar tersebut. Unsur-unsur rupa merupakan
aspek-aspek bentuk yang terlihat, konkret,
yang dalam kenyataannya jalin-manjalin dan
tidak mudah diceraikan satu dengan lainnya
(Sunaryo 2002:5). Unsur-unsur rupa yang
membentuk gambar terdiri dari garis, raut,
warna, gelap terang, tekstur, dan ruang. Dari
unsur-unsur tersebut akan diperoleh suatu
karya yang merupakan ekspresi dan imajinasi
dari pembuatnya, atau sebagai bahasa kedua
dan tempat memainkan fantasi. Dalam
membuat suatu gambar, permukaan bidang
yang digores tidak hanya pada bidang seperti
kertas, tetapi bisa juga pada dinding atau
tembok, batu, daun, jalan, kain, dan kulit,
sesuai ekspresi yang ingin ditampilkan.

Choirun Nisa

Gambar merupakan tiruan barang,


tumbuh-tumbuhan, atau orang dalam bentuk
dua dimensi yaitu mempunyai ukuran panjang
dan lebar. Gambar bisa dihasilkan lewat
goresan tangan dengan alat gambar, atau bisa
juga dengan menggunakan kamera atau alat
potret. Barang, tumbuh-tumbuhan, atau orang
yang ditiru disebut dengan objek gambar.
Setiap anak memiliki kesenangan terhadap
objek gambar masing-masing, yang kemudian
digambar dalam bentuk dua dimensi. Gambar
yang sudah jadi itu disebut dengan subjek
gambar.
Subjek gambar adalah representasi dari
ingatan atau imajinasi seorang juru gambar
(wikipedia.org/wiki/menggambar). Subjek
gambar yang bersifat representatif adalah isi
gambar yang tampilannya ada dalam
kehidupan sehati-hari atau realistis seperti
gambar potret. Subjek gambar yang bersifat
non representatif adalah isi gambar yang
tampilannya setengah realistis seperti karyakarya sketsa atau yang benar-benar mementingkan gaya gambar seperti kartun, karikatur,
atau gambar abstrak.
Gambar Anak-anak dan Perkembangannya
Menggambar merupakan salah satu
aktivitas yang disukai oleh anak, karena dalam
menggambar ada menggores, membentuk,
mewarnai dan mengomposisikannya. Dengan
menggambar, anak akan tertantang untuk
berangan-angan dan berfantasi, yang
kemudian anak mewujudkannya dengan
menggunakan media. Perwujudan gambar
anak ini merupakan bentuk pernyataan batin,
saluran ungkapan keinginan, kesenangan,
perhatian, kesedihan, dan kemarahan.
Keterampilan tangan pada aktivitas
menggambar akan mengoptimalkan life skill
(kecakapan hidup) yang nantinya akan
menstimulasi kreativitas yang lain untuk
menjawab tantangan (permasalahan) hidupnya

Vol. VI No. 1 Januari 2010

43

Choirun Nisa

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

(Muba 2009). Semua hal-hal tersebut akan


merangsang perkembangan fungsi otak kanan
yang penting untuk kreativitas anak.
Keseimbangan otak kanan akan memunculkan
kreativitas, yakni suatu kemampuan daya cipta
atau kemampuan menciptakan hal-hal baru,
dan mengkombinasikan hal-hal yang sudah
ada sebelumnya menjadi sebuah karya yang
lebih menarik.
Dunia gambar anak tidak terpaku pada
doktrin dan aturan-aturan yang ada. Gambar
yang dihasilkan anak berasal dari imajinasi
masing-masing. Keunikan karya gambar anak
akan timbul dari fantasi dan imajinasi yang
dituangkan dalam karya gambar bebas. Anak
akan membuat bentuk-bentuk atau warnawarna dengan cara tidak lazim, tidak logis, tidak
realistis atau belum pernah ada. Hal inilah yang
menjadi keunikan dan kekhasan gambar anak.
Lowenfeld dan Brittain (dalam Wijaya 2005)
menyatakan bahwa dunia kesenirupaan anak
dapat dilihat berdasarkan periodesasi
perkembangan gambar anak, bentuk
ungkapan gambar anak, dan berdasarkan tipe
gambar anak.
Lowenfeld dan Brittain (1982:429-432)
mengungkapkan tahapan perkembangan
gambar anak berdasarkan periodesasinya
dibagi menjadi enam masa yaitu meliputi masa
coreng-moreng (usia 2-4 tahun), masa
prabagan (usia 4-7 tahun), masa bagan (7-9
tahun), masa permulaan realisme (9-12 tahun),
masa naturalis semu (12-14 tahun), dan masa
anak-anak puber (14-.17 tahun). Dunia gambar
anak dapat dilihat melalui bentuk ungkapan
gambar yang dibuat. Garha (1980:130-112)
mengungkapkan bahwa bentuk ungkapan
khusus dalam menggambar terdiri atas:
dimensi, stereotipe (perulangan), ideoplastis,
penumpukan, perebahan, tutup menutup,
perspektif burung, dan pengecilan.
Anak memiliki gaya dalam menggambar
yang berbeda dengan orang dewasa. Setiap

