Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Penyakit Jantung Bawaan


di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Qumairy Lutfiyah, S. Kep


Siti Roudhotul Janah, S, Kep
Moh. Syarifuddin, S. Kep
Eka Agustin Herliana, S. Kep
Silfia Desi Anggraini, S. Kep
Any Crisanty, S. Kep
Mria Novitasari

(131513143052)
(131513143062)
(131513143068)
(131513143085)
(131513143026)
(131513143043)
(131513143
)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN


: penyakit jantung bawaan
: Keluarga pasien dan pasien R. Camelia RSUD Dr. Soetomo

Judul
Sasaran
Surabaya
Hari/tgl
: rabu, 21 Oktober 2015
Tempat: R. Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Pelaksana
: Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR
Waktu
: Pukul 10.00-10.30 WIB
I.

II.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
dapat memahami tentang penyakit jantung bawaan (PJB).
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan, peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyakit jantung bawaan (PJB)
2. Menjelaskan penyebab penyakit jantung bawaan (PJB)
3. Menyebutkan pembagian penyakit jantung bawaan (PJB)
4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung bawaan (PJB)
5. Mengetahui jenis-jenis penyakit jantung bawaan (PJB)
6. Mengetahui deteksi dini penyakit jantung bawaan (PJB)
7. Mengetahui pencegahan penyakit jantung bawaan (PJB)
8. Mengetahui komplikasi penyakit jantung bawaan (PJB)
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan (PJB)
10. Mengetahui penatalaksanaan penyakit jantung bawaan (PJB)

III.

Materi
1. Pengertian penyakit jantung bawaan (PJB)
2. Penyebab penyakit jantung bawaan (PJB)
3. Pembagian penyakit jantung bawaan (PJB)
4. Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan (PJB)
5. Jenis-jenis penyakit jantung bawaan (PJB)
6. Deteksi dini penyakit jantung bawaan (PJB)
7. Pencegahan penyakit jantung bawaan (PJB)
8. Komplikasi penyakit jantung bawaan (PJB)
9. Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan (PJB)
10. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan (PJB)

IV.

Metode
Ceramah dan tanya jawab
Demonstrasi
Media
Leaflet dan flipchart

V.

VI.

Seting tempat
Observer

Moderator

Pemateri I

Pemateri II

Fasilitator 1

Fasilitator 2

VII.

Pengorganisasian
Peserta
1.
Pembimbing Akademik
: Harmayetty, S.Kp., M.Kes.
2.
PembimbingKlinik
: Binafsih, SST.
3.
Penyaji
: Any Crisanty
4.
Demonstrator
: Qumairy Lutfiyah
5.
Moderator
: Moh. Syarifuddin
6.
Observer
: Siti Roudhotul jannah
7.
Fasilitator
: Eka Agustin Herliana
Silfia Desi Anggraini

VIII.

Uraian Tugas
1. Tugas Penyaji
2. Tugas Moderator
3. Tugas Observer
4. Tugas Fasilitator

: Menyampaikan materi penyuluhan


: Mengatur jalannya penyuluhan
: Menilai jalannya penyuluhan
: Membantu dan mengondisikan peserta

IX.

Kegiatan penyuluhan
No

Waktu

Acara

1.

5 Menit

Pembukaan

Kegiatan penyuluh

Kegiatan Peserta

a. Mengucap salam

a. Menjawab salam

b. Memperkenalkan diri

b. Mengenal petugas

c.

Menjelaskan tujuan
yang akan dicapai

penyuluhan
c. Menyimak dengan

berkaitan dengan

seksama dan

materi penyuluhan

menerima kontrak.

yang akan disampaikan

d. Mengemukakan

dan mengajukan

pendapat sesuai

kontrak waktu.

dengan apa yang

d. Menggali pengetahuan

diketahui

yang di ketahui tentang


penyakit jantung
bawaan
2.

15

Penyampaian

menit

materi

a. Menyampaikan materi
peyuluhan:
- Pengertian PJB
- Etiologi PJB
- Pembeagian PJB

a. Mendengar materi
yang disampaikan
dengan seksama
b. Memperhatikan

berdasarkan

demonstrasi dengan
seksama.

anatomi
Tanda dan gajala

PJB
Jenis-jenis PJB
Deteksi dini PJB
Pencegahan PJB
Komplikasi PJB
Penatalaksanaan

PJB
b. Mendemonstrasikan
cara mencuci tangan
yang benar
c. Memberi kesempatan

c. Peserta mengajukan
pertanyaan.

peserta untuk bertanya

3.

10
menit

Penutup

a. Mengajukan

b. Peserta menjawab

pertanyaan sebagai

pertanyaan,

evaluasi dan meminta

mendemonstrasikan.

peserta

c. Menerima

mendemonstrasikan

reinforcement yang

cuci tangan

diberikan

b. Memberikan

d. Menjawab salam.

reinforcemen positif
atas jawaban peserta
c. Mengucapkan salam
penutup.
X. Evaluasi
1.Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat dilakukan 2 hari sebelum acara dilaksanakan
b. Pembuatan SAP dan Leaflet dilakukan 1 minggu sebelumnya
c. Peserta hadir di tempat yang telah ditentukan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias terhadap materi kegiatan
b. Peserta mendengar dan memperhatikan pada saat kegiatan
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan PoA
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job discription
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah 10 orang atau lebih
b. Acara dimulai tepat waktu
c. Audiensi mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mampu menjawab dengan benar 50 % dari pertanyaan penyaji

MATERI PENYULUHAN
Penyakit Jantung Bawaan
1.

Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak

lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir
kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap, jadi kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali
tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai
penyebab (Rahayoe, 2006).
Kelainan jantung kongenital atau bawaan adalah kelainan jantung atau
malformasi yang muncul saat kelahiran, selain itu kelainan jantung kongenital
merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak dalam kandungan
sampai dengan lahir Kebanyakan kelainan jantung kongenital meliputi
malformasi struktur di dalam jantung maupun pembuluh darah besar, baik yang
meninggalkan maupun yang bermuara pada jantung (Nelson, 2000).
Kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering pada anak, sekitar 8-10
dari 1.000 kelahiran hidup. Kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi
gejalan segera setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan
setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan ditemukan setelah pasien
berumur beberapa tahun Kelainan ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi
saat lahir. Namun pada anak tertentu, efek dari kelainan ini begitu berat sehingga
diagnosis telah dapat ditegakkan bahkan sebelum lahir. Dengan kecanggihan
teknologi kedokteran di bidang diagnosis dan terapi, banyak anak dengan
kelainan jantung kongenital dapat ditolong dan sehat sampai dewasa (Ngustiyah,
2005).
Kelainan jantung kongenital beraneka raga. Pada bayi yang lahir dengan
kelainan ini, 80% meninggal dalam tahun pertama, di antaranya 1/3 meninggal
pada minggu pertama dan dalam 1-2 bulan (Prawirohardjo, 1999).

2.

Jenis Penyakit Jantung Bawaan

2.1 Jenis PJB


1.

Penyakit jantung bawaan biru (sianosis) (Nelson, 2000)

kebiruan yang tampak pada anak merupakan akibat dominasi darah yang
kandungan oksigennya rendah mengalir ke seluruh tubuh . Dominasi darah yang
miskin akan oksigen ini dapat diakibatkan oleh beberapa mekanisme:
1) Terjadi kebocoran sekat antara bilik kiri dan kanan yang disertai
penyempitan arteri pulmonal, atau bahkan buntu sama sekali.
Penyempitan arteri pulmonal ini mengakibatkan tekanan di bilik kanan
naik dan pada suatu titik akan lebih tinggi dari bilik kiri, sehingga darah
dari bilik kanan sebagian akan mengalir ke bilik kiri, akibatya darah yang
dipompakan ke seluruh tubuh merupakan pencampuran darah yang
kandungan oksigennya rendah dengan darah yang kaya akan oksigen.
Contoh kasus seperti ini adalah Tetralogy of Fallot (TOF).
2) Terjadi kesalahan posisi dari arteri pulmonalis (pembuluh darah yang
mengalirkan darah dari bilik kanan ke paru) dan aorta. Arteri pulmonalis
yang semestinya keluar dari bilik kanan, pada kasus ini keluar dari bilik
kiri dan sebaliknya aorta keluar dari bilik kanan. Maka yang terjadi
adalah darah yang kurang oksigen dari sistem vena yang seharusnya
dialirkan ke paru untuk mendapatkan oksigen, dialirkan langsung
kembali ke seluruh tubuh karena yang keluar dari bilik kanan adalah
aorta. Dan sebaliknya dengan arteri pulmonalis keluar dari bilik kiri,
sehingga darah yang sudah mendapatkan oksigen, yang seharusnya
dialirkan ke seluruh tubuh, malah kembali lagi ke paru. Keadaan ini
menyebabkan dua sistem sirkulasi yang seharusnya bekerja secara paralel
menjadi terpisah. Akibatnya anak akan semakin biru dan akan meninggal
dengan cepat apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kasus
seperti ini disebut dengan Transposition of the Great Arteries (TGA).
Masih banyak contoh kasus lain yang menampakkan gejala biru, tetapi
2.

kasus di atas merupakan kasus yang paling sering ditemukan


Penyakit jantung bawaan tidak biru (asianosis) (Nelson, 2000)
Terdapat beberapa mekanisme yang terjadi pada PJB yang tidak biru:
1) Aliran darah terjadi dari kiri ke kanan melalui kebocoran sekat
antara jantung kanan dan jantung kiri , baik pada tingkat serambi
maupun bilik jantung. Dapat pula karena tidak menutupnya PDA
pembuluh yang meng hubungkan aorta dan arteri pulmonal (ductus
arteriosus), yang pada bayi normal pembuluh darah tersebut menutup

beberapa saat setelah bayi lahir. Akibatnya darah yang dipompa ke


paru-paru menjadi berlebihan karena sebagian darah di ruang
jantung kiri masuk ke bagian jantung kanan. Beberapa contoh yang
termasuk kelompok ini adalah kebocoran sekat serambi yang disebut
Atrial Septal Defect (ASD), kebocoran sekat bilik disevut ventricular
septal defect (VSD), dan duktus arteriosus yang tetap terbuka disebut
sebagai patent ductus arteriosus (PDA).
2) Adanya sumbatan (obstruksi) pada jantung kanan, misalnya
gangguan pada katup pulmonal.
3) Obstruksi atau sumbatan pada jantung kiri,misalnya stenosis katup
aorta, penyempitan dinding aorta (coarctasio aorta).
Semua mekanisme tersebut di atas tidak menyebabkan kandungan oksigen
darah menjadi kurang, sehingga anak tidak menunjukkan biru. Tetapi yang terjadi
adalah pasokan darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang namun sebaliknya
darah yang ke paru paru menjadi berlebihan (pada kelompok pertama). Demikian
juga pada PJB yang termasuk kelompok ke dua dan ketiga namun tidak disertai
dengan aliran darah yang berlebi- han ke paru.
2.2 Jenis penyakit jantung bawaan yang sering terjadi (Nelson, 2000 )
1) Defek Septum Atrium ( DSA )
ASD merupakan keadaan defek pada bagian septum antar atrium sehingga
ada komunikasi langsung antara atrium kiri dan kanan, menurut lokasi :
a.

ASD sekundum, defeknya pada fosa ovalis, meskipun sesungguhnya fosa

b.

ovalis merupakan septum primum


ASD dengan defek sinuns. Defek terjadi dekat muara vena kafa superior,
sehingga terjadi koneksi biatrial. Sering vena pulmonalis dari paru kanan juga
mengalami anomaly, dimana vena tersebut bermuara ke vena kava superior
dekat muaranya di atrium. Dapat juga gterjdi defek sinus venosus type kafa

c.

inferior.
ASD primum, merupakan dari defek septum atrioventrikular dan pada bagian
atas berbatas.
Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum

atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke
paru yang berlebihan juga menyebabkan beban volum pada jantung kanan.
Kelainan ini sering tidak memberikan keluhan pada anak walaupun pirau cukup

besar, dan keluhan baru timbul saat usia dewasa. Hanya sebagian kecil bayi atau
anak dengan ASD besar yang simptomatik dan gejalanya sama seperti pada
umumnya kelainan dengan aliran ke paru yang berlebihan yang telah diuraikan di
atas. Auskultasi jantung cukup khas yaitu bunyi jantung dua yang terpisah lebar
dan menetap tidak mengikuti variasi pernafasan serta bising sistolik ejeksi halus
di area pulmonal. Bila aliran piraunya besar mungkin akan terdengar bising
diastolik di parasternal sela iga 4 kiri akibat aliran deras melalui katup trikuspid.
Simptom dan hipertensi paru umumnya baru timbul saat usia dekade 30 40
sehingga pada keadaan ini mungkin sudah terjadi penyakit obstruktif vaskuler
paru (Roebiono, 2003).
2) Defek Septum Ventrikular ( DSV )
Merupakan kelainan jantung dimana terjadi defek sekat antar ventrikel pada
berbagai lokasi. Merupakan kelainan congenital tersering sesudah kelainan aorta
bikuspidalis. Masalah ini merupakan suatu keadaan adanya hubungan lubang
abnormal pada sekat yang memisahkan vertikal kanan dan vertikel kiri.
a.

VSD kecil
VSD kecil tanpa aliran darah pintas dan gangguan hemodinamika yang

berarti tekanan arteri pulmonal pada VSD kecil normal, memperlihatkan aliran
pulmonal dengan aliran sistemis < 1,5 : 1. Seabagian besar jenis VSD akan
menutup secara alamiah pada umur 3 tahun, sisanya tetapterbuka dan mudah di
diagnosis.Hal ini menimbulkan adanya trhill dan bisiing pansistolik yang keras
dan besar di garis ternal bagian bawah. Foto rotgen torak dan EKG tetap normal
pada VSD muskular, bising ini berakhir pada saat mid-diastolik karena penutupan
VSD pada saat diatolik.
b.

VSD sedang
VSD sedang dengan kelianan vaskuler paru obstuktif dan sianosis.Pada VSD

sedang tekanan arteri pulmonal > 112 tekanan sistemis dan aliran sirkulasi paru
dibandingkan sirkulasi sistemis antara 1,5 : 1 dan 2 : 1.Jenis ini tidak sering
ditemukan pada orang dewasa karena sering menutup atau menjadi VSD kecil
pada umur muda. Aliran darah pintas pada VSD sedang,cukup besar,sehingga
bising pensisitolik pada garis ternal kiri bawah sering disertai bising mid-diatolik
didaerah katup mitral dan gallop protodiastolik didaerah apeks. Foto rotgen torak

menunujukkan kardiomegali dan vaskularisasi yangb bertambah, sedangkan EKG


menunujukkan hepertropi ventrikel kiri.
c.

VSD besar
VSD besar yang disertai stonosis pulmonal sulit dibedakan dengan tetralogi

fallot. Tekanan didaerah jantung identik dengan tekanan dijantung kiri. Aliran
sirkulasi sistemis 2 : 1 aliran pintas yang besar seperti ini akan mengakibatkan
gagal jantung pada 2-3 bulan. Beberapa klien dapat hidup sampai dewasa muda
atau dewasa tetapi mengalami vaskuler paru obstruktif berat,pulmona infudibular.
Aliran menjadai sangat minimal atau yang kadang-kadang ditemukan juga
memberikan gambaran sindrom Eisenmenger.
3.

Etiologi

Menurut Ontoseno (2007) penyakit jantung bawaan bisa disebabkan oleh:


1) Kerusakan genetik atau kromosom
2) Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
3)
4)
5)
6)

Simplex)
Konsumsi obat-obatan selama kehamilan
Penyakit kencing manis yang tidak terkontrol saatkehamilan
Konsumsi alkohol
Bisa juga timbul tanpa diketahui penyebabnya

4.

Faktor resiko penyakit jantung bawaan

Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi atau mendukung terjadinya penyakit


jantung bawaan menurut Latief (2005)antara lain;
1.
2.
3.

Pada ibu hamil yang mempunyai penyakit kencing manis tidak terkontrol
Usia ibu di atas 40 tahun
Adanya riwayat penyakit kelurga yang bisa diturunkan seperti diabetes, down

4.
5.
6.

syndrome dan adanya penyakit jantung dalam keluarga.


Ibu yang mengkonsumsi rokok dan alkohol selama masa kehamilan
Ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung dan muskuloskeletal
Ibu hamil yang mempunyai berat badan berlebihan (obesitas)

5.

Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan


Manifestasi klinis kelainan jantung kongenital sangat bervariasi, tergantung

macam kelainannya. Kelainan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke paru


atau percampuran darah berkadar tinggi zat asam dengan darah kotor dapat
menimbulkan sianosis, ditandai oleh kebiruan di kulit, kuku jari, bibir, dan lidah.
Ini karena tubuh tidak mendapatkan zat asam memadai akibat pengaliran darah

kotor ke tubuh. Pernapasan si anak akan lebih cepat dan nafsu makan berkurang.
Daya toleransi gerak yang rendah mungkin ditemukan pada anak yang lebih tua.
Kelainan yang dapat menyebabkan sianosis atau kebiruan adalah penyumbatan
katup pulmonal (antara bilik jantung kanan dan pembuluh darah paru) yang
mengurangi aliran darah ke paru, tertutupnya katup pulmonal (pada muara
pembuluh darah paru) yang menghambat aliran darah dari bilik jantung kanan ke
paru, tetralogi fallot (kelainan yang ditandai oleh bocornya sekat bilik jantung,
pembesaran bilik jantung kanan, penyempitan katup pulmonal dan transposisi
aorta), serta tertutupnya katup trikuspidal (terletak antara serambi dan bilik
jantung kanan) yang menghambat aliran darah dari serambi ke bilik jantung
kanan. Selain itu, gejala kebiruan juga bisa muncul jika terjadi transposisi
pembuluh darah besar, gangguan pertumbuhan ruangan, katup dan pembuluh
darah yang berhubungan dengan sisi jantung kiri, serta kelainan akibat salah
bermuaranya keempat vena paru yang seharusnya ke serambi jantung kiri (Nelson,
2002).
Beberapa jenis kelainan jantung kongenital juga dapat menyebabkan gagal
jantung. Kelainan ini menyebabkan terjadinya aliran darah dari sisi jantung kiri ke
sisi jantung kanan yang secara progresif meningkatkan beban jantung. Gejala dari
gagal jantung berupa menurut Sudarti dan Endang (2010) adalah sebagai berikut:
1) Napas cepat
2) Sulit makan dan menyusu
3) Berat badan rendah
4) Infeksi pernapasan berulang
5) Toleransi gerak badan yang rendah
Termasuk dalam kelainan ini adalah bocornya sekat serambi atau bilik
jantung, menetapnya saluran penghubung antara aorta dan pembuluh darah paru
yang seharusnya tertutup setelah lahir, gangguan pertumbuhan ruangan, katup dan
pembuluh darah yang berhubungan dengan sisi jantung kiri, bocornya sekat antara
serambi dan bilik jantung serta kelainan katup jantung, gagalnya pemisahan
pembuluh darah besar jantung, serta terputusnya segmen aorta. Penyempitan
katup jantung dan pembuluh darah besar kadang kala hanya menimbulkan gejala
ringan. Gejala gagal jantung baru terlihat jika terjadi peningkatan beban jantung
(Nelson, 2010).
Derajat PJB yang berat pada umumnya menunjukkan gejala pada umur 6
bulan pertama dan sering juga pada masa neonatus. Beraneka ragam manifestasi

