Anda di halaman 1dari 7

II.

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

Prinsip-prinsip TQM:
Komitmen kepada TQM (Y1)
Manajemen kualitas pasokan (Y2)
Peningkatan kualitas terus menerus (Y3)
Inovasi produk (Y4)
Aktivitas benchmarking (Y5)
Keterlibatan karyawan (Y6)
Penghargaan dan pengakuan (Y7)
Pendidikan dan pelatihan(Y8)
Fokus kepada pelanggan (Y9)

Kompetensi
Kepemimpina
n (X)

Kualitas
Produksi (Y10)

Gambar Kerangka Konseptual Penelitian


III. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Thailand.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para manajer yang memiliki tanggung jawab terhadap
implementasi manajemen kualitas dari 1000 industri manufaktur yang tersertifikasi ISO
9000 dari sektor industri yang berbeda dan tersebar di seluruh Thailand.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pengaruh kompetensi kepemimpinan terhadap prinsipprinsip TQM dan kualitas produk serta hubungan prinsip-prinsip TQM dan kualitas

produk antara perusahaan yang memiliki kompetensi kepemimpinan yang tinggi dan
perusahaan yang memiliki kompetensi kepemimpinan yang rendah.
4. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel yang akan dikaji, variabel variabel
tersebut yaitu:
1) Variabel bebas atau variabel independen
Variabel bebas: Kompetensi kepemimpinan (X)
2) Variabel terikat atau variabel dependen
Variabel dependen: komitmen kepada TQM (Y1), manajemen kualitas pasokan (Y2),
peningkatan kualitas terus menerus (Y3), inovasi produk (Y4), aktivitas
benchmarking (Y5), keterlibatan karyawan(Y6), penghargaan dan pengakuan(Y7),
pendidikan dan pelatihan(Y8), fokus kepada pelanggan (Y9) dan kualitas produk
(Y10).
5. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi konseptual yang diaplikasikan terhadap
objek penelitian. Dimana masing-masing variabel atau indikator penelitian didefinisikan
sebagai berikut:
1)

Kompetensi kepemimpinan (X)


Kompetensi kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola
TQM pada sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dengan efektif dan
efisien.

2)

Komitmen kepada TQM (Y1)


Komitmen seorang pemimpin dalam dukungan penuh dan konsistensinya
menjalankan TQM.

3)

Manajemen kualitas pasokan (Y2)


Pengelolaan pasokan bahan baku dengan memperhatikan mutu

4)

Peningkatan kualitas terus menerus (Y3)


Peningkatan kualitas produk secara berkelanjutan melalui TQM

5)

Inovasi produk (Y4)


Pembaharuan tampilan atau dan fungsi produk melalui TQM

6)

Aktivitas benchmarking (Y5)


Aktivitas membandingkan kualitas dan performa produk dengan produk pesaing
melalui TQM

7)

Keterlibatan karyawan(Y6)

Partisipasi seluruh karyawan perusahaan dalam menyukseskan program TQM


8)

Penghargaan dan pengakuan(Y7)


Pemberian kompensasi dan pengakuan atas prestasi dari partisipasi karyawan
dalam menyukseskan program TQM

9)

Pendidikan dan pelatihan(Y8)


Melakukan diklat dan pelatihan seperti seminar, workshop, dan training untuk
meningkatkan keahlian karyawan dalam penerapan TQM

10) Fokus kepada pelanggan (Y9)


Fokus kepada kebutuhan pelanggan yang disesuaikan dengan TQM
11) Kualitas produk (Y10)
Meningkatkan kualitas produk melalui TQM
6. Populasi dan sampel penelitian
Populasi penelitian ini adalah para manajer yang memiliki tanggung jawab terhadap
implementasi manajemen kualitas dari 1000 industri manufaktur yang tersertifikasi ISO
9000 dari sektor industri yang berbeda dan tersebar di seluruh Thailand. Sampel yang
akan diambil pada penelitian ini adalah 1000 perusahaan manufaktur. Namun setelah
kuesioner disebar, kuesioner yang kembali hanya 256 kuesioner atau 26,5%.
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebar
kuesioner melalui surat yang ditujukan langsung kepada perusahaan yang menjadi
responden dan menggunakan media telepon untuk meningkatkan respon dari responden.
8. Alat Analisis Data
Penelitian ini menggunakan uji t-test dan analisis regresi linier berganda.
IV. PEMBAHASAN
Kebutuhan

