tiga sumber air limbah yang berbeda (sampel A, sampel B dan sampel C),
terjadi penurunan TSS sebesar 99,93%, total Fe 99,71% dan total Mn
10,84% dengan dosis optimum 1,50 gr/L untuk sampel A, kemudian
penurunan TSS sebesar 91,52%, total Fe 85,47% dan total Mn 0,53%
dengan dosis optimum 0,50 gr/L untuk sampel B dan penurunan TSS
sebesar 99,29%, total Fe 99,43% dan total Mn 50,54% dengan dosis
optimum 1,25 gr/L untuk sampel C. Perbedaan karakterisik sumber air
limbah dan sifat polutan yang terkandung akan mempengaruhi kinerja biji
kelor (Moringa oleifera).
PENGOLAHAN AIR LIMBAH KEGIATAN PENAMBANGAN BATUBARA
MENGGUNAKAN BIOKOAGULAN : STUDI PENURUNAN KADAR TSS, TOTAL Fe
DAN TOTAL Mn MENGGUNAKAN BIJI KELOR (Moringa oleifera) Jurnal
PRESIPITASI Vol. 7 No.2 September 2010, ISSN 1907-187X Nugeraha1, Sri
Sumiyati2, dan Ganjar Samudro2
PHBS
-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 75 TAHUN 2014
TENTANG
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
KETENTUAN PUSKESMAS RAWAT INAP
1. Ketentuan umum:
a. Puskesmas yang menjadi Puskesmas rawat inap merupakan
Puskesmas yang letaknya strategis terhadap Puskesmas non
rawat inap dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
disekitarnya, yang dapat dikembangkan menjadi pusat
rujukan antara atau pusat rujukan.
b. Rawat inap di Puskesmas hanya diperuntukkan untuk kasus-kasus yang
lama rawatnya paling lama 5 hari. Pasien yang
memerlukan perawatan lebih dari 5 (lima) hari harus dirujuk
ke rumah sakit, secara terencana.
c. Harus dilengkapi dengan sumber daya untuk mendukung
pelayanan rawat inap, sesuai dengan ketentuan.
d. Puskesmas di kawasan perkotaan dapat menyelenggarakan
pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur paling
banyak 5 (lima) tempat tidur.
e. Puskesmas di kawasan perdesaan, terpencil, dan sangat
terpencil dapat menyelenggarakan pelayanan rawat inap
dan lainnya)