44

gaya pada gambar anak memiliki tipe yang


berbeda. Tipe ini sangat penting untuk
mengidentifikasi gambar karya anak-anak.
Ditinjau dari segi pengaruh yang menentukan
gambar yang dibuat anak, ada tipe gambar
buatan anak-anak dan pewarnaannya yaitu tipe
visual, tipe haptik, dan tipe campuran (lihat:
Garha 1980).
Metode Penelitian
Masalah yang diajukan dalam penelitian
ini lebih menekankan pada ekspresi gambar
anak penderita retardasi mental yang termuat
dalam unsur gambar dan pengekspresian
subjek gambarnya. Oleh karena itu, pendekatan dan strategi penelitian yang sesuai
adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan bentuk penelitian yang mampu
mengungkap berbagai informasi kualitatif
dengan deskriptif yang penuh nuansa lebih
berharga dari sekadar pernyataan jumlah
ataupun frekuensi dalam bentuk angka (Sutopo
1991: 28). Sasaran penelitian ini mencakup tiga
hal pokok yaitu ekspresi subjek gambar,
perwujudan unsur gambar, dan karakteristik
gambar anak penderita retardasi mental.
Lokasi penelitian ini adalah SLB-C Yayasan
Pendidikan Luar Biasa (Yaspenlub) Demak
yang letaknya di jalan Kudus NO. 52 Demak
59511. Pengumpulan data menggunakan
teknik pengamatan (observasi), wawancara,
dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan
dianalisis secara kualitatif dengan merujuk
model analisis siklus interaktif (lihat: Miles dan
Hubermen 1992).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SLB-C Yayasan Pendidikan Luar Biasa
(Yaspenlub) Demak beralamat di jalan Kudus
No. 52 Demak 59511, yaitu Kampung

Vol. VI No. 1 Januari 2010

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

Mbanjaran, Desa Bintoro Kecamatan Demak


Kota, Kabupaten Demak. SLB ini berdiri pada
tanggal 7 Januari 1979, perintis berdirinya SLBC ini adalah Bapak Ridwan yang sampai
sekarang masih menjabat sebagai Kepala
Sekolah SLB-C Yaspenlub Demak. Sekolah
Luar Biasa yang menampung anak tuna grahita
atau retardasi mental ini diresmikan oleh Bapak
Sudomo (Bupati Demak pada masa itu).
Status tanah SLB Yaspenlub Demak
bukan milik pribadi tetapi milik Pemda Demak
dan wakaf dari Ibu Siti Fatimah (istri Kapolres
Demak sekaligus bendahara yayasan pada
saat berdirinya yayasan). Kurang lebih 1000
meter yang berada di halaman depan yayasan
milik Pemda Demak, dan 400 meter yang
berada di belakang tanah wakaf dari Ibu Siti
Fatimah. Meskipun tanah bukan milik yayasan,
tetapi bangunannya milik yayasan sendiri.
Awal berdiri SLB-C ini hanya mempunyai
satu tenaga pengajar yaitu Pak Ridwan dan
tujuh peserta didik. Kini, jumlah seluruh
pengurus di SLB-C Yaspenlub Demak sampai
dengan Januari 2010 adalah 13 orang. 12
orang tenaga pendidik dan 1 orang penjaga
sekolah. Setiap guru di SLB-C Yaspenlub
Demak merangkap sampai tiga kelas.
Jumlah peserta didik di SLB-C Yaspenlub
Demak pada tahun pelajaran 2009/ 2010
seluruhnya berjumlah 66 anak yang terdiri dari
40 anak laki-laki dan 26 anak perempuan.
Seluruh siswa berasal dari Demak sendiri, yaitu
Desa Bintoro, Mangunjiwan, Wonosalam,
Sayung, Singorejo, Karang Tengah, Jogoloyo,
Dempet, Wedung, Mijen, Tegowanu, dan lainlain. Hampir seluruh desa kecamatan di kota
Demak yang terdapat anak keterbelakangan
mental, bersekolah di SLB-C Yaspenlub
Demak. Karena di Demak hanya terdapat satu
sekolah luar biasa.
Sarana yang pasti tersedia adalah ruang
kelas, meja, kursi, dan papan tulis. SLB-C
Yaspenlub Demak mempunyai empat ruang

Choirun Nisa

kelas yang masing-masing kelas disekat


menjadi empat ruang, meskipun demikian
ruang kelas tetap terlihat rapi dan bersih. Selain
ruang kelas, sekolah juga berusaha
menyediakan alat-alat keterampilan seperti
mesin jahit, alat pertukangan yang
menggunakan tenaga mesin, hairdryer,
perlengkapan membuat roti, dan lain-lain.
Kurikulum di SLB-C Yaspenlub Demak
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan materi
yang digunakan sama dengan materi kelas 1,
2, dan 3 pada sekolah dasar (SD), tetapi pada
penerapannya, kurikulum menjadi tidak begitu
penting, karena kemampuan yang dimiliki anak
sangat terbatas. Anak tidak bisa dituntut untuk
memenuhi target pembelajaran pada rumusan
indikator yang telah ada. Target pembelajaran
dimodifikasi oleh guru sendiri sesuai tingkat IQ
anak. Pembelajaran lebih dititikberatkan pada
pendidikan latihan keterampilan khusus, seperti
belajar mengurus diri sendiri dan belajar
menyesuaikan diri di lingkungan rumah dan
sekitarnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan
siswa menyandang retardasi mental sedang
atau imbecil, yang trainable.
Pembelajaran Menggambar di SLB-C
Yaspenlub Demak
Pembelajaran seni rupa tidak hanya
menggambar, tetapi ada mewarnai, menempel,
melipat, menggunting, dan menciptakan
sesuatu dari berbagai media. Alokasi waktu
yang digunakan hanya 1 (satu) jam kegiatan
yang berlangsung selama 35 menit. Jadwal
pelajaran seni budaya/ seni rupa di semua
tingkatan sama, yaitu hari Jumat setelah jam
pelajaran olah raga.
Persiapan guru memberikan materi
menggambar kepada anak tidak terlalu banyak,
yaitu hanya menyiapkan kapur warna dan
menyiapkan tema gambar, untuk guru kelas di

Vol. VI No. 1 Januari 2010

45

Choirun Nisa

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

TKLB A dan B menyiapkan gambar untuk


diwarnai. Pembelajaran menggambar di SLBC ini hampir seluruhnya menggunakan metode
mencontoh (pemodelan). Guru memberikan
contoh gambar di papan tulis, dan diikuti oleh
siswa.
Setiap kegiatan pembelajaran
mempunyai tujuan agar mencapai hasil yang
maksimal. Pembelajaran yang hanya
memberikan contoh di papan tulis tidak akan
memberikan suatu lingkungan atau pembelajaran yang kondusif. Metode pembelajaran
yang disebutkan di atas hanya akan
menegaskan keterbelakangan mental siswa.
Pembelajaran yang demikian perlu diubah
sesuai dunia anak-anak yaitu bermain.
Menciptakan suasana yang kondusif dengan
menumbuhkan rasa percaya diri anak,
membangkitkan semangat, merangsang untuk
berinteraksi dan berkomunikasi sesama teman,
guru, dan orang lain akan membuat anak
merasa senang, nyaman, tanpa paksaan dan
tekanan mampu menghasilkan bentuk
ungkapan yang berbeda.
Anak dibiarkan berekspresi sesuai
imajinasi masing-masing yang dirangsang
dengan memberikan permainan anak-anak
seperti cublek-cublek suweng, dakon, dan ular
tangga sebelum membuat gambar. Pihak
sekolah memutar lagu anak-anak agar anak
merasa senang, kemudian anak diajak untuk
bernyanyi dan bergoyang mengikuti irama lagu
dan sekali-sekali bertepuk sebelah tangan
dengan teman sebelah. Anak diminta
menyiapkan alat-alat gambar dengan tetap
bernyanyi. Setelah alat gambar siap di atas
meja masing-masing, musik dipelankan. Anak
diminta membuka undian dari permainannya
tadi, kemudian guru meminta anak untuk mulai
menggambar sesuai representasi anak dari isi
undian yang didapat.
Media gambar yang digunakan bervariasi,
misalnya pensil warna, krayon, lilin, cat poster,

46

cat air, benang, daun pisang atau daun lain


yang ukurannya lebar, dan lain-lain yang ada
di lingkungan sekitar. Pola kegiatan yang
diberikan dengan metode permainan,
menyenangkan, dan santai. Kondisi seperti ini
akan memunculkan sesuatu yang berbeda dan
tidak terduga pada hasil karya gambar anak.
Pengekspresian Subjek Gambar Siswa
SLB-C Yaspenlub Demak
Kemampuan fisik anak retardasi mental
masih sangat terbatas dan hanya
menghasilkan goresan-goresan yang berupa
garis panjang dan pendek yang tidak tentu
arahnya. Dalam perkembangan dan
banyaknya latihan menggerakkan tangan,
anak dapat membuat bentuk-bentuk tertentu
yang mempunyai arti sebagai simbol dari
bentuk benda yang digambar. Berikut salah
satu gambar dari siswa retardasi mental:
Karya gambar Irvan merupakan wujud
imajinasi objek peman-dangan laut. Irvan
membuat sebuah gambar yang masuk dalam
kategori terbaik di SLB-C Yaspenlub Demak
ini dengan media pensil warna dan ukuran
kertas 22x28 cm. Judul karya gambar Irvan
adalah Kapal Pesiar. Subjek gambarnya adalah
sebuah kapal pesiar yang besar dan sebuah
kapal dengan ukuran yang lebih kecil, rumah,
pagar, dan pohon kelapa.
Makna konotatif yang terdapat dalam
tanda-tanda (denotasi) yang ada dalam
gambar ini adalah pemandangan alam di tepi
laut. Gambar ini tidak menampilkan perwujudan
ruang kosong melainkan menampilkan ruang
atau bidang yang luas. Warna oranye pada
langit mengesankan suasana senja di tepi laut.
Bagian-bagian lain dari gambar tidak diberi
warna, hanya kesan-kesan dari goresan pensil.
Gelombang air laut dan dua buah kapal
pesiar sebagai subjek utama dalam gambar ini,
mengesankan suatu kehidupan dan semangat
di tengah kesunyian menjelang malam.

Vol. VI No. 1 Januari 2010

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

Gambaran tersebut mempunyai konotasi yang


kontradiktif yakni berisi tapi kosong, artinya
dalam perwujudannya, ruang tersebut terisi
dengan bentuk-bentuk pagar, rumah, pohon
kelapa, kapal pesiar dan air laut yang ukuranya
berbeda, rumah dan pohon kelapa hanya
sebagai pemanis dalam mengisi bidang
gambar, sehingga ukurannya juga lebih kecil.
Langit yang berwarna oranye yang bidangnya
tidak terlalu lebar dan kapal yang seolah-olah
berlayar mempunyai makna konotatif bahwa
perubahan waktu dan perubahan tempat
senantiasa terjadi seiring dengan berlangsungnya kehidupan.
Perwujudan Unsur Gambar Siswa SLB-C
Yaspenlub Demak
Berikut ini adalah analisis mengenai
perwujudan unsur gambar yang ditampilkan
pada hasil gambar anak penderita retardasi
mental siswa SLB-C Yaspenlub Demak.
Analisis Gambar Nur Inayah
Analisis unsur garis dalam gambar
Rumahku karya Iin terlihat kekuatan garis
pada setiap bagian subjek yang ada yakni:
a. Kekuatan garis tegak lurus terdapat
pada rumah yaitu arah garis horizontal sebagai
pembatas antara tepi atas dan bawah serta
pembatas antara atap dan dinding rumah.
Tidak ada garis horizontal yang membagi tanah
dan langit sehingga gambar terkesan
melayang. Arah garis vertikal terdapat pada tepi
kanan dan kiri rumah serta pembatas antara
dinding pintu dan dinding rumah. Kekuatan
garis tersebut memberi kesan kokoh dan diam.
b. Kekuatan garis lengkung yang terdapat
pada bentuk awan dan rumput dengan goresan
yang kaku.
c. Kekuatan dua garis tegak dan lengkung
yang terdapat pada matahari, garis lengkung
pada bentuk matahari dan garis tegak pada
sinar.

Choirun Nisa

Warna yang disajikan secara keseluruhan


dalam gambar Nur Inayah ini adalah warnawarna kontras, komplementer dan monokromatik, antara lain: (1) warna hitam terdapat
pada atap rumah dan rumput, (2) warna biru
tua terdapat pada ventilasi udara dan awan,
(3) warna kuning terdapat pada dinding rumah,
(4) warna oranye terdapat pada pintu rumah
dan sinar matahari, (5) warna merah terdapat
pada dinding sekitar rumah, dan (6) warna
ungu kehitaman terdapat pada matahari.
Seluruh bentuk dan warna ditata di
dalam bidang segi empat, secara asimetri dan
teknik goresan terlihat jelas untuk membentuk
tekstur. Komposisi atau penataan unsur
tersebut cenderung bevariasi dalam ukuran
dan jarak, untuk memperoleh kesan dinamis.
Hal ini terlihat pada penempatan rumah yang
mendominasi bidang gambar sebelah kiri, dan
matahari beserta awan yang berukuran kecil
diletakkan pada bagian bidang gambar sebelah
kanan. Bidang yang lebih lebar diisi subjek
gambar awan dan matahari yang dibuat kecil,
hal ini menandakan kurangnya kemampuan
yang membuat dalam mengkoordinasikan
gambar.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat dikemukakan simpulan
sebagai berikut. Subjek gambar yang di
ekspresikan anak adalah benda-benda dan
lingkungan alam yang ada di sekitar, dan sering
mereka jumpai. Misalnya seperti rumah, buahbuahan, bendera merah-putih, mobil, lemari,
gunung, dan kapal. Kapal sering dijumpai anak,
karena Demak termasuk wilayah pantai.
Unsur-unsur gambar yang ditampilkan
hanya sebatas penggabungan raut-raut
geometris yang tidak sempurna dengan garis
mlethot, dan warna yang terkesan berbentuk
coretan. Teknik penggunaan warna masih

Vol. VI No. 1 Januari 2010

47

Choirun Nisa

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

terkesan semampunya. Tekstur pada hasil


gambar seringkali tidak terlihat. Unsur ruang
terjadi hanya dengan penumpukan dan ukuran
subjek gambar yang berbeda. Sebagian besar
tidak ada garis tanah yang membagi antara
langit dan tanah, sehingga gambar terlihat
melayang. Anak juga tidak mengenal proporsi
dan komposisi, sehingga belum ada
keseimbangan antara bidang gambar dan hasil
gambar.
Hal ini dikarenakan anak masih lemah
dalam penguasaan konsep, pendampingan
guru tehadap siswa kurang seperti, anak tidak
diberitahu cara memegang pensil saat
menggambar yang benar, cara memegang
pensil warna dan krayon yang benar, cara
mewarna menggunakan pensil warna dan
krayon yang benar. Metode yang digunakan
guru hanya sebatas mencontoh gambar, anak
tidak dibebaskan untuk berekspresi, sehingga
semakin menegaskan keterbelakangan anak.
Beberapa saran dapat dikemukakan
sebagai berikut. Pembelajaran menggambar
hendaknya dilakukan dengan merangsang
kebebasan anak dalam mengungkapkan
imajinasi dan keberanian anak. Hal ini bisa
dilakukan dengan mengurangi kegiatan
pembelajaran menggambar dengan model
atau metode mencontoh.Selanjutnya menambah intensitas pembelajaran menggambar
bebas dengan tema yang ditentukan.
Diharapkan tenaga pengajar menambah ilmu
atau pengetahuannya lagi tentang ilmu-ilmu
yang mendukung pengembangan kreativitas
anak didik khususnya mengenai pelajaran
menggambar. Memberikan pengetahuan dan
pelatihan yang maksimal tentang cara
mewarnai yang baik. Menggambar juga melatih
keberanian anak untuk berekspresi, sehingga
nantinya anak akan lebih berani dalam
menjadikan dirinya sebagai individu yang
mandiri.

48

Daftar Pustaka
Effendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik
Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Garha, O. 1980. Pendidikan Kesenian Seni
Rupa Program Spesialisasi II. Jakarta: PT.
Gramedia Jakarta.
Lowenfeld, V dan Brittain, W.T. 1982. Creative
and Mental Grouwth. New York:
Macmillan Publishing Co. Inc.
Miles, M.B. dan Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Terjemahan: T.R. Rohidi.
Jakarta: UI Press.
Santrock, J. 2007. Psikologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Kensana Prenada Media Group.
Sunaryo, A. 2002. Nirmana I. Naskah Paparan
Kuliah Jurusan Seni Rupa FBS Unnes.
Sutopo, H.B. 1991. Metode Penelitian
KualitatifI. Surakarta: UNS Press.
Wang, M. 2009. Menggambar dan Kreatifitas.
http:// wangmuba .com/2009/02/14/

Vol. VI No. 1 Januari 2010

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

Mewarnai Gambar Maulana Saddam

Perahu Ubaidilla h Zufar

Choirun Nisa

Rumahku Nur Inayah (Iin)

Perahu Anindya Sekar Ayu

Hasil Mewarai dan Gambar Siswa SLB Yaspenlub Demak

Vol. VI No. 1 Januari 2010

49

Choirun Nisa

50

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

Vol. VI No. 1 Januari 2010

Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus di SLB-C Yaspenlub Demak

Vol. VI No. 1 Januari 2010

Choirun Nisa

51

Anda mungkin juga menyukai