Anda di halaman 1dari 33

DEPARTEMEN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL


BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
JAWA DAN MADURA

MANUAL
PEMELIHARAAN
TBI, TBS DAN APB

Sumedang, Desember 2006


DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
JAWA DAN MADURA
Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525

MANUAL
PEMELIHARAAN
TBI, TBS DAN APB

Sumedang, Desember 2006


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

KATA PENGANTAR

Manual Pemeliharaan Sumber Benih: Tegekan Benih Teridentifikasi


(TBI), Tegakan Benih Terseleksi ( TBS), dan Areal Produksi Benih
(APB), ini disusun untuk memberikan pengetahuan bagaimana cara
pengelolaan sumber benih yang baik. Harapannya adalah dapat
meningkatkan produksi buah/benih dari sumber benih dimaksud.

Ruang lingkup manual pemeliharaan tegakan benih ini berisi informasi


tentang: (a) tujuan dan manfaat kegiatan pemeliharaan tegakan benih, (b)
metode pemeliharaan tegakan benih dan (c) pengelolaan pollinator, serta
(d) register inventarisasi tegakan benih.

Mudah-mudahan dengan ketersediaan sumber benih tanaman hutan


yang berkualitas semakin meningkat yang pada akhirnya dapat
menopang program rehabilitasi hutan dan lahan sekaligus
menuingkatkan produktivitasnya. Kualitas tegakan di masa yang akan
dating ditentukan dari kualitas benih yang ditanam saat ini. Oleh karena
itu perlu didorong upaya-upaya pembangunan sumber benih tanaman
hutan yang berkualitas, serta upaya meningkatkan kesadaran
penggunaan benih tanaman hutan yang berkualitas di masyarakat
pengguna benih tanaman hutan..

Sumedang, Desember 2006


Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura

Ir. Harijoko SP, MM


NIP. 080 056 541
Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB i i
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

kosong

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB ii ii


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................... 3
Manfaat ................................................................................... 3
Ruang Lingkup .................................................................................. 3
Pengertian beberapa istilah penting ................................................... 4
PEMELIHARAAN TBI, TBS DAN APB .................................................... 5
Penataan areal ................................................................................... 5
Pembersihan semak belukar dan gulma ............................................... 11
Pemangkasan tunas adventif (tunas air) ............................................... 12
Peneliharaan kesuburan lahan.............................................................. 12
Perlindungan ganguan bahaya kebakaran, pencurian dan Penggembalaan
........................................................................................................... 16
Pengendalian hama dan penyakit ....................................................... 19
Pengelolaan pollinator ........................................................................ 20
Penjarangan ....................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB iii iii


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Inventarisasi pohon induk sumber benih ............................ 10


Tabel 2. Data register penjarangan seleksi ....................................... 24

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Tanda batas tepi sumber benih ....................................... 6
Gambar 2. Plang sumber benih ....................................................... 7
Gambar 3. Papan larangan.............................................................. 7
Gambar 4. Tanda btas blok APB ..................................................... 9
Gambar 5. Penomoran pohon induk ............................................... 9
Gambar 6. Peta sebaran pohon induk .............................................. 14
Gambar 7. Pruning tunas adventif................................................... 14
Gambar 8. Cara pemberian pupuk pada pohon ............................... 15
Gambar 9. Pembakaran serasah terkendali sistem piruingan .......... 18

iv iv Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan hutan tanaman ditujukan untuk memproduksi kayu sebagai


bahan baku industri dan juga mempercepat upaya reforestasi
(penghutanan kembali) pada areal-areal yang kritis. Hutan tanaman
monokultur memiliki karakter ekosistem yang sangat berbeda dengan
hutan alam (heterogen). Hutan alam memiliki ketahan yang tinggi
terhadap perubahan lingkungannya sedangkan hutan tanaman sangat
sensitive terutama dalam ketahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman
adalah tersedianya benih yang bermutu tinggi. Benih yang bermutu
diperoleh dari sumber benih yang terawat dengan baik.

Benih yang bergenetik unggul akan dapat meningkatkan kualitas pohon,


volume produksi kayu per satuan luas, daya tahan terhadap hama dan
penyakit serta dapat memperpendek daur tanaman sehingga sangat
menguntungkan dalam pengusahaannya. Dengan kata lain, benih unggul
secara genetik merupakan faktor yang paling efektif dan efisien guna
meningkatkan keuntungan dalam bisnis pembangunan hutan tanaman.
Produktifitas hutan dapat ditingkatkan secara menakjubkan melalui
penggunaan benih unggul hasil dari program pemuliaan. Berbeda dengan
cara peningkatan produktifitas melalui tindakan silvikultur, hasil
pemuliaan pohon bersifat relatif permanen. Sekali pohon dimuliakan
maka keunggulan pohon tersebut akan tetap dipertahankan, sehingga akan
tetap menghasilkan produksi yang tinggi. Sementara itu, peningkatan

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 1


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

produksi dengan cara silvikultur selalu menuntut adanya masukan


perlakuan tertentu untuk setiap satu siklus produksi.
Pemerintah telah menetapkan kelas sumber benih yaitu tegakan benih
teridentifikasi, tegakan benih terseleksi, areal produksi benih (APB),
tegakan provenance, kebun benih dan kebun pangkas. Tegakan benih
teidentifikasi dan terseleksi merupakan kelas yang memiliki mutu lebih
rendah dibandingkan dengan kelas APB. Ketiga kelas tersebut bisa berasal
dari hutan tanaman atau hutan alam, yang karena memiliki sifat fenotip
yang baik kemudian ditetapkan sebagai sumber benih. Berbeda dengan
kebun benih, ketiga jenis tersebut tidak diarahkan sebagai sumber benih
dari sejak penanaman, melainkan setelah tegakan tersebut berumur dewasa
dan memiliki fenotip yang baik.

Kualitas sumber benih dinilai dari fenotip tegakan yang menyusunnya serta
kualitas genetik dan fisiologis benih yang dihasilkannya. Kualitas tegakan
benih dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan kepadanya, jika
perlakuannya dilakukan secara intensif maka kualitasnya akan lebih baik
daripada yang dibiarkan seadannya. Kualiatas benih yang dihasilkannya
dipengruhi oleh kualiatas pohon induk (tegakan) penyusun sumber benih
tersebut, factor lingkungan dan faktor perlakuan (treatment) atau perawatan
serta penaganan benihnya (seed procourment). Oleh karena itu kegiatan
pemeliharaan sumber benih sangat diperlukan guna meningkatkan
produktivitas dan kualitas benih dari suatu sumber benih.

2 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Tujuan

Tujuan dari kegiatan pemeliharaan tegakan benih adalah sebagai


berikut:
a. Meningkatkan mutu fisiologis dan genetik tegakan dalam sumber
benih
b. Meningkatkan prosentase pembungaan dan pembuahan tegakan
benih
c. Meningatkan produksi benih pada suatu sumber benih
d. Memudahkan dalam pengunduhan dan pengumpulan benih
e. Melindungi sumber benih dari segala bentuk gangguan keamanan
seperti pencurian, kebakaran dan serangan hama penyakit

Manfaat
Manfaat dari kegiatan pemeliharaan tegakan benih adalah dapat
memelihara kesehatan dan pertumbuhan pohon induk serta
meningkatkan peoduktifitas dan kualitas benihnya. Disamping itu
kegiatan yang intensif di sumber benih akan meningkatkan pengendalian
dari gangguan keamanan sumber benih tersebut.

Ruang lingkup
Ruang lingkup manual pemeliharaan tegakan benih ini berisi informasi
tentang:
A. Tujuan dan manfaat kegiatan pemeliharaan tegakan benih
b. Metode pemeliharaan tegakan benih
c. Pengelolaan pollinator
d. Register inventarisasi tegakan benih

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 3


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pengertian beberapa istilah penting

a. Tegakan benih teridentifikasi adalah tegakan alam atau tanaman


dengan kualitas rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih
dan lokasinya dapat teridentifikasi dengan baik.
b. Tegkan benih terseleksi adalah tegakan alam atau tanaman, dengan
fenotipa pohon untuk karakter penting (missal : batang lurus, tidak
cacat, dan percabangan ringan di atas rata-rata.
c. Areal Produksi Benih adalah tegakan benih yang memiliki kualitas
lebih tinggi dibanding tegakan benih teridentifikasi atau terseleksi,
dengan tingkat pengelolaan lebih intensif, memiliki jalur isolasi, serta
penjarang terhadap pohon inferior dilaksanakan lebih intensif.
d. Tegakan benih Provenan adalah tegakan yang dibangun dari benih
yang provenannya telah teruji dan diketahui keunggulannya.
e. Kebun benih adalah sumber benih yang dibangun dengan bahan
generatif atau vegetatif yang berasal dari pohon plus yang
identitasnya tercatat dengan baik.
f. Kebun pangkas adalah pertanaman yang dibangun untuk tujuan
khusus sebagai penghasil bahan stek. Kebun pangkas dibangun dari
benih atau bahan vegetatif pohon plus serta dikelola secara intensif
dengan pemangkasan, perundukan, pemupukan untuk meningkatkan
produksi bahan stek.
g. Pohon plus adalah sebuah pohon yang diseleksi untuk digunakan
dalam pembangunan kebun benih atau kebun pangkas. Pohon
plus memiliki fenotipa yang unggul untuk karakter pertumbuhan,
bentuk, kualitas kayu atau karakter lainnya yang diinginkan.
h. Fenotipa adalah karakter pohon seperti yang terlihat secara morfologis,
merupakan produk interaksi gen dengan lingkungannya.

