PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengobatan sendiri dengan antibiotika yang semakin luas telah menjadi
masalah yang penting
adalah
zat
kimiawi
dihasilkan
mikroorganisme
yang
antibiotik
dipengaruhi
oleh
berbagai
faktor, seperti
pengetahuan dokter dan pasien tentang antibiotik, status ekonomi, masyarakat dan
kondisi karakteristik pelayanan system kesehatan, regulasi lingkungan di suatu
Negara. Antibiotik yang digunakan secara bebas tanpa resep dokter, sering
menyebabkan kesalahan dalam penggunaannya, antara lain sering tidak teratur
makan obat dan tidak menyelesaikan pengobatan, karena sudah merasa sembuh
atau tidak mampu membiayai pengobatan sampai selesai. Kondisi ini
menyebabkan tidak tuntasnya proses eradikasi bakteri, yang menyebabkan
terjadinya proses mutasi kuman, sehingga menjadi resisten terhadap antibiotik
tersebut. Jika pasien terinfeksi kembali oleh bakteri yang sama atau jika bakteri
tersebut menginfeksi individu yang lain, maka pengobatannya menjadi sulit.
Untuk mengatasi hal ini diperlukan antibiotik golongan lain, yang biasanya lebih
mahal(1).
Di Indonesia, kesalahan penggunaan antibiotik didukung oleh banyaknya
penjualan obat antibiotik yang termasuk golongan obat keras secara bebas.
Masyarakat masih dapat memperoleh obat keras secara bebas tanpa resep dokter
meskipun telah dilarang oleh undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-undang
Obat Keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949. Pada pasal 1 undang-undang
tersebut juga disebutkan yang dimaksud dengan obat keras adalah termasuk obatobatan yang mempunyai khasiat mendesinfeksikan tubuh manusia seperti
antibiotik(5).
Tingkat pengetahuan masyarakat dalam penggunaan antibiotik telah
diteliti di berbagai daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Teh (2012) di
Putrajaya, Malaysia, menyebutkan bahwa 83% responden tidak mengetahui
bahwa antibiotik tidak bekerja untuk melawan infeksi virus dan 82% responden
tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak dapat mengobati batuk dan flu, sementara
82.5% responden terlihat sangat berhati-hati dengan penggunaan antibiotik yang
dapat menyebabkan alergi(6). Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sekitar
setengah dari mereka (52,1%) tidak mengetahui bahwa antibiotik dapat
menimbulkan banyak efek samping(6). Beberapa pernyataan dari responden
diantaranya adalah tidak masalah menghentikan pemakaian antibiotik ketika
gejala telah membaik dan mengkonsumsi sedikit antibiotik dari yang diresepkan
dokter akan lebih sehat daripada mengkonsumsi seluruh antibiotik yang
diresepkan(6).
Penelitian yang dilakukan oleh Widayati dkk tahun 2012 di Yogyakarta,
menyatakan bahwa dari 559 responden, sejumlah 283 responden mampu
menyebutkan nama antibiotik dengan benar, sementara 276 responden mengaku
tidak mengenal antibiotik(7). Hasil penelitian tersebut juga menyatakan 85%
responden berhati-hati dengan penggunaan antibiotik yang dapat menyebabkan
resistensi. Responden mampu menjawab dengan benar bahwa antibiotik dapat
mengobati infeksi bakteri sebanyak 76%, sedangkan 70% menyebutkan orangorang dapat memiliki reaksi alergi terhadap penggunaan antibiotik, dan antibiotik
tidak harus segera digunakan ketika seseorang mengalami demam sebanyak
Rumusan masalah
Penggunaan antibiotik secara bebas tanpa resep dokter mengakibatkan
penggunaan yang tidak tepat indikasi, tidak tepat dosis, tidak tepat cara dan waktu
pemberiannya oleh pengguna. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab
meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik. Oleh karena itu ingin
diketahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di kelurahan Tanjung
Merdeka.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat
Kelurahan Tanjung Merdeka terhadap penggunaan antibiotik.
1.3.2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tingkat Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja(9).
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
orang lain menuju ke arah suatu citacita tertentu, jadi dapat dikatakan bahwa
pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula
menerima pengetahuan yang dimilikinya(9).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya(9).
d. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
memperhatikan
sehingga
tidak
begitu
prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola penalaran manusia. Akan
tetapi pengalaman individu tetap mempunyai keterbatasan pemahaman :
a) setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat kesimpulan
yang valid tentang situasi, dan b) pengalaman seseorang diwarnai dengan
penilaian yang bersifat subyektif.
d. Trial dan Error
Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita
dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. Meskipun
pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering tidak efisien. Metode
ini cenderung mengandung resiko yang tinggi, penyelesaiannya untuk beberapa
hal mungkin idiosyentric.
e. Alasan yang Logis
Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran
yang logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan
ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas alasan
deduktif tergantung dari informasi dimana seseorang memulai, dan alasan tersebut
mungkin tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi permasalahan.
f. Metode Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari
suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis
serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip
validitas dan reliabilitas.
2.1.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden
yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
dari responden.
2.2.
2.2.1.
Sikap
Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu(11). Sikap belum merupakan suatu
7
tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan
tingkah laku. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.2.2.
Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa objek (subjek ) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek ).
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah indikasi dari suatu sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valueing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.3.
Perilaku
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar.
Menurut Skiner (1938)(12), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau ransangan dari
luar. Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini
2.3.2.
Bentuk Perilaku
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.(12)
2.3.3.
Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu(8):
a. Perubahan alamiah (natural change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat di
dalamnya akan berubah.
b. Perubahan terencana (planned change)
Perubahan ini memang karena direncanakan subjek.
c. Kesediaan untuk berubah (readdiness change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
menerima perubahan tersebut (berubah perilaku) dan sebagian orang lagi sangat
lambat. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan yang berbeda-beda
untuk berubah.
2.3.4.
mengadopsi perilaku baru atau berperilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus.
c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.3.6.
Determinan Perilaku
2.4.
Umur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, umur adalah lama waktu hidup
atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan); Terdapat dua jenis usia, yaitu:
10
1. Usia kronologis
Usia kronologis (Chronological age) atau disebut juga usia kalender
adalah usia seseorang yang dihitung sejak waktu lahir sampai waktu tertentu (13).
Dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang ditanya berapa usianya, pada
umumnya dijawab dengan usia kronologis.
2. Usia Mental
Usia mental (mental age) adalah usia yang merujuk pada tingkat
kemampuan
mental
seseorang
setelah
dibandingkan
dengan
kelompok
Jenis Kelamin
Menurut Utama (2003) dalam Frida (2009), jenis kelamin merupakan
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan
adalah
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan(16). Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan
dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah.
Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru
merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya
dalam keluarga dengan sekolah.
2.7.
Status Ekonomi
11
zat
kimiawi
dihasilkan
mikroorganisme
yang
membunuh kuman. Selain dari sifat aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu antibiotika berpektrum sempit, seperti benzil penisilin dan
streptomisin, dan berspektrum luas seperti tetrasiklin dan kloramfenikol. Hal ini
dikarenakan sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya.
Umpamanya, penisilin G bersifat aktif terhadap bakteri Gram-positif, sedangkan
bakteri Gram-negatif pada umumnya tidak peka (resisten) terhadap penisilin G;
tetrasiklin memiliki sifat sebaliknya(17).
2.8.3.
12
peptidoglikan
relatif
tipis,
dikelilingi
lapisan
lipoporotein,
Asam
nukleat
merupakan
bagian
yang
sangat
vital
bagi
perkembangbiakan sel.
2.9.
2.9.1.
Resistensi Obat
Definisi
Resistensi obat adalah kemampuan suatu mikroorganisme untuk bertahan
terhadap efek suatu obat yang mematikan bagi sebagian besar anggota spesiesnya.
Resistensi obat primer merujuk infeksi yang dari awal terjadi karena suatu
organisme resisten; resistensi obat sekunder merujuk resistensi yang berkembang
selama pemberian terapi(3).
2.9.2.
Penyebab
Salah satu penyebab terjadinya resistensi obat antibiotik adalah
penggunaannya secara tidak benar. Istilah penggunaan yang tidak benar berlaku
untuk semua jenis penyalahgunaan dan penggunasalahan. Penggunaan yang tidak
benar terjadi saat antibiotik digunakan dalam waktu yang terlalu singkat, dosis
14
yang terlalu kecil, potensi yang tidak adekuat, atau dengan indikasi yang tidak
tepat(18). Menurut WHO, resistensi obat antibiotik diawali dengan peresepan
antibiotik untuk penyakit yang tidak tepat, padahal beberapa penyakit bahkan
tidak memerlukan antibiotik sama sekali untuk pengobatannya. Namun, pasien
seringkali tidak mengerti hal ini, dan timbul kepercayaan di masyarakat bahwa
mengonsumsi antibiotik 1
2.9.3.
secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai
bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada
indikasi(21).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai
permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas,
juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga
berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumonia (SP),
Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli(21).
2.9.4.
Mekanisme
15
menumpuk
di
bakteri
tetapi
tidak
rentan
pada
bakteri
17
18
4. Psikotropika
Tanda pada kemasannya sama dengan tanda pada Obat Keras. Obat-obatan
golongan ini mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai
penggunaannya diawasi secara ketat oleh pemerintah (BPOM dan DepKes) dan
hanya boleh diperjual belikan di apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib
melaporkan pembelian dan peenggunaannya kepada pemerintah. Psikotropika
atau biasa disebut sebagai obat penenang (transquilizer), adalah zat/ obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui
pengaruh stimulatif selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
2.10.2.
Keras
Peraturan mengenai distribusi obat-obat keras daftar G tertulis dalam pasal
3 dan 5(5).
Pasal 3
1)
Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan
dari bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah
sedemikian rupa sehingga secara normla tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan
ini hanya diperuntukkan untuk pemakaian pribadi, adalah dilarang. Larangan ini
tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, apoteker-apoteker,
yang memimpin apotek dan dokter hewan.
2)
Penyerahan dari bahan-bahan G, yang menyimpang dari resep doker,
dokter gigi, dokter hewan dilarang, larangan ini tidak berlaku bagi penyerahanpenyerahan kepada pedagang-pedagang besar yang diakui, apoteker-apoteker,
dokter-dokter gigi, dan dokter-dokter hewan demikian juga tidak terhadap
penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada pasal 7 ayat 5.
3)
Larang-larang yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak berlaku
untuk penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan pasal 49 ayat 3 dan 4 dan
pasal 51 dari Reglement D.V.D..
4)
Sec.V.St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan sebagaimana
dimaksudkan pada ayat 2, jika berhubungan dengan penyerahan obatobatan G
yang tertentu yang ditunjukkan olehnya harus ikut ditandatangani oleh seorang
petugas khusus yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini tidak terdapat maka
penyerahan obat-obatan G itu dilarang.
19
Pasal 5
1)
Pemasukan, pengeluaran, pengangkutan, atau suruh mengangkut bahanbahan G dilarang, kecuali dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga secara
normal dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan untuk
pemakaian pribadi.
2)
Larangan ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh pemerintah
atau pedagang-pedagang besar yang diakui atau pengangkutan-pengangkutan oleh
apoteker-apoteker, dokter-dokter yang memimpin apotek, dan dokter hewan.
3)
Dalam soal-soal khusus, inspektur farmasi D.V.G. di Jakarta dapat
memberikan kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini.
BAB III
20
3.1.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep di bawah ini mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik.
Penggunaan antibiotik
21
3.2.3.
Tingkat Pendidikan
a. Definisi
Jenjang pendidikan sekolah formal responden berdasarkan ijazah terakhir
yang responden peroleh.
b. Alat Ukur
c. Cara Ukur
d. Hasil Ukur
: Kuesioner
: Metode angket
: Dikelompokkan menjadi :
: Ordinal
3.2.4.
Status Ekonomi
a. Definisi
Keadaan ekonomi responden yang ditunjukkan oleh penghasilan perbulan.
