KONSEP DASAR
A. Pengertian
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal,
juga terjadi proliferasi di hati limpa dan nodus limfatikus dan invaasi organ
non hematologis seperti meningen, traktus gastroinsestinal, ginjal dan kulit
(Bruner & Suddarth. 2002).
Akut Mielogenus Leukemia (AML) adalah timbulnya disfungsi
sumsum tulang, menyebabkan menurunnya jumlah
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh.
c) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leokusit, antibodi
atau zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Fungsi khususnya diterangkan lebih banyak di struktur/bagianbagian dari masing-masing sel-sel darah dan plasma darah.
b. Darah terdiri dari dua bagian, yaitu :
1) Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti,
ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak. Banyaknya kirakira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning kemerahmerahan karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya
banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat O2
dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu-paru.
10
menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh
11
Jika tubuh terluka, darah akan keluar, tombosit pecah dan akan
mengeluarkan zat yang disebut trombokinase. Trombokinase akan
bertemu dengan protombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi
trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya,
yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadi pembekuan.
2) Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening
kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lainlain yang berguna
osmotik.)
c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin)
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibodi atau anti toksin
12
C. Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui, tetapi hal ini dapat diakibatkan
oleh interaksi sejumlah faktor . faktor-faktor tersebut adalah :
1. Neoplasma
Ada persamaan antara leukemia dengan penyakit neoplastik lain,
misalnya poliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel,
dan infiltrasi organ. Lebih dari itu, kelainan sumsum kronis lain dapat
berubah bentuk yang akhirnya menjadi leukemia akut.
2. Infeksi
Pada manusia, terdapat bukti kuat untuk etiologi virus baik satu
jenis leukemia/limforma sel T. Beberapa hasil penelitian yang menyokong
teori sebagai penyebab leukemia antara lain : enzyme reverase transciptase
ditemukan dalam darah penderita leukemia. Sepeti diketahui enzim ini
ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis
virus RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Enzim tersebut
menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik
yang kemudian bergabung dengan ganom sel yang terinfeksi.
3. Radiasi
Radiasi, khususnya sumsum tulang, bersifat leukaemogonik.
Terdapat insiden leukemia yang tetap hidup setelah bom atom di Jepang,
pada pasien ankylosing spondylitis yang telah menerima penyinaran spinal
dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar x abdomen selama hamil.
13
4. Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada suatu keluargha pada
kembar identik. Ada insiden yang lebih meningkat pada penyakit
herediter, khususnya Sondron Down (dimana leukemia terjadi peningkatan
frekuensi 20-30 kali lipat) anemia fanconui dan aoksia-talangfeksia.
5. Zat Kimia
Terkena bensin kronie, yang dapat menyebabkan displasia sumsum
tulang dan perubaan kromosom, merupakan penyebab leukemia yang
ditetapkan
mantap,
khususnya
obat
yang
mengalkalisasi
sepeti
D. Patofisiologi
Leukemia adalah satu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang
bersifat irreversible dari sel induk darah dan pertumbuhannya dimulai dari
mana sel itu berasal. Sel-sel tersebut, pada berbagai stadium akan membanjiri
aliran darah yang berakibat sel yang spesifik akan dijumpai dalam jumlah
yang banyak.
Sebagai akibat dari proliferasi sel abnormal
terjadi
kompetisi
metabolik
yang
akan
menyebabkan
anemia
dan
14
primer akan tetapi merupakan suatu bagian dari respon pertahanan sekunder
dari tubuh terhadap infeksi tersebut.
Terdapat peninggian insiden leukemia pada orang-orang yang terkena
radiasi sinar rontgen. Diduga bahwa peninggian insiden disini karena akibat
radiasi akan merendahkan referensi terhadap bahan dari penyebab leukemia
tersebut.
Pada leukemia akut hepar, lien dan kelenjar getah bening membesar
secara cepat, keluhan nyeri akibat regangan kapsel organ tersebut menjadi
jelas. Infiltrasi ke otak akan menyebabkan keluihan sakit kepala dan infiltrasi
ke tulang menyebabkan fraktur spontan. Infiltrasi ke gusi menimbulkan
hipertrofi gusi dan sering disertai pendarahan gusi. limfadenopati dapat
menyertai leukemia dan apabila
menekan pembuluh darah dan pembuluh getah bening, maka akan terjadi
edema lokal.