manajemen

puncak

untuk

memastikan

keberhasilan

dalam

TQM telah terbukti dalam penelitian ini. Perusahaan dengan kompetensi kepemimpinan yang
tinggi mampu menerapkan sembilan prinsip TQM lebih efektif dan mampu menghasilkan
produk berkualitas tinggi. Pemimpin menciptakan sebuah suasana baru dalam organisasi
dengan hubungan antar-pribadi mereka dan inisiatif untuk melibatkan orang lain dalam
perubahan. Hal ini membuktikan keterlibatan karyawan yang lebih besar dalam inisiatif untuk
menghasilkan barang-barang berkualitas baik. Hasil empiris juga menunjukkan bahwa berarti

perbedaan bagi prinsip keterlibatan karyawan lebih tinggi dibandingkan dengan prinsipprinsip TQM lainnya. Temuan ini menegaskan perlunya memiliki pemimpin yang kompeten
untuk melibatkan karyawan terhadap upaya pencapaian keunggulan organisasi. Pemimpin
yang kompeten melibatkan karyawan dengan menggunakan:
1) keterampilan kognitif (kemampuan untuk melihat hal-hal dalam berbagai cara, dan
pengetahuan diri sebagai kemampuan untuk memahami dan mengelola diri sendiri)
2) ketahanan emosional (kemampuan untuk menjaga kepercayaan dan objektivitas bawah
keadaan sulit)
3) kendaraan pribadi (tekad untuk berhasil, untuk menjadi proaktif, dan untuk mengambil
resiko pribadi) (Jokinen, 2005).
Temuan ini juga sejalan dengan literatur yang menjelaskan keterlibatan karyawan
sebagai salah satu faktor pendorong yang paling penting dari sejumlah inisiatif TQM
(Kathuria dan Davis, 2001; Sumukadas, 2006). Taylor dan Wright (2003) menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan yang tidak mampu untuk memfasilitasi atau memotivasi sebagian
besar karyawan mereka untuk terlibat dalam TQM juga cenderung menganggap TQM tidak
akan berhasil. Menurut Kathuria dan Davis (2001), perusahaan yang ingin meningkatkan
mereka kinerja perlu mengubah sistem manajemen mereka untuk memasukkan lebih banyak
peran serta karyawan. Hal ini paling baik dilakukan dengan melibatkan karyawan dalam
pemecahan masalah, keputusan pembuatan, dan perumusan strategi.
Fokus pelanggan, perbaikan terus-menerus, keterlibatan karyawan, dan kualitas
pemasok manajemen secara signifikan berhubungan dengan kualitas produk dalam konteks
tinggi kompetensi kepemimpinan. Temuan menunjukkan argumen sementara bahwa semua
prinsip TQM dapat dilaksanakan dengan baik pada tingkat yang lebih tinggi dari kompetensi
kepemimpinan, hanya pelaksanaan yang lebih baik dari fokus pelanggan, perbaikan terusmenerus, keterlibatan karyawan, dan prinsip-prinsip manajemen mutu pemasok menyebabkan
kualitas produk yang lebih baik. Itu prediktor kualitas produk perusahaan dengan kompetensi
kepemimpinan rendah atas komitmen manajemen, fokus pelanggan, dan inovasi produk.
V.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap komitmen mereka pada TQM

2) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan


terhadap manajemen kualitas pasokan
3) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap implementasi peningkatan perusahaan yang berkelanjutan
4) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap inovasi produk
5) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap implementasi aktivitas benchmarking
6) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap keterlibatan karyawan perusahaan
7) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap pemberian penghargaan dan pengