Anda di halaman 1dari 26

SISTEM KESETIMBANGAN GAYA

Nurfaida, Dedi riwanto, Nurtang, Zamah

Laboratorium Fisika Dasar Program Studi Pendidikan fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar
Abstrak. Telah dilakukan praktikum dengan judul Kesetimbangan Gaya dengan tujuan : pertama,
menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan dan kedua,
menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan. Alat dan
bahan yang digunakan yaitu dasar statif, kaki statif, batang statif pendek, batang statif panjang,
balok pendukung, neraca pegas 1,5 N, steker poros, tuas dan beban 50 gram. Pada praktikum ini
dilakukan lima kegiatan. Sebuah benda berada dalam kesetimbangan jika vektor resultan dari
semua gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol dan momen gayanya nol. Sistem tuas dua
lengan dengan panjang tuas disebelah kanan poros dan disebelah kiri poros sama dapat membuat
kondisi-kondisi kesetimbangan statis. Resultan momen gaya tuas berdasarkan prinsip
kesetimbangan adalah nol.

Kata kunci: diam, kesetimbangan gaya, momen gaya nol, resultan gaya nol
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua
lengan?
2. Berapa momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip
kesetimbangan?
TUJUAN
1. Menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua
lengan.
2. Menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip
kesetimbangan.

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah benda untuk dapat mencapai
keadaan kesetimbangan statis. Pertama benda tersebut harus berada dalam
kesetimbangan translasi yang berarti bahwa vektor resultan dari semua gaya yang
bekerja pada benda harus sama dengan nol. Kondisi yang lain adalah harus dalam
keadaan kesetimbangan rotasinya. Jarak tegak lurus dari pusat putaran terhadap
garis gaya aksi disebut lengan gaya . Torka

merupakan besaran vektor yang

didefinisikan :
=R F

(Herman : 2014 , 43)

Efek rotasi dari sebuah benda terkadang dikaitkan dengan pusat gravitasi yang
didefinisikan sebagai gaya tunggal ke atas yang dapat menyeimbangkan atraksi
gravitasi pada semua bagian benda untuk berbagai posisi. Gambar 5.1
menunjukkan sebuah batang yang disetim pada titik B dengan w1 dan w2 adalah
berat beban gantung. Berat batang wB adalah tarikan gravitasi yang bekerja pada
pusat gravitasi C. Kondisi untuk kesetimbangan rotasi untuk sistem di atas adalah:
w1 (L1) = w2 (L2) + wB (L3)

w2

L3

w1

wB
L2
Gambar 5.1. sistem dalam keadaan seimbang
(Herman : 2014 , 43)

L1

Alat dan Bahan


Alat
1. Dasar statif

1 buah

2. Kaki statif

1 buah

3. Batang statif pendek

1 buah

4. Batang statif panjang

1 buah

5. Balok pendukung

1 buah

6. Neraca pegas 1,5 N

1 buah

7. Steker poros

1 buah

8. Tuas

1 buah

9.

10. Bahan
1.

Beban 50 gram

3 buah

11. Identifikasi Variabel


12. Kegiatan 1 kegiatan 5
1. Variabel manipulasi
2. Variabel kontrol
3. Variabel respon

: lengan beban 1, lengan beban 2, lengan gaya


: berat beban 1, berat beban 2
: momen gaya

13. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel manipulasi adalah variabel yang nilainya berubah-ubah. Pada
kegiatan ini terdiri atas :
a. Lengan beban 1 adalah panjang tuas dari poros sampai beban 1
dengan satuan m.
b. Lengan beban 2 adalah panjang tuas dari poros sampai beban 2
dengan satuan m.
c. Lengan gaya adalah panjang tuas dari poros sampai neraca pegas
dengan satuan m.
2. Variabel kontrol adalah variabel yang nilainya tetap. Pada kegiatan ini
terdiri atas :
a. Berat beban 1 adalah berat satu beban 50 gram yang diukur dengan
neraca pegas 1,5 N dengan satuan N.
b. Berat beban 2 adalah berat dua beban 50 gram yang diukur dengan
neraca pegas 1,5 N dengan satuan N.
3. Variabel respon adalah variabel yang menanggapi perubahan variabel
manipulasi dengan kata lain jika nilai variabel manipulasi berubah, maka
nilai variabel respon juga berubah. Pada kegiatan ini terdiri atas :
a. Momen gaya adalah hasil kali lengan gaya L 1 dengan W1 , hasil
kali lengan gaya L2 dengan W1 , dan hasil kali lengan gaya L f
dengan F neraca pegas dengan satuan Nm.
14. Prosedur Kerja
15. Menyusun/merangkai alat-alat tersebut.
16. Keterangan:

1. Setelah seluruh peralatan dipersiapkan sesuai dengan daftar di atas,rakitlah


seperti gambar.
2. Memasang steker poros pada balok pendukung kemudian memasang balok
pendukung pada ujung atas batang statif.
3. Memasang tuas pada steker poros dan mengatur keseimbangannya agar
anak panah tepat menunjuk vertikal kebawah.
17. Kegiatan laboratorium
1. Memasang beban m1 pada posisi 4 (6 cm dari pusat tuas) dan beban m 2
pada posisi 10 (15 cm dari pusat tuas) disebelah kanan titik pusat tuas
(seperti gambar dibawah). Mencatat masing-masing panjang lengan beban
sebagai panjang L1 dan L2.
2. Memasang neraca pegas pada posisi (15 cm dari pusat tuas) disebelah
kanan titik pusat tuas (seperti gambar dibawah). Mencatat sebagai
panjang lengan gaya Lf.
18.
19.
20.

L2
Lf
21. L1

22.
23.
24.

Fpegas

w1

w2

25.
3. Menarik neraca pegas hingga terjadi kesetimbangan dan membaca
besarnya gaya (F) pada neraca pegas tersebut.
4. Mengulangi langkah 1 sampai dengan 3 dengan posisi m1, m2, dan neraca
pegas yang berbeda hingga 5 kali.
26. HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA

27. HASIL PENGAMATAN


28. W1 = | 0,50 0,05|
29. W2 = | 1,00 0,05|
30. Nst Neraca pegas = 0,1 N
31. Tabel 1. Lengan gaya
32.

34.

35.

36.

37.

38.

40.

42.

44.

46.

48.

41.

43.

45.

47.

49.

57.

59.

33.
K
39.
L
|
50.

51.

53.

55.

52.

54.

56.58.

60.

62.

64.

66.

68.

70.

63.

65.

67.

69.

71.

61.

|13,50,5|

72.

73. 75.

G
74.
|

77.

79.

81.

76.

78.

80.

82.
|

83.
84. ANALISIS DATA
85. Momen gaya oleh beban W1, W2, dan gaya pegas
86.

1=W 1 L1

87.

2=W 2 L2

88.

f =F Lf

89. Rambat ralat


90. =F l
91. =W l

92.

|W |dW +|l|dl

d=

93. d=

| |

94. d=|l. dW |+ W . dl

95.

96.

| || |

d l . dW w . dl
=
+

W .l
W .l

|WW + LL|

(W l)
(W l)
dW +
dl
W
l

W 1 L1

=
+

1
97.
W1
L1 1
W 2 L2

=
+

2
98.
W2
L2 2
f =F l f

99.

100.

= F dF + l F dlF

101.

( F l f )
( F l f )
=
dF +
dlF
lF
F

102.

103.

104.

d=|l F . dF|+ F . dl f

| || |

d l f . dF F . dl f
=
+
f F l f
F l f

f=

F Lf
+

F
Lf f

1. Berdasarkan hasil pengukuran,menghitung momen gaya (torka) masingmasing oleh beban w1,w2 dan gaya pegas F
a. Kegiatan 1
1) Beban 1
105.
W1 = |0,500,05|
1=W 1 l1
106.
107.

1=0,50 N 6,00. 102 m

108.

1=3 102 Nm

109.

1=0,03 Nm

110.

W 1 L1
+

W1
L1 1

111.

1=

112.

0,05 0,05 . 102


1=
+
3 . 102
2
0,50
6. 10

113.

1=|0,1+0,0083|3 . 10

114.

1=0,1083 3 .102

115.

1=0,3249 10 Nm

116.

KR=

Nm

Nm

1
100
1
0,3249 102
100
2
3 10

117.

KR =

118.

KR = 10,83 % 2 AB

119.

DK = 100% - 10,83% = 89,17 %

120.

PF =

2) Beban 2
121.
122.

| 1 1|

= |3,0 0,3| 10-2 Nm

W2 = |1,000,05| N
2=W 2 l 2

123.

2=1,00 N 15,00 . 102 m

124.

2=15 102 Nm

125.

2=0,15 Nm

126.

Nm

W 2 L2
+

W2
L2 2

127.

2=

128.

0,05 0,05 . 102


2=
+
15 .102
2
1,00 15. 10

129.

2=|0,05+0,0033|15 . 10

130.

2=0,0533 15 .102

131.

2=0,7995 10 Nm

132.

KR=

Nm

Nm

Nm

2
100
2
0,7995 102
100
2
15 10

133.

KR =

134.

KR = 5,33 % 3 AB

135.

DK = 100% - 5,33% = 94,67 %

136.

PF =

| 2 2|

= |15,0 0,8| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
137.
F = |1,20 0,05| N
f =F l f
138.
139.

f =1,20 N 15,00 .102 m

140.

f =18

141.

102 Nm
Wf
F

lf

0,05
= 1,20

142.

143.

0,05. 102
18.10-2 Nm
15 . 102

= 0,0417 + 0,003318.10-2 Nm

144.

= 0,045 18.10-2 Nm

145.

= 0,81.10-2 Nm

146.

f
f

KR =

100%

0,81. 102
18. 102

147.

148.

= 4,5 % (3AB)

100%

149.

DK = 100% - KR = 100% - 4,5% = 95,5%

150.

PF =

151.
a. Kegiatan 2
1) Beban 1
152.
153.

= 18,0 0,810-2 Nm

W1 = |0,500,05| N
1=W 1 l1

154.

1=0,50 N 3,00 . 102 m

155.

1=1,5 10 Nm

156.

1=0,015 Nm

157.
158.

1=

W 1 L1
+

W1
L1 1

0,05 0,05 . 102


+
1,5 .102
2
0,50
3. 10

159.

1=

160.

1=|0,1+0,0167|1,5 . 102

161.

1=0,1167 1,5. 102

162.

1=0,17505 10 Nm

163.

KR=

Nm

Nm

1
100
1
0,17505 102
100
1,5 102

164.

KR =

165.

KR = 11,67 % 2 AB

166.

DK = 100% - 11,67% = 88,33 %

167.

PF =

2) Beban 2
168.
169.

| 1 1|

= |1,5 0,2| 10-2 Nm

W2 = |1,000,05| N
2=W 2 l 2
2

170.

2=1,00 N 15,00 . 10 m

171.

2=15 102 Nm

172.

2=0,15 Nm

173.

Nm

2=

W 2 L2
+

W2
L2 2

0,05 0,05 . 102


+
15 .102
1,00 15. 102

174.

2=

175.

2=|0,05+0,0033|15 . 102

176.

2=0,0533 15 .102

177.

2=0,7995 10 Nm

178.

KR=

Nm

Nm

Nm

2
100
2
0,7995 102
100
15 102

179.

KR =

180.

KR = 5,33 % 3 AB

181.

DK = 100% - 5,33% = 94,67 %

182.

PF =

| 2 2|

= |15,0 0,8| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
183.
F = |1,300,05| N
f =F l f
184.
2

185.

f =1,30 N 12,00 .10 m

186.

f =15,6

187.

188.

10

Wf
f =
F
0,05
= 1,30

Nm

lf

0,05. 102
15,6.10-2 Nm
12. 102

189.

= 0,0385 + 0,004215,6.10-2 Nm

190. = 0,0427 15,6.10-2 Nm


= 0,66612.10-2 Nm

191.

f
f

100%

193.