Penghasilan dibagi dua sesuai UMK Makassar, yaitu <Rp 2.000.000 atau >Rp
2.000.000
b. Alat Ukur
c. Cara Ukur
d. Hasil Ukur
: Kuesioner
: Metode angket
: Dikelompokkan menjadi :
: Ordinal
Sikap
Pertanyaan mengenai sikap meliputi indikasi, cara penggunaan, efek
samping dan
22
delapan pertanyaan dengan pilihan jawaban terdiri dari sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral, setuju dan sangat setuju. Skor skala penilaian berjenjang dari skor
tertinggi sampai dengan terendah. Jenjang skor untuk skala sikap tertinggi 5 dan
terendah 1. Skor sikap diberikan nilai berdasarkan pertanyaan. Total skor adalah
sebanyak 40. Pertanyaan dari nomor 1 hingga 4 diberikan nilai:
1. 5 apabila responden memilih sangat tidak setuju,
2. 4 apabila responden memilih tidak setuju,
3. 3 apabila responden memilih netral,
4. 2 apabila responden memilih setuju, dan
5. 1 apabila responden memilih sangat setuju.
Pertanyaan dari nomor 5 hingga 8 diberikan nilai:
1. 5 apabila responden memilih sangat setuju,
2. 4 apabila responden memilih setuju,
3. 3 apabila responden memilih netral,
4. 2 apabila responden memilih tidak setuju, dan
5. 1 apabila responden memilih sangat tidak setuju.
Penilaian dibagikan kepada 3 kategori yaitu sikap baik, sedang dan kurang.
1. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai keseluruhan.
2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40-75% dari niai keseluruhan.
3. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai keseluruhan.
Maka penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem scoring yaitu :
1) Skor > 30 : baik
2) Skor 16-30 : sedang
3) Skor < 16 : kurang
3.2.6.
Perilaku
Pertanyaan mengenai perilaku meliputi perilaku konsumsi antibiotik, cara
penyimpanan, dan ketaatan terhadap aturan dokter. Skala ukur adalah nominal.
Sikap diukur menggunakan cara angket menggunakan alat kuesioner yang dinilai
dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Pertanyaan yang diajukan
sebanyak empat pertanyaan dengan pilihan jawaban terdiri dari ya dan tidak. Skor
23
perilaku diberikan nilai berdasarkan pertanyaan. Total skor adalah sebanyak 10.
Pertanyaan dari nomor 1 hingga 3 diberikan nilai:
1. 1 apabila responden memilih tidak
2. 0 apabila responden memilih ya
Pertanyaan nomor 4 diberikan nilai :
1. 1 apabila responden memilih ya
2. 0 apabila responden memilih tidak
Penilaian dibagikan kepada 4 kategori yaitu perilaku baik sekali, baik,
kurang dan sangat kurang. Maka penilaian terhadap sikap responden berdasarkan
sistem scoring yaitu :
1) Skor 4 : baik
2) Skor 3 : sedang
3) Skor 2 : kurang
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang
bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
24
4.3.
4.3.1.
Tanjung Merdeka
Berusia antara 15-70 tahun
Tercatat sebagai penduduk Kelurahan Tanjung Merdeka
Berada di Kelurahan Tanjung Merdeka pada saat pengambilan data
Bersedia untuk mengikuti penelitian
Kriteria Eksklusi :
Sampel
Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang
memenuhi kriteria penelitian dan diambil dengan metode quota sampling. Sampel
dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Penentuan besar sampel minimal ditetapkan berdasarkan
N
n=
N . d 2+1
25
0,1
8042.
8042
n=
n=
8042
81,42
n=98,77
n=99
Keterangan:
n
: Besar sampel minimum
d
: Kesalahan absolut yang dapat ditolerir (d=0,1 dengan tingkat
kepercayaan 95%)
4.4.
4.5.
4.5.1.
berikut(12) :
1
26
Excel.
Cleaning Data
Data-data yang telah dientri diperiksa kembali untuk menghindari
4.5.2.
Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
4.3.3.
Penyajian Data
Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah, Dinas
Kesehatan Kota Makassar, dan kantor kelurahan sebagai permohonan izin untuk
melakukan penelitian.
27
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1.
1. Letak Geografis
Kelurahan Tanjung Merdeka berada dalam Kecamatan Tamalate, Kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kelurahan ini mempunyai luas permukaan
sebesar 420 Ha, dengan panjang garis pantai 3,4 km. Secara geografis,
kelurahan Tanjung Merdeka berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kelurahan Maccini Sombala
Sebelah Selatan : Kelurahan Barombong
28
Kependudukan
Kelurahan Tanjung Merdeka memiliki jumlah penduduk 8.042 jiwa
dengan 1.902 Kepala Keluarga yangterdiri dari laki-laki 3.885 jiwa dan
perempuan 4.157 jiwa.