klinis dapat ditimbulkan, namun ada empat hal gejala yang paling sering
ditemukan pada neonatus dengan PJB, yaitu:
1) Sianosis: adalah manifestasi jelas PJB pada neonatus. Sekali dinyatakan
sianosis sentral bukan akibat kelainankelainan paru-paru, serebral atau
metabolik atau kejadiankejadian perinatal, maka perlu segera diperiksa
untuk mencari PJB derajat berat walaupun tanpa bising jantung.
2) Takipnea: Takipnea adalah tanda yang biasa ditemukan pada bayi dengan
shunt kiri-kanan (misal Ventricular Septal Defect atau PatentDuctus
Arteriosus), obstruksi vena Pulmonalis (anomali total aliran vena
pulmonalis) dan kelainan lainnya dengan akibat gagal jantung misalnya
pada dugaan secara diagnosa klinik,adanya Aorta koarktasi dimana pulsasi
nadi femoralis melemah/tidak teraba.
3) Frekuensi jantung abnormal: takikardia atau bradikardia
4) Bising jantung (Manuaba, 2002).

6.

Deteksi dini penyakit jantung bawaan

Penyakit jantung bawaan dapat dideteksi secara dini saat masa kehamilan dengan
cara;
1.

Pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan yang rutin selama masa kehamilan


dengan kontrol yang teratur yaitu, Satu kali pada triwulan pertama (sebelum
14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 28 minggu), dan dua
kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36)

2.

(Manuaba, 2002)
Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada janin dengan
ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini sangat tergantung dengan saat
dilakukannya USG, beratnya kelainan jantung dan juga kemampuan dokter
yang melakukan ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada saat
USG dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari
20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan jantung pada janin,
maka

penting untuk dilakukan

pemeriksaan

lanjutan dengan fetal

ekokardiografi. Dengan pemeriksaan ini, gambaran jantung dapat dilihat


dengan lebih teliti (Arief dan Kristiyanasari, 2009)

7.
1.

Cara pencegahan (Rahayoe, 2006)


Kenali faktor risiko pada ibu hamil yaitu penyakit gula maka kadar gula darah
harus dikontrol dalam batas normal selama masa kehamilan, usia ibu di atas
40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti diabetes, kelainan
genetik down sindrom , penyakit jantung dalam keluarga. Perlu waspada ibu

2.

hamil dengan faktor resiko meskipun kecil kemungkinannya.


Pencegahan dapat dilakukan pula dengan menghindarkan ibu dari risiko
terkena infeksi virus TORCH (Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus dan
Herpes). Skrining sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang juga
dikenal dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada ibuibu hamil di negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang dilakukan
oleh karena pertimbangan finansial. Lakukan imunisasi MMR untuk

3.

mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil.


Konsumsi obat-obatan tertentu saat kehamilan juga harus dihindari karena
beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang dikandungnya.
Penggunaan obat dan antibiotika bisa mengakibatkan efek samping yang
potensial bagi ibu maupun janinnya. Penggunaan obat dan antibiotika saat
hamil seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama
pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan
pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan
hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah
prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan

4.

janinnya
Hindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa

5.

kehamilan
Hindari paparan asap rokok baik aktif maupuin pasif dari suami atau anggota

6.

keluarga di sekitarnya.
Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker pelindung agar

7.

tidak terhisap zat zat racun dari karbon dioksida.


Hindari konsumsi jamu-jamuan.

8. Penatalaksanaan PJB (Rahayoe, 2006)


1) Istirahat, dimana kerja jantung tidak normal harus dikurangi beberapa
kegiatan anak seperti bedres total, dengan istirahat anak dapat mengurangi
gejala PJ pada anak.

2) Digitalisasi, dengan memperlambat, memperkuat kontraksi otot dan


menignggiknan curah jantung.
3) Diuretikum, untuk bekerja pada bagian korteks serebri
4) Diet , diberikan pada anak makanan yang lunak dan rendah garam sesuai
kebutuhan anak.
5) Pengobatan penunjang
a. Oksigen, diberikan 40-50% dan suhunya 37 C0 dan aliran nya 4-5
l/menit.
b. Penenang, seperti atonorfin dan dianjurkan untuk anak yang gelisah.
c. Posisi, bayi ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan
d.
e.
f.
g.

dengan posisi 20 Cm.


Korensi gangguan asam basa dan elektrolit,
Antibiotika,
Rotating forniquit
Seksi vena, vena yang dicari dikaki untuk pemberian cairan karena venavena yang lain sudah tidak mungkin lagi dilakukan pemberian cairan.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, I. 2007. Penyakit jantung bawaan. http://www.cyntiasari.com. Diakses
Tanggal: 1 Juli 2010.
Arief dan Kristiyanasari, Weni, 2009. Neonatus dan asuhan keperawatan anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
British

heart foundation. 2009. Beating heart desease


http://www.nhlbi.nih.gov. Diakses Tanggal: 1 Juli 2010.

together.

Latief , dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak ,buku kuliah 2. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. 2002. Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik. Dkk. 2002. Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit pada
neonatus. Jakarta: Trans info Media
Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Ngustiyah. 2005. Perawatan anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC.
Ontoseno, Teddy. 2007. Deteksi dini penyakit jantung bawaan pada bayi untuk
indikasi pembedahan. http://www.majalah-farmacia.com. Diakses tanggal:
7 Juni 2010.
Prawirohardjo sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rahayoe, A. 2006. Penanganan medis pada penyakit jantung bawaan.
http://www.indonesiaindonesia.com. Diakses Tanggal: 1 Juli 2010.
Sudarti dan Endang. 2010. Kebidanan Neonatus, bayi dan anak balita untuk
mahasiswa kebidanan. Yogyakarta: numed .

Daftar Hadir Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mahasiswa


Di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 21 Oktober 2015
NO

NAMA

ALAMAT

TTD

Daftar Pertanyaan Kegiatan Penyuluhan Mahasiswa


Di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 21 Oktober 2015

NO

NAMA

PERTANYAAN

TERJAWAB
YA
TIDAK

Lembar Evaluasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mahasiswa


Di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 21 Oktober 2015
Kriteria Struktur
a. Kontrak waktu dan
tempat
dilaksanakan 2
hari sebelum acara
dilakukan ( )

Kriteria Proses
Pemnbukaan :
a. Mengucapkan
salam dan
memperkenalkan
diri ()

Kriteria Hasil
c. Peserta
antusias
terhadap
materi
yang

b. Pembuatan satuan
acara penyuluhan
dan flip chart ( )
c. Pesertahadir
ditempat yang
telah ditentukan
( )
d. Pengorganisasian
penyelenggaraan
penyuluhan
dilakukan sebelum
dan saat
penyuluhan
dilaksanakan ( )

b. Menyampaikan
tujuan dan
maksud
kegiatan()
c. Menjelaskan
kontrak waktu
dan mekanisme
kegiatan ( )
d. Menyebutkan
materi yang
akan diberikan
( )
Pelaksanaan :
a. Menggali
pengetahuan dan
pengalaman
pasien dan
keluarga
mengenai TB
paru ( )
b. Menjelaskan
pengertian TB
paru ( )
c. Menjelaskan
tanda gejala TB
paru
( )
d. Menjelaskan
manajemen TB
paru ( )
e. Menjawab
pertanyaanpertanyaan pasien
dan keluarga ( )
Evaluasi :
a. Menanyakan
kembali kepada
peserta materi
yang telah
dijelaskan ( )
b. Menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan ( )

d.

e.

f.

g.

h.

diberikan
( )
Peserta
mendenga
rkan dan
memperha
tikan
materi
yang
diberikan
( )
Peserta
yang
datang
sejumlah
10 orang
atau lebih
( )
Acara
dimulai
tepat
waktu ( )
Peserta
dapat
megikuti
kegiatan
sesui
dengan
aturan
yang telah
dijelaskan
( )
Peserta
mampu
menjawab
dengan
benar
50% dari
pertanyaa
n penyaji (
)

Anda mungkin juga menyukai