0,66612. 10
2
15,6. 10

194.

= 4,27 % (3AB)

192.

KR =

100%

195.

DK = 100% - KR = 100% - 4,27% = 95,73%

196.

PF =

197.
a. Kegiatan 3
1) Beban 1
198.
199.

= 15,6 0,710-2 Nm

W1 = |0,500,05| N
1=W 1 l1

200.

1=0,50 N 4,50 .102 m

201.

1=2,25 10 Nm

202.

1=0,0225 Nm

203.

W 1 L1
+

W1
L1 1

0,05 0,05 . 102


+
2,25 .102
2
0,50 4,50. 10

204.

1=

205.

1=

Nm

206.

1=|0,1+0,0111|2,25 .102

207.

1=0,1111 2,25 .10

208.

1=0,249975 102 Nm

209.

KR=

Nm

Nm

1
100
1
0,249975 102
100
2,25 102

210.

KR =

211.

KR = 11,11 % 2 AB

212.

DK = 100% - 11,11% = 88,89 %

213.

PF =

2) Beban 2
214.
215.

| 1 1|

= |2,2 0,2| 10-2 Nm

W2 = |1,000,05| N
2=W 2 l 2
2

216.

2=1,00 N 12,00 . 10 m

217.

2=12 102 Nm

218.

2=0,12 Nm

W 2 L2
+

W2
L2 2

0,05 0,05 . 102


+
12 .102
1,00 12. 102

219.

2=

220.

2=

Nm

221.

2=|0,05+0,0042|12 .102

222.

2=0,0542 12. 10

223.

2=0,6504 102 Nm

224.

KR=

Nm

Nm

2
100
2
0,6504 102
100
12 102

225.

KR =

226.

KR = 5,42 % 3 AB

227.

DK = 100% - 5,42% = 94,58 %

228.

PF =

| 2 2|

= |12,0 0,6| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
229.
F = |1,250,05| N
f =F l f
230.
2

231.

f =1,25 N 10,5 .10 m

232.

f =13,125

233.

Wf
F

0,05
= 1,25

234.

235.

f =

10

Nm
lf

0,05. 102
13,125.10-2 Nm
10,5 . 102

= 0,04 + 0,004813,125.10-2 Nm

236. = 0,0448 13,125.10-2 Nm


= 0,588.10-2 Nm

237.

f
f

100%

239.

0,588 . 102
13,125. 102

240.

= 4,48 % (3AB)

238.

KR =

100%

241.

DK = 100% - KR = 100% - 4,27% = 95,52%

242.

PF =

243.
a. Kegiatan 4
1) Beban 1
244.
245.

= 13,1 0,610-2 Nm

W1 = |0,500,05| N
1=W 1 l1

246.

1=0,50 N 9,00 .102 m

247.

1=4,5 10 Nm

248.

1=0,045 Nm

249.

W 1 L1
+

W1
L1 1

0,05 0,05 . 102


+
4,5. 102
0,50 9,00. 102

250.

1=

251.

1=

252.

1=|0,1+0,0055| 4,5. 102

Nm

Nm

253.

1=0,1055 4,5 .102

254.

1=0, 47475 10 Nm

255.

KR=

Nm

1
100
1
0, 47475 102
100
4,5 102

256.

KR =

257.

KR = 10,55 % 2 AB

258.

DK = 100% - 10,55% = 89,45 %

259.

PF =

2) Beban 2
260.
261.

| 1 1|

= | 4,50,5 | 10-2 Nm

W2 = |1,000,05| N
2=W 2 l 2

262.

2=1,00 N 13,50 . 102 m

263.

2=13,5 102 Nm

264.

2=0,135 Nm

W 2 L2
+

W2
L2 2

0,05 0,05 . 10
+
13,5 .102
1,00 13,50.102

265.

2=

266.

2=

267.

2=|0,05+0,0037|13,5 . 102

Nm

Nm

268.

2=0,0537 13,5 . 102

269.

2=0,72495 10 Nm

270.

KR=

Nm

2
100
2
0,72495 102
100
13,5 102

271.