Penduduk Kelurahan Tanjung Merdeka dihuni oleh penduduk asli Kota Makassar
yaitu Suku Mangkasara (Makassar) sedangkan untuk daerah pemukiman Baru
(Perumahan) dihuni sebagian oleh suku Makassar yang terlah bersosialisasi
dengan suku-suku pendatang yang ada sseperti Bugis, Toraja, Mandar dan
Tionghoa. Jumlah penduduk miskin yang ada di kelurahan Tanjung Merdeka
sebanyak 601 KK ( 2.400 jiwa) atau sekitar 32% dari jumlah penduduk
Kelurahan Tanjung Merdeka.
5.2.
Karakteristik Responden
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan di
Kelurahan Tanjung Merdeka. Sampel yang ikut serta dalam penelitian ini terdiri
dari 116 orang yang semuanya merupakan penduduk di Kelurahan Tanjung
Merdeka, Kecamatan Tamalate, Kotamadya Makassar.
Data penelitian yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang berasal
dari hasil isian kuesioner yang diisi oleh responden yang berisi data identitas
responden dan jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku
responden terhadap penggunaan antibiotik.
Untuk data karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan dan status ekonomi responden. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
5.2.1.
Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
5.1
29
Jumlah
52
64
116
Persentase
44.83%
55.17%
100.00%
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah
perempuan yaitu sebanyak 64 orang (55,17%) sedangkan laki-laki sebanyak 52
orang (44,83%).
5.2.2.
Kelompok Umur
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Umur
Frekuensi
15-24
25-34
35-44
45-54
55-64
65
Total
41
26
22
20
5
2
116
35.34%
22.41%
18.97%
17.24%
4.31%
1.72%
100.00%
30
Frekuensi
Persentase
27
58
31
116
23.28%
50.00%
26.72%
100.00%
5.2.4.
Frekuensi
43
73
116
%
37.07%
62.93%
100.00%
31
Benar
Salah
Definisi Antibiotik
Penyakit yang
65
56.03%
28
Tahu
24.14% 23
Memerlukan
48
41.38%
45
38.79% 23
19.83%
84
72.41%
11
9.48%
21
18.10%
85
73.28%
11
9.48%
20
17.24%
72
62.07%
26
22.41% 18
15.52%
87
75.00%
7.76%
20
17.24%
83
71.55%
6.03%
26
22.41%
68
58.62%
7.76%
39
33.62%
81
69.83%
4.31%
30
25.86%
90
77.59%
2.59%
23
19.83%
56
48.28%
24
20.69% 36
31.03%
3
4
Antibiotik
Tujuan Pemberian
Antibiotik
Cara Memperoleh
Antibiotik
Penghentian
Penggunaan
Tidak
No
%
19.83%
Antibiotik
Penggunaan
6
Antibiotik Sesuai
Petunjuk Dokter
Risiko Penggunaan
10
11
Antibiotik
yang Salah
Efek Samping
Antibiotik
Golongan yang Harus
Diperhatikan Dalam
Menggunakan
Antibiotik
Cara Penyimpanan
Antibiotik
Contoh Antibiotik
32
Frekuensi
(n)
47
43
26
116
%
40.52%
37.07%
22.41%
100.00%
pengetahuan kurang.
5.3.2.