4 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

PEMELIHARAAN TBI, TBS DAN APB

Penataan areal

Tujuan dari kegiatan penataan adalah agar tegakan benih tertata rapih
dan teratur dengan batas-batas yang jelas serta identitas pohon induk
yang jelas sehingga memudahkan dalam pengawasan (monitoring dan
evaluasi). Adapun kegitan yang termasuk kedalam kegiatan penataan
areal sumber benih antara lain penataan batas (demarkasi), pembagian
blok, inventarisasi tegakan, dan pemetaan pohon induk.
a. Penataan batas (demarkasi).
Pemberian tanda batas luar sumber benih dimaksudkan untuk
memberikan tanda pada batas luar area sumber benih sehingga
memudahkan dalam pengontrolan, mencegah pihak lain yang
mengkalim area sumber benih tersebut. Tanda batas dibuat dengan
jelas dengan menggunakan bahan yang awet di lapangan dan
memberikan petunjuk yang informatif. Tanda batas tepi sumber
benih bisa memanfaatkan pohon di bagian batas luar (tepi) yang
memiliki pertumbuhan baik. Phon tersebut diberi tanda warna
kuning melingkar pada batang pohon setinggi 60 cm di atas
permukaan tanah dengan lebar 20 cm setiap jarak 25 m, dan tiap
tahun tanda cat diperbaharui. Contoh tanda batas dapat dilihat pada
Gambar 1.
Ditempat yang strategis (mudah dilihat orang) pada batas luar
dipasang minimal satu plang papan nama sumber benih (Gambar 2),
juga papan peringatan bagi tindakan yang berupa gangguan seperti
larangan pencurian, pembakaran dan penggembalaan serta yang

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 5


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

lainnya (Gambar 3). Papan nama dibuat dari bahan yang awet
berukuran 80 X 120 cm dipancang setinggi 150 cm di atas
permukaan tanah. Papan larangan dimaksudkan untuk
mengantisipasi kebakaran, pencurian, penggembalaan dan
sebagainya. Ukuran plang 60 x 80 cm dan dipasang setinggi 2 m di
atas tanah. Warna dasar plang merah dengan tulisan berwarna putih.
Paling ini dipasang di tepi jalan yang sering dilewati orang.
b. Pembagian blok
Pembagian blok sumber benih dimaksudkan untuk mempermudah
pengawasan dan pengelolaan sumber benih. Pembagian blok
dilakukan apabila sumber benih lebih dari 7 Ha. Satu blok luasannya
lebih kurang 4 ha. Pada batas luar blok diberi tanda batas (Gambar
4).

Gambar 1. Tanda batas tepi sumber benih

6 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

AREAL PRODUKSI BENIH


KALIANDRA (Calliandra callothyrsus)

Th tanam : 1995

Gambar 2. Plang sumber beni

80 CM

BERDASARKAN UU NO 41/99 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN


TERHADAP KERUSAKAN HUTAN:

DILARANG:
60 CM •MENGGEMBALAKAN TERNAK

2M

Gambar 3. Papan larangan

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 7


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

c. Inventarisasi tegakan
Kegiatan inventarisasi tegakan dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan dalam mengevaluasi pertumbuhan pohon induk
(tegakan benih) yang terdapat di areal sumber benih. Kegiatannya
antara lain meliputi penomoran pohon dan registrasi pohon dalam
buku register tegakan benih. Penomoran pohon dilakukan pada
setiap blok secara berurut dan teratur. Penomoran pohon dilakukan
pada batang pohon induk dengan mengupas kulit batang, di cat lalu
dituliskan informasi yang penting atara lain ukuran tinggi batang dan
diameter dbh (keliling) batang. (Gambar 5). Setelah semua pohon
diberi nomor secara sensus, lalu data identitas pohon tersebut (tinggi
dan diameter) ditulis pada buku register tegakan benih, ditambahkan
data dan informasi lain seperti kelurusan batang, dan kesehatan
pohon induk. Data registrasi tersebut selalu diperbaharui setiap
setelah melakukan seleksi (penjarangan). Contoh format registrai
dapat dilihat pada Tabel 1.
d. Pemetaan pohon induk
Pemetaan pohon induk dimaksudkan untuk memberikan gambaran
sebaran (distribusi) pohon induk dan kerapatannya. Pembuatan peta
sebaran pohon induk berdasarkan dari data inventarisasi tegakan
benih. Peta sebaran harus dapat memberikan informasi sebaran
pohon serta minimal ukuran diameter dan tinggi batang. Skala peta
yang digunakan adalah 1: 5000, contoh peta sebaran dapat dilihat
pada Gambar 6.

8 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Ket. Tanda batas pada


bagian tepi blok,
sebelah kiri dari tanda
ini adalah areal blok I,
dan sebelah kanannya
adalah areal blok II

Gambar 4. Tanda batas blok APB

2 No. pohon induk


26 Tinggi pohon
diameter

Gambar 5. Penomoran pohon induk

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 9


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Tabel 1. Inventarisasi pohon induk sumber benih

Jenis tanaman : Blok :


Tahun tanam : Luas :
Lokasi : Jumlah pohon :

No. Tinggi Total Tinggi Bebas Diameter Diameter Kesehatan


phn (m) Cabang (m) Dbh (cm) tajuk (cm)

Rerata

........................, tgl................,.......
Petugas ,

(...........................)

10 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pembersihan semak belukar dan gulma

Selain menjadi kompetitor dalam absorpsi hara, gulma dan semak


belukar ini ketika kering di musim kemarau menjadi sumber bahan
bakar yang membahayakan, oleh karena itu pertumbuhannya harus
dikendalikan. Semak belukar juga sangat menggangu terhadap
aktivitas pemungutan buah (benih) pada saat musim panen.
Meskipun terdapat pengaruh negatif dari semak belukar tetapi ada peran
positifnya antara lain adalah turut menjaga kelembaban tanah disaat
musim kemarau, menjadi sumber pakan (pollen dan nectar) bagi
serangga yang barangkali menjadi agen pollinator bagi tegakan benih,
menjdai sumber pupuk hijau (bahan organik), serta beberapa semak
(seperti kekawar dan kirinyu) menjadi inang bagi endomikoriza (CMA)
yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tegakan. Oleh
karena itu perlu metode pengendalian yang efektif dan efisien.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberantasan semak belukar dan
gulma adalah ketepatan waktu dan mtodenya. Waktu yang paling
efektif pada kegiatan pemberantasan semak belukar adalah pada waktu
musim kemarau, disaat semak sudah mulai kekeringan atau menjelang
musim pemungutan (pengunduhan) buah. Alangkah baiknya jika hasil
pembabatan semak dan gulma tesebt diproses menjadi kompos atau
mulsa bagi tegakan benih.
Metode pengendalian semak dan gulma bisa secara mekanis (manual)
dan kimia (herbisida). Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan
cara pembabatan semak belukar dengan menggunakan alat-alat
sederhana misalnya sabit dan golok. Pembabatan semak bisa dilakukan

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 11


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

dengan (1) system piringan, (2) system jalur, dan (3) system total. System
piringan dilakukan dengan cara membersihkan semak/gulma disekitar
batang pohon induk, membentuk lingkaran dengan batang sebagai
pusatnya, denga radius batas luar proyeksi tajuk pohon induk tersebut.
Sistem jalur dilakukan dengan cara membersihkan semak/gulma pada
jalur pohon induk, dengan btang phon induk sebagai titik tengah jalurnya.
Lebar jalur disesuaikan dengan lebar proeyeksi tajuk dominan di tegakan
benih tersebut. Sistem total dilakukan dengan membersihkan
semak/gulma secara total di areal teagakan benih. Masing-masing
system tersebut memliki keuntungan dan kerugiannya. Biasanya faktor
biaya, waktu dan tenaga menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
system yang dipilih.

Pengendalian semak belukar dan gulma bisa juga dilakukan dengan


menggunakan herbisida (kimia), namun penggunaannya harus ektra hati-
hati, karena bahan tersebut bisa mencemari lingkungan. Sebelum
memutuskan untuk menggunakan bahan kimia (herbisida) dalam
pengendalian semak dan gulma, ada hal-hal yang perlu diperhatikan,
antara lain apakah cara kimia ini lebih efektif dan efisien dibandingkan
dengan cara manual. Penggunaan herbisida harus hati-hati agar tegakan
benih tidak mati. Penggunaan herbisida seharusnya memperhatikan
waktu penyemprotan, kondisi cuaca, dan dosis.

Pemangkasan tunas adventif (tunas air)


Kehadiran tuans air (tuans adventif) di sepanjang batang merupakan
pemborosan pada pemakaian hasil fotosintesis. Tunas ini harus dibuang

12 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

agar fotosintat terakumulasi pada pembentukan buah. Dalam praktek


pemangkasan tunas advntif ini harus hati-hati jangan sampai
meningalkan luka pada batang yang dapat menimbulkan kerugian
ekonomis atau menimbulkan cacat permanent pada batang. Oleh karena
itu peralatan yang digunakan harus tajam. Contoh tunas adventif bisa
dilihat pada Gambar 7.

Pemeliharaan kesuburan lahan


Pemeliharaan kesuburan lahan pada prinsipnya adalah mpemberian
masukan (input) nutrient pada lantai hutan, yang paling efisien adalah
penggunaan bahan organik (serasah) yang ada di lantai hutan tersebut.
Pemberian hara pada lantai hutan sangat diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan tegakan benih. Daun serasah yang berguguran, biomassa
semak belukar, gulma hasil pembabatan merupakan sumber bahan
organik yang sangat baik untuk meningkatakan neraca hara di lantai
hutan. Pada musim kemarau semak belukar dan gulma dipanen
kemudian diproses menjadi kompos. Pada musim akahir penghujan
kompos tersebut di berikan kepada tegakan benih untuk merangsang
pembungaan dan pembuahan.
Upaya pemberian pupuk dilakukan untuk meningkatkan produksi benih
pada pohon induk. Pada beberapa spesies pemupukan berpengaruh
terhadap jumlah serbuk sari, meningkatkan jumlah bunga jantan serta
meningktkan produksi buah atau berat buah. Pupuk yang diberikan
untuk meningkatkan produksi benih adalah pupuk yang bersifat
merangsang pembungaan dan pembuahan antara lain pupuk yang kaya
unsur phosfat dan kalium. Waktu pemberian pupuk yang tepat adalah

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 13


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pohon induk

2 No. Pohon
induk

II I Jalur Batas
blok

III
IV Batas luar

No. blok

Gambar 6. Peta sebaran pohon induk

TUNAS
ADVENTIF

Gambar 7. Pruning tunas adventif


14 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

sebelum masa pembuangaan, pada tanaman jati adalah pada awal musim
penghujan. Dosis pupuk Yang dapat dipakai adalah Urea 200
gram/pohon, SP 36 800 gram/pohon dan KCL 100 gram/pohon, atau
dengan pupuk kandang sebanyak 15 kg/pohon. Pemupukan ini cukup
diberikan setahun sekali. Teknik pemberian pupuk yang baik adalah
dengan membenamkan pupuk tersebut melingkar di garis terluar
proyeksi tajuk pohon induk (Gambar 8).

Penempatan
pupuk

Gambar 8. Cara pemberian pupuk pada pohon

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 15


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Kebutuhan nitrogen tanah bisa memanfaatkan peran mikroorganisme


tanah, yaitu pemanfaatan bakteri rhizobium yang bersimbiosis dengan
akar tanaman leguminosae (polong-polongan). Tanaman yang memiliki
bintil akar sangat baik untuk memelihara kecukupan nitrogen tanah.
Selain itu ada banyak cendawan yang bermanfaat untuk menstimulir
pertumbuhan tegakan benih , antara lain adalah cendawan mikoriza.

Perlindungan gangguan bahaya kebakaran, pencurian dan


penggembalaan

Gangguan kebakaran umumnya terjadi pada musim kemarau, disaat


banyak material kering yang mudah terbakar. Gangguan kebakaran bisa
muncul dari dalam areal sumber benih atau dari area yang berbatasan
langsung dengan sumber benih. Oleh karena itu majemen pemantauan
kebakaran hutan harus dilakukan secara holistic (menyeluruh).
Langkah-langkah pencegahan bahaya kebakaran khususnya ketika
kemarau adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian faktor penyebab kebakaran
Prinsip pengendalian kebakaran hutan adalah mencegah bertemunya
faktor segitiga kebakaran yaitu bahan bakar, api dan oksigen. Serasah
kering (daun, ranting, cabang) di lantai hutan merupakan faktor
bahan bakar bagi kebakaran hutan, oleh karena itu harus di kelola
dengan baik agar tidak menjadi potensi terjadinya kebakaran. Faktor
lain penyebab kebakaran adalah adanya api. Api tersebut bisa
bersumber
dari korek api atau puntung rokok yang dibuang sembarangan ke lantai
hutan. Sumber api bisa juga berasal dari kegiatan pembakaran

16 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

ladang/sawah petani, kegiatan kemping (api unggun) dan yang lainnya.


Pencegahannya cukup rumit, antara lain dengan melakukan himbauan
kepada masyarakat untuk tidak menggunakan api sembarangan di
kawasan sekitar hutan.
b. Monitoring bahaya kebakaran
Kegiatan monitoring bahaya kebakaran dilakukan dengan cara ptroli
oleh satuan regu pengendalian kebakaran, terutama pada titik-titik
rawan kebakaran. Untuk keperluan ini dibutuhkan menara pengawas
kebakaran yang memadai.
c. Pembakaran serasah terkendali
Serasah dedaunan diwaktu kering akan menjadi sumber bahan baker
penyebab terjadinya kebakaran. Namun disisi laian serasah merupakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan pohon. Oleh karena itu perlu
pengelolaan serasah dengan baik agar mendukung pertumbuhan pohon
di dalam sumber benih. Salah satu alternatifnya adalah dengan cara
memanen (mengumpulkan) serasah tersebut di kala musim kemarau
(kering) kemudian dikomposkan, lalu pada musim penghujan kompos
tersebut diberikan kepada pohon sebagai pupuk. Cara lain adalah dengan
mengumpulkan serasah kering tersebut di melingkari pohon (Gambar
9) kemudian membakarnya. Abu dari serasah tersebut akan menurunkan
pH tanah di lantai hutan.
d. Pembuatan sekat bakar
Sekat bakar perlu dibuat mengelilingi sumber benih, yang bertujuan
untuk mencegah menjalarnya api saat terjadi kebakaran. Sekat bakar
bisa berupa jalur kosong (area terbuka) mengeliling batas luar sumber
benih sekaligus sebagai jalur isolasi, dengan lebar 15-20 m. Jalur sekat

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 17


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Serasah yang
dibakar

Gambar 9. Pembakaran serasah terkendali sstem piringan

bakar bisa pula dengan vetetasi tahan bakar misalnya tanaman pisang,
atau berupa saluran air (parit) jika memungkinkan.
e. Pemasangan rambu peringatan
Rambu-rambu peringatan bahaya kebakaran sebaiknya dipasang di
lokasi yang sering dikunjungi masyarakat. Salah satu rambu
perinngatan adalah larangan melakukan
aktivitas pembakaran di lantai hutan atau jam penunjuk skala status
rawan kebakaran.

18 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pengendalian hama dan penyakit


Upaya pengendalian serangan hama dan penyakit bisa dilakukan secara
preventif (pencegahan) dan refresif (penanggulangan). Upaya
pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan cara melakukan
monitoring intensif terhadap adanya gejala serangan hama dan penyakit
terhadap tegakan benih.
Penanaman pohon anti hama di batas luar sumber benih sangat efektif
mangkal serangan hama. Salah satu jenis pohon yang bisa bertindak
sebagai tanaman pagar pencegah serangan hama adalah surian (Toona
sinensis). Jenis ini memiliki zat ekstraktif sebagai pestisida alami yang
dapt mengusir hama.
Apabila dari hasil monitoring di ketahui ada gejala serangan hama atau
penyakit dengan daya serangnya tinggi maka segera ambil tindakan
untuk pengendaliaannya, terutama untuk jenis penyakit yang dapat
menular ke pohon lain.
Upaya pengendalian penyakit pohon disesuaikan dengan kebutuhannya.
Pengendalian terhadap penyakit dapat dikelompokkan ke dalam lima
macam yaitu (1) pengendalian melalui pendekatan silvikultur, (2)
pengendaliuan melalui pendekatan lingkungan, (3) pengendalian hayati,
(4) pengendalian kimia (fungisida) dan pengenalian melalui
perundangan.
Pengendalian terhadap serangan hama hutan pada prinsipnya merupakan
suatu tindakan untuk mengatur populasi serangga agar tidak
menimbulkan kerusakan yang secara ekonomis berarti. Kegiatan yang
dapat dilakukan adalah dengan menekan populasi serangga sehingga
tetap berada pada batas ambang ekonomi. Ada beberapa cara upaya

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 19


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

pengendalian hama hutan yaitu: (1) pengendalian secara silvikultur, (2)


secara fisik-mekanik, (3) Secara hayati, (4) menggunakan peraturan
perundangan, (5) pengendalian secara genetik, serta (6) pengendalian
secara kimia (insektisida).

Pengelolaan pollinator
Manajemen pollinator adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan proses penyerbukan untuk meningkatkan produksi benih.
Manajemen pollinator sangat penting untuk kelas sumber benih kebun
benih atau tegakan provenans yang pembangunannya memakan biaya
yang tinggi. Manajemen pollinator sangat penting dilakukan pda sumber
benih yang dibangun dari tanaman, sedangkan di hutan alam tidak terlalu
penting. Untuk dapat menentukan tindakan yang tepat dalam
pemgelolaan pollinator perlu memahami agen ponyerbukan dar jenis
yang dimaksud.

Pada umumnya agen penyerbukan pohon adalah angin dan serangga.


Jika agen penyerbukannya berupa angin, misalnya, jenis Agathis, Pinus,
Casuarina, maka tindakan pengelolaan
pollinator yang dapat dilakukan adalah melalui pengaturan desain
penanaman. Rancangan penanaman yang baik untuk tipe ini adalah
dengan pola tanaman bujur sangkar, bukan pola jalur (baris). Dengan pola
bujur sangkar maka akan terjadi kabut serbuk sari (pollen cloud) yang
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh bunga-bunga pohon induk.

Tindakan pengelolaan agen pollinator serangga lebih rumit lagi. Yang

20 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

pertama harus dilakukan adalah pengamatan prilaku serangga yang


mengunjungi bunga pohon induk. Kapan waktunya siang ataukah malam,
jam berapa, berapa frkuensi kunjungannya, apa yang dilakukan ketika
hinggap di bunga. Prilaku serangga yang mengunjungi bunga dapat
diketahui apakah serangga tersebut sebagai pengunjung (visitor) ataukah
agen penyerbuk (pollinator). Suatu serangga dikatakan pollinator
apabila ia mampu membawa serbuksari dan menempelkannya pada putik.
Serbuk sari biasanya terangkut melalui organ kaki, mulut, bulu, punggung
dan lainnya.

Tindakan pengelolaan agen pollinator serangga pada prinsipnya adalah


mengupayakan bagaimana caranya agar agen pollinator tersebut tetap
hidup dan melangsungkan regenerasinya di sana, serta aktivitas pencarian
makan yaitu pollen dan nectar tetap tersedia baginya. Oleh karena itu
harus disediakan pakan alternatif dariu bunga-bunga tanaman lain, lebih
baik lagi apabila musim berbunganya tidak berbarengan dengan musim
berbunga pohon induk. Pengayaan pakan agen pollinator bisa dilakukan
disekitar lokasi sumber benih atau di dalamnya.

Penjarangan
Penjarangan tegakan benih bertujuan untuk (1) memperbaiki pembungaan
dan produksi benih dengan memberikan ruang yang cukup bagi pohon
untuk berkembang, dan (2) meningkatkan kualitas sumber benih dengan
membuang pohon-pohon inferior. Penjarangan di tegakan benih
teridentifikasi dan terseleksi adalah penjarangan seleksi massa.

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 21


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Penjarangan seleksi masssa maksudnya seleksi pohon berkualitas terbaik


berdasarkan karakter fenotipnya. Penjarangan memberikan pengaruh
terhadap produktivitas benih karena alasan-alasan berikut, yaitu pertama
penjarangan memberikan kesempatan tumbuh kepada tegakan tinggal
(pohon induk) sehingga tajuknya bisa berkembang maksimal yang pada
akhirnya akan berbunga dan berbuah lebat. Alasan kedua penjarangan
meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam hutan, sehingga
merangsang aktivitas fotosintesis sebagai bahan dasar untuk pembungaan
dan produksi benih.

Praktek penjarangan seleksi bisa dilakukan secara bertahap untuk


menghindari keterbukaan lahan yang terlalu lebar. Intensitas
penjarangan umumnya akan lebih keras dari penjarangan biasa, karena
penjarangan seleksi diperuntukan untuk mencarai sumber benih yang
berkualitas dan produksi
benih yang tinggi. Penjarangan seleksi juga akan memberikan ruang
tumbuh yang lebih lebar kepada tegakan tinggal (pohon induk)
sehuingga tajuknya dapat berkembang lebih lebar. Pohon induk yang
memiliki bentuk dan ukuran tajuk yang lebih lebar maka akan
menghasilkan jumlah buah/benih yang lebih banyak. Dengan demikian
maka produksi buah/benih dari sumber benih akan meningkat.

Prinsip pohon yang dibuang adalah pohon-pohon inferior dari karakter


morfologinya, yaitu pohon yang jelek, cacat, tertekan, bengkok dan
tidak pernah berbuah. Karakter kualitatif lebih diutamakan untuk dinilai
daripada kualitas kuantitatif sebab pada umunya sifat kualitatif lebih

22 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

ditentukan oleh genetik daripada lingkungan. Pohon yang akan ditebang


(dijarangi) diberi tanda berupa tyanda silang ( X )dengan cat warna
merah. Dari hasil pengamatan pada tegakan benih berumur dewasa (di
atas sepertiga daurnya) karakter kelurusan batang lebih dominan
ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan tinggi dan diameter lebih
dipengeruhi oleh kondisi lingkungan.

Selesai melakukan penjarangan, data dan informasi pohon tegakan


tinggal (pohon induk) harus diregister ulang dan dicatat dalam buku
register. Penjarangan seleksi bisa dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kondisinya. Pada penjarangan seleksi yang terakhir jumlah
pohon induk sebanyak 100-125 pohon per Ha. Setiap setelah dilakukan
penjarangan dibuatkan pembaharuan data register pohon induk. (Tabel
2).

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 23


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

24 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

DAFTAR PUSTAKA

Dephut. 2004. Petunjuk Teknis Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Benih.


Departemen Kehutanan. Direaktorat Jenderal Rebouisasi dan
Rehabilitasi Lahan. Jakarta

Dephut 2002. Petunjuk Teknis Identifikasi dan Deskripsi Sumber Benih.


Departemen Kehutanan. Direaktorat Jenderal Rebouisasi dan
Rehabilitasi Lahan. Jakarta

Dephut 2000. Pencegahan Kebakaran Hutan . Departemen Kehutanan. Pusat


Bina Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plants. John Wiley & Sons, New York.

Granhof, J. 1991. Seed Orshards. Lecture Note D-8. Danida Forest Seed
Centre, Humlebaek, Denmark.

Korinobu,S. 1993. A Preliminary Investigation on the Optimum Design og


seedling Seed Orchards to Maximize Genetic Gain. FTIP-No. 13. Forest
Tree Improvement Project. JICA DGLRSF.

Lauridsen, E.B and Olesen, K. 1991. Identification, Establishment and


Management of Seed Sources. Lecture Note B-2. Danida Forest Seed
Cntre, Humlebaek, Denmark.

Perum Perhutani. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Areal Produksi


Benih. Perum Perhutani Unit II Jawa Tengah.

Perum Perhutani. 1995. Pedoman Pembangunan Sumber Benih/Kebun Benih


dan Pengelolaan Benih Perum Perhutani. Jakarta

Schmidt, L. 1993. Seed Stands: Guidelines on Establishment and Management


Practices. Field Manual No. 3 RAS/91/004. UNDP/FAO Regional
Project on Tree Breeding & Propagation. Laguna.

Sedgley, M. and Griffin, A.R. 1989. Sexuual Reproduction of Tree Crops.


Academic Press. New York.
Sumardi dan S.M. Widyastuti. 2004. dasar-dasar Perlindungan Hutan.
Gadjah Mada Unuiversity Press. Yogyakarta

Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB 25


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Wright, J.W. 1962. Genetics of Forest Tree Improvement. FAO of The


United Nations. Italy.

Wright, J.W. 1976. Introduction to Forest Genetics. Academic Express,


New York.

Zakaria, E., A. Widodo, Subyanto, dan Y. W.N. Ratnaningrum. 2005.


Aplikasi manajemen penyerbuka untuk optimalisasi produksi benih:
studi mekanisme penyerbukan di kebun benih jati. Dalam Prosiding
seminar nasional Peningkatan Produktivitas Hutan (Hardiyanto, E.B.,
editor). Fakultas Kehutanan Unuiversitas Gadjah mada .
Yogyakarta.

Zobel, B. and Talbert, J. 1986. Applied Forest Tree Improvement. John


Wiley & Sons, New York.

26 Manual Pemeliharaan TBI, TBS dan APB


MANUAL PEMELIHARAAN
TBI, TBS DAN APB
BPTH
JAWA DAN MADURA
ISBN 978-979-16185-1-9

Anda mungkin juga menyukai