KR =

272.

KR = 5,37 % 3 AB

273.

DK = 100% - 5,37% = 94,63 %

274.

PF =

| 2 2|

= |13,5 0,7| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
275.
F = |1,000,05| N
f =F l f
276.
277.

f =1,00 N 16,50 .102 m

278.

f =16,50

279.

Wf
F

0,05
= 1,00

280.

281.

f =

10

Nm
lf

0,05. 102
16,50 .10-2 Nm
16,5 . 102

= 0,05 + 0,003016,50.10-2 Nm

282. = 0,0530 16,50.10-2 Nm


283.

= 0,8745 .10-2 Nm

f
f

100%

285.

0,8745.102
2
16,50 10

286.

= 5,3% (3AB)

284.

KR =

100%

287.

DK = 100% - KR = 100% - 5,3% = 94,7%

288.

PF =

289.
a. Kegiatan 5
1) Beban 1
290.
291.

= 16,5 0,9 10-2 Nm

W1 = |0,500,05| N
1=W 1 l1

292.

1=0,50 N 7,50 . 102 m

293.

1=3,75 10 Nm

294.

1=0,0375 Nm

295.

W 1 L1
+

W1
L1 1

0,05 0,05 . 102


+
3,75.102
2
0,50 7,50. 10

296.

1=

297.

1=

298.

1=|0,1+0,0067|3,75. 102

299.

1=0,1067 3,75 . 10

Nm

Nm

Nm

300.

1=0, 400125 102 Nm

301.

KR=

1
100
1
0, 400125 102
100
2
3,75 10

302.

KR =

303.

KR = 10,67% 2 AB

304.

DK = 100% - 10,67% = 89,33 %

305.

PF =

2) Beban 2
306.
307.

| 1 1|

= |3,8 0,4| 10-2 Nm

W2 = |1,000,05| N
2=W 2 l 2

308.

2=1,00 N 12,00 . 102 m

309.

2=12 10 Nm

310.

2=0,12 Nm

W 2 L2
+

W2
L2 2

0,05 0,05 . 102


+
12 .102
1,00 12. 102

311.

2=

312.

2=

313.

2=|0,05+0,0042|12 .102

314.

2=0,0542 12. 102

Nm

Nm

Nm

315.

2=0,6504 102 Nm

316.

KR=

2
100
2
0,6504 102
100
2
12 10

317.

KR =

318.

KR = 5,42 % 3 AB

319.

DK = 100% - 5,42% = 94,58 %

320.

PF =

| 2 2|

= |12,0 0,6| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
321.
F = |1,400,05| N
f =F l f
322.
323.

f =1,40 N 10,5 .102 m

324.

f =14,7

325.

Wf
F

0,05
= 1,40

326.

327.

f =

102 Nm

lf

0,05. 102
14,7.10-2 Nm
10,5 . 102

= 0,0357 + 0,004814,7.10-2 Nm

328. = 0,0405 14,7.10-2 Nm


329.

= 0,59535.10-2 Nm

f
f

100%

331.

0,59535102
2
14,7 .10

332.

= 4,05% (3AB)

330.

KR =

100%

333.

DK = 100% - KR = 100% - 4,05% = 95,95 %

334.

PF =

335.

= 14,7 0,610-2 Nm

1. Momen gaya masing-masing secara teori


336.

Kegiatan 1

337.

=0

338.

1 + 2 f

=0

339.

3.10-2 Nm + 15. 10-2 Nm -18. 10-2 Nm = 0

340.

0=0

341.

Kegiatan 2

342.

=0

343.

1 + 2 f

=0

344.

1,5. 10-2 Nm + 15.10-2 Nm 15,6.10-2Nm = 0

345.

0,9 . 10-2 Nm = 0

346.

0,009 Nm = 0

347.

Kegiatan 3

348.

=0

349.

1 + 2 f

=0

350.

2,2. 10-2 Nm + 12.10-2 Nm 13,1.10-2Nm = 0

351.

1,1 . 10-2 Nm = 0

352.

0,011 Nm = 0

353.