33
Baik
(n)
Sedang
(n)
44.68
Pria
Perempuan
Total
Rendah
(n)
39.53
Total
53.85
21
%
55.32
17
%
60.47
14
%
46.15
52
26
47
26
43
12
26
64
116
Baik
(n)
15-24
15
25-34
10
35-44
10
%
32.61
%
21.74
%
21.74
Sedang
(n)
15
9
10
%
34.09
%
20.45
%
22.73
Rendah
(n)
11
7
2
%
42.31
%
26.92
%
7.69%
Total
41
26
22
34
%
15.22
45-54
55-64
7
2
65
Total
2
46
%
4.35%
4.35%
%
18.18
8
2
0
44
%
4.55%
0.00%
19.23
5
1
0
26
%
3.85%
0.00%
20
5
2
116
Baik
(n)
Dasar
Menengah
28
Tinggi
Total
15
47
%
8.51%
59.57
%
31.91
%
Tingkat Pengetahuan
Sedang
Rendah
%
(n)
(n)
20.93
9
14
%
46.51
20
10
%
32.56
14
43
2
26
Total
53.85
%
38.46
%
7.69%
27
58
31
116
35
Baik
(n)
Rendah
16
Menengah
31
Total
47
34.04
%
65.96
%
Tingkat Pengetahuan
Sedang
Rendah
%
(n)
(n)
34.88
15
12
%
65.12
28
14
%
43
26
Total
46.15
43
%
53.85
73
116
Pertanyaan
SS
TS
STS
36
Semua
Penyakit
Memerlukan
Antibiotik
Antibiotik
Wajar
Diminta dari
Dokter
Waktu
Penggunaan
Harus Dipatuhi
Antibiotik
Boleh
Disimpan Dan
Digunakan
Kembali
Antibiotik
Harus
Dihabiskan
Walaupun
Sudah Merasa
Sehat
Kembali Ke
Dokter
Jika Terjadi Efek
Samping
Penggunaan
Antibotik
Berlebihan
Menyebabkan
Efek Samping
Resistensi
Antibiotik
Adalah Hal
Yang
Berbahaya
5.17
%
24
20.69
%
10
8.62
%
66
56.90
%
10
8.62%
11
9.48
%
35
30.17
%
21
18.10
%
28
24.14
%
21
18.10
%
0.86
%
1.72
%
6.03
%
63
54.31
%
43
37.07
%
15
12.93
%
46
39.66
%
19
16.38
%
26
22.41
%
10
8.62%
6.90
%
27
23.28
%
17
14.66
%
30
25.86
%
34
29.31
%
6.90
%
4.31
%
27
23.28
%
42
36.21
%
34
29.31
%
6.03
%
1.72
%
11
9.48
%
57
49.14
%
39
33.62
%
6.90
%
4.31
%
27
23.28
%
42
36.21
%
34
29.31
%
37
pernyataan antibiotik adalah hal yang berbahaya, dan 6,03% responden bersikap
netral terhadap pernyataan waktu penggunaan obat harus dipatuhi.
Selanjutnya, didapati 56,90% tidak setuju bahwa semua penyakit
memerlukan antibiotik, diikuti dengan 54,31% tidak setuju bahwa waktu
penggunaan harus dipatuhi,. Dan 22,41% tidak setuju bahwa antibiotik boleh
disimpan dan digunakan kembali.
Dari tabel, didaptkan bahwa 37,07% responden sangat tidak setuju bahwa
waktu penggunaan harus dipatuhi, diikuti dengan 33,62% responden sangat tidak
setuu bahwa penggunaan antibiotik secara berlebihan menyebabkan efek samping.
5.4.1.
Tingkat Sikap
Tingkat sikap responden terhadap penggunaan antibiotik dapat dilihat
pada tabel 5.12. Skor kuisioner > 30 dikelompokkan ke dalam sikap baik, skor
kuisioner 16-30 dikelompokkan dalam sikap sedang dan skor < 16 dikelompokkan
ke dalam sikap kurang.
Frekuensi
56
Persentase
48.28%
Sedang
Kuran
60
51.72%
g
Total
0
116
0.00%
100.00%
38
Baik
Sikap
Sedang
Total
42.86
28
46.67
0.00
52
32
%
57.14
32
%
53.33
%
0.00
64
Total
(n)
(n)
24
Perempuan
(n)
Kurang
56
60
116
Berdasarkan tabel 5.13, diketahui bahwa sikap baik terdapat paling banyak
pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 orang (57,14%), sikap di
kategori sedang terdapat juga paling banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 32 orang (53,33%), dan tidak terdapat responden dengan sikap kategori
kurang.
5.4.3.
5.14.
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Umur
Usia
Baik
(n)
15-24
Sikap
Sedang
(n)
37.50
Kurang
(n)
33.33
Total
0.00
21
%
23.21
20
%
21.67
%
0.00
41
13
%
16.07
13
%
21.67
%
0.00
26
%
14.29
13
%
20.00
%
0.00
22
45-54
12
%
0.00
20
55-64
5.36%
3.33%
%
0.00
65
3.57%
0.00%
25-34
35-44
39
Total
56
60
116
Berdasarkan tabel 5.14, sikap baik paling banyak adalah responden yang
termasuk dalam kelompok umur 15-24 tahun yaitu sebanyak 21 orang (37,50%).