Infiltrasi ke paru menyebabkan batuk dan sesak, pembesaran kelenjar
getah bening diabdomen dapat menyebabkan keluhan rasa tidak enak di perut,
dan rasa cepat kenyang. Infiltrasi ke ginjal dapat menyebabkan hematuria dan
gagal ginjal.
Keluhan akibat adanya anemia lemah badan dan cepat lelah.
Trombositopenia menimbulkan pendarahan baik dari kulit dan selaput lendir.
(Long ,2000; Issalbacher,2000).
15
E. Manifestasi Klinis
1. Bukti anemia, perdarahan dan infeksi
a. Demam
b. Keletihan
c. Pusat
d. Anorexia
e. Petekia dan perdarahan
f. Nyeri sendi dan tulang
g. Nyeri abdomen yang tidak jelas
h. Berat badan turun
i. Pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelia hati,
limfa dan linfonodus.
2. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges
a. Sakit kepala
b. Iritabilitas
c. Letargi
d. Muntah
e. Edema pupil
f. Koma
3. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem
yang terkena
a. Kelemahan ekstremitas bawah
b. Kesulitan berkemih
(Cecily betz,2002)
16
F. Komplikasi
1. Gagal sumsum tulang
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Splenomegali
5. Hepatomegali
2. Penatalaksanaan
1.
Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat dengan fase pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan
asparaginase. Fase
ditemukan
17
c. Kosolidasi
Pada
fase
kombinasi
pengobatan
dilakukan
untuk
terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan : anoreksia, muntah, perubahan ras, faringitis, penurunan
BB dan disfagia.
6. Neurosensori
18
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien AML adalah
sebagai berikut
1. Jumlah sel darah putih bisa berkurang, normal atau meningkat.
2. Pada sebagian besar kasus terjadi trombositopena
3. Biasanya pada pemeriksaan fungsi lumbal memperlihatkan bahwa cairan
spinal mempunyai tekanan yang meninggi dan mengandung sel leukemik
4. Pemeriksaan dengan Sinar X dapat memperlihatkan lesi tulang
5. Tes fungsi hati fan ginjal dilakukan sebagai pedoman sebelum terapi
6. Biopsi/ Apsirasi sumsum
19
20
J. FOKUS INTERVENSI
1. Dx 1
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen :
kelemahan umum
Tujuan
1.1. Evaluasi
21
2. Dx 2
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran organ atau
modus limfe
Tujuan
: menurunkan nyeri
(Doengoes,2000)
22
3.
Dx 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah
Tujuan
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
4. Dx 4
Resiko cidera : Pendarahan berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
Tujuan
23
4.1. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50000 mm3 resiko perdarahan
pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan
4.2. Hindari aktifitas bermain yang mungkin menyebabkan cidera fisik
4.3. Jangan memberi mainan dengan permukaan tajam/runcing
4.4. Inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan dan tempat tusukan
terhadap perdarahan
4.5. Beri bantalan tidur untuk mencegah trauma
4.6. Beri tranfusi trombosit sesuai indikasi
(Tucker, 1999)
5. Dx 5
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder yang
tidak adekuart
Tujuan
Intervensi
membantu
menurunkan
demam,
yang
menambah
ketidakseimbangan cairan
5.3.
24
Rasional :
5.4.
meningkatkan energi
5.6.
Kolaborasi
- Px lab mis : hitung darah lengkap
Rasional
(Doengoes, 2000)
6. Dx 6
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas suplai O2
ke sel jaringan
Tujuan
Kriteria Hasil :
- Pernafasan dalam rentang normal
- Tak ada sianosis
- Bunyi nafas normal
25
Intervensi
6.1. Monitor frekuensi / kedalaman pernafasan area sianosis
6.2 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya takikardi
6.3. Observasi peningkatan batuk
6.4. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
6.5. batasi aktivitas klien
(Doengoes, 2000)
7. Dx 7
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pernurunan suplai O2 ke sel
jaringan
Tujuan
Kriteria Hasil :
- TTV pasien stabil, kulit hangat, dan tidak ada sianosis
- Turgor kulit baik, kapileri refill (2 detik)
Intervensi :
7.1. Monitor TTV
7.2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit, turgor kulit
7.3. Catat adanya keluhan rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian kapiler
26
8. Dx 8
Resiko tumbuh kembang tidak terpenuhi berhubungan dengan efek
hospitalisasi
Tujuan
8.2
8.3
8.4
(Tucker,1998)
9 Dx 9
Resiko koping keluarga
aturan pengobatan
Tujuan
27
Intervensi
9.1
9.2
9.3
9.4
(Tucker,1998)
28