Kegiatan 4

354.

=0

355.

1 + 2 f

=0

356.

4,5. 10-2 Nm + 13,5.10-2 Nm 16,5.10-2Nm = 0

357.

1,5 . 10-2 Nm = 0

358.

0,015 Nm = 0

359.

Kegiatan 5

360.

=0

361.

1 + 2 f

=0

362.

3,8. 10-2 Nm + 12.10-2 Nm 14,7.10-2Nm = 0

363.

1,1 . 10-2 Nm = 0

364.

0,011 Nm = 0

365.

Hasil praktikum membuktikan Hukum kesetimbangan

gaya, yaitu pada kegiatan 1 resultan momen gaya tepat 0. Adapun


kegiatan 2 hingga 5 tidak tepat 0 karena kesalahan-kesalahan yang
dilakukan dalam pengamatan ataupun karena kelelahan komponen
alat.
366.

PEMBAHASAN

367.

Pada praktikum ini dilakukan lima kegiatan, kelima

kegiatan ini dilakukan dengan cara meletakkan beban 1 pada posisi


tuas sebelah kanan sesuai yang diinginkan, kecuali pada kegiatan 1
yang telah ditentukan yaitu pada posisi 4, juga meletakkan beban 2
pada posisi 10 untuk kegiatan 1 dan sembarang posisi pada tuas
sebelah kanan untuk kegiatan 2-kegiatan 5, serta meletakkan
neraca pegas pada posisi 10 tuas sebelah kiri untuk kegiatan 1 dan
posisi yang diinginkan disebelah kiri poros tuas untuk kegiatan 1kegiatan 5 lalu ditarik hingga tuas setimbang .
368.

Kondisi setimbang dipenuhi dengan dua syarat. Syarat

pertama, jumlah gaya yang bekerja padanya harus berjumlah nol.


Karena gaya merupakan vektor, komponen-komponen gaya
masing-masing harus nol yaitu di sumbu x dan sumbu y. Syarat
kedua, torsi total yang bekerja harus nol. Berdasarkan praktikum
diperoleh bahwa pada tuas dua lengan menggunakan prinsip
kesetimbangan terbukti dengan salah satu kegiatan yaitu kegiatan 1
menunjukkan torsi total sama dengan nol, juga jumlah gaya sama
dengan nol, disebelah kiri gaya pegas sama dengan gaya berat
beban 1 dan gaya berat beban 2 di sebelah kanan.
369.

Pada kegitan 2-kegiatan 5 walaupun tuas diam yang

menunjukkan keadaan setimbang, tetapi resultan momen gayanya


tidak tepat nol. Hal ini dikarenakan kesalahan pengamat saat
membaca neraca pegas, ketidakpastian setiap alat ukur (pada mistar

yang digunakan mengukur jarak setiap lubang dari poros,


ketidakpastiannya= 0,5 cm dan ketidakpastian neraca pegas= 0,05
N) , dan kelelahan komponen alat seperti pada neraca pegas, pegas
yang telah lama dipakai sehingga menjadi tidak elastis lagi.
370.

SIMPULAN DAN DISKUSI

371.

Kondisi-kondisi kesetimbangan statis dapat diselidiki

dengan meninjau dua syarat kesetimbangan yaitu benda berada


dalam kesetimbangan translasi yang berarti bahwa vektor resultan
dari semua gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, dan
benda dalam kesetimbangan rotasi yakni resultan momen gayanya
nol.
372.

Momen gaya sistem tuas dua lengan harusnya nol karena

sistem tuas dua lengan ketika dalam keadaan diam dan gaya yang
bekerja pada tuas tegak lurus dari pusat putaran , tuas akan
setimbang.
373.

Besar momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan

prinsip kesetimbangan

1=

|3,00,3| 10-2 Nm,

2=

15,00,3| 10-2 Nm
374.
375.

DAFTAR RUJUKAN

Giancolli, douglas . 1998. Fisika

Jilid 1 Edisi kelima

(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.


376.
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Makassar. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1, Penerbit UNM .
Makassar

Anda mungkin juga menyukai