Sikap sedang paling banyak juga adalah responden yang termasuk dalam
kelompok umur 15-24 tahun yaitu sebanyak 20 orang (33,33%). Sedangkan di
sikap kurang, tidak terdapat responden.
5.4.4.
Baik
(n)
Dasar
12
Menengah
29
Tinggi
Total
14
55
Sikap
Sedang
(n)
21.82
%
52.73
%
25.45
%
15
29
Kurang
(n)
24.59
%
47.54
%
27.87
17
61
0
0
0
0
%
0.00
%
0.00
%
0.00
%
Total
27
58
116
116
Berdasarkan tabel 5.15, sikap baik paling banyak adalah responden yang
mempunyai tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 29 orang (52,73%).
Sikap sedang paling banyak juga adalah responden yang mempunyai tingkat
pendidikan menengah yaitu sebanyak 29 orang (47,54%). Sedangkan di sikap
dengan kategori kurang tidak terdapat responden.
5.4.5.
40
Baik
(n)
Rendah
20
Menengah
36
Total
56
Sikap
Sedang
(n)
35.71
%
64.29
%
23
37
Kurang
(n)
38.33
%
61.67
60
Total
0.00
43
%
0.00
73
116
Pertanyaan
Berhenti
Minum Antibiotik
Menyimpan Antibiotik
Dan Menggunakan Kembali Jika
Kambuh
Memberikan Obat
Kepada Teman/Kerabat Jika
Sakit
Ya
58
%
50.00
%
Tidak
58
%
50.00
%
65
56.03
%
51
43.97
%
33
28.45
%
83
71.55
%
41
Meminum Sesuai
Aturan Dokter
111
95.69
%
4.31%
Frekuensi
36
19
61
116
%
31.03%
16.38%
52.59%
100.00%
Perilaku
42
Kelamin
Baik
(n)
Sedang
(n)
47.22
Pria
Perempuan
Total
Kurang
(n)
22.22
Total
50.00
17
%
52.78
%
77.78
31
%
50.00
52
19
36
14
18
31
62
64
116
Berdasarkan tabel 5.19, diketahui bahwa sikap baik terdapat paling banyak
pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (52,78%), sikap di
kategori sedang terdapat juga paling banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 14 orang (77,78%), dan untuk sikap kurang, responden laki-laki dan
perempuan memiliki jumlah yang sama, yaitu 31 orang (50,00%) untuk masingmasing kategori.
5.5.3.
5.20
Baik
(n)
15-24
25-34
35-44
45-54
%
27.78
Perilaku
Sedang
Kurang
%
(n)
(n)
38.89
Total
40.68
10
%
19.44
%
11.11
24
%
28.81
41
%
25.00
%
16.67
17
%
16.95
26
%
13.89
%
33.33
10
%
15.25
22
20
43
55-64
65
Total
3
2
36
8.33%
5.56%
0
0
18
0.00%
0.00%
2
0
62
3.39%
0.00%
5
2
116
Baik
(n)
Dasar
Menengah
16
Tinggi
Total
15
36
Perilaku
Sedang
%
(n)
%
13.89
%
44.44
%
41.67
%
Kurang
(n)
2 11.11%
10
6
18
55.56
%
33.33
%
20
32
10
62
Total
32.26
%
51.61
%
16.13
%
27
58
31
116
44
Baik
(n)
Rendah
11
Menengah
25
Total
36
%
30.56
%
69.44
%
Perilaku
Sedang
Kurang
%
(n)
(n)
26.32
5
27
%
73.68
14
34
%
19
61
Total
44.26%
43
55.74%
73
116
45
6.2.
46
responden dengan umur 15-24 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik terbanyak
(32,61%), diikuti responden dengan rentang umur 25-34 tahun (21,74%) dan 3544 tahun (21,74%), lalu responden dengan rentang umur 45-54 tahun (15,22%),
diikuti dengan rentang umur 55-64 tahun (4,35%) dan 65 tahun (4,35%).
Sedangkan, untuk tingkat pengetahuan rendah terbanyak juga terdapat pada kelas
responden yang berumur 15-24 tahun (42,31%), diikuti responden yang berumur
25-34 tahun (26,92%), dan responden yang berumur 45-54 tahun (19,23%) serta
35-44 tahun (7,69%).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arief (2013) di Medan yang mendapati bahwa responden dengan umur >45 tahun
47
6.5.
48
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Arief (2013)
berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang dengan tingkat pendidikan
menengah memiliki tingkat pengetahuan baik paling banyak (49,8%), diikuti
responden dengan tingkat pendidikan tinggi (32,2%), dan tingkat pendidikan
rendah (18%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki
tingkat pengetahuan rendah terbanyak (80,9%), diikuti tingkat pendidikan
menengah (14,3%), dan tingkat pendidikan tinggi (4,8%)(31). Pola pikir seseorang
akan sesuai dengan tingkat pendidikannya, karena pendidikan dapat berdampak
pada kemampuan seseorang untuk menerima informasi dan informasi ini dapat
berpengaruh pada pengetahuan yang dimilikinya(12). Menurut pendapat Friedman
(1998), semakin terdidiknya seseorang maka semakin baik pengetahuannya
tentang kesehatan dan sebaliknya(34).
6.6.
6.7.
49
namun menurutnya, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan sikap terhadap
penggunaan antibiotik(33). Hal yang sama juga didapatkan oleh Barah (2010) di
Syria dan Al Azzam et al (2007) di Yordania(27,
29)
28)
50
perilaku dan faktor non perilaku(35). Perilaku sendiri terbentuk karena adanya
proses pendidikan sebelumnya yang melalui beberapa tahap hingga kemudian
terbentuk
pola
perilakunya.
Hal
itu
menunjukkan
bahwa
pendidikan
pada kelompok ekonomi menengah dan juga demikian pada sikap sedang.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara status ekonomi menengah dan rendah
untuk sikap yang baik, yaitu sebesar 64,29% untuk ekonomi menengah dan
35,71% untuk ekonomi rendah. Pada sikap sedang juga demikian, yaitu 86,05%
untuk ekonomi menengah dan 53,49% untuk ekonomi rendah. Hal yang serupa
didapatkan juga pada penelitian yang dilakukan oleh Barah (2010) di Syria, dan
Larassati (2012) di Medan(27, 33). Menurut Supardi (2005) orang yang mempunyai
penghasilan tinggi lebih banyak belanja obat dan menggunakan obat, sehingga
kemungkinan untuk menggunakan obat yang sesuai dengan aturan lebih besar(30).
6.11.
memiliki presentase terbesar yaitu 52,59%, kategori baik sebesar 31,03% dan
kategori sedang 16,38%. Hasil yang serupa juga didapatkan oleh Fatmawati
(2014) di Surakarta, dimana didapatkan hasil perilaku baik sebesar 33%
responden dan perilaku kurang sebesar 67%(36). Perilaku dalam bentuk
pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan lingkungan, sedangkan perilaku
dalam bentuk sikap berupa tanggapan perasaan terhadap keadaan luar diri
seseorang sehingga akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat
lingkungan tersebut yang mempengaruhi pembentukan perilaku manusia. Perilaku
dalam bentuk tindakan berupa perbuatan terhadap situasi dan lingkungan(8)
6.12.
51
sedikit pada umur 65 tahun. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Elmasry et al (2013) di Mesir yang mendapatkan
hasil bahwa usia tua (>60) tahun memiliki perilaku yang baik terhadap
penggunaan antibiotik dibandingkan dengan usia dewasa muda (18-40 tahun) dan
dewasa mapan (40-60 tahun)(37). Pada orang tua, cenderung memeriksakan diri
terlebih dahulu ke dokter dan lebih menaati peraturan pengobatan yang diberikan
oleh dokter karena fakta bahwa orang tua lebih memerhatikan kesehatannya, dan
lebih sering memeriksakan kesehatannya ke dokter dibanding orang muda (37).
Namun perbedaan hasil ini kemungkinan dikarenakan perbedaan jumlah sampel
penelitian, tempat penelitan dan sosial budaya tempat penelitian.
6.14.
52
53
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan
54
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
55
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
B. Saran
1.
2.
3.
56
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
57
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
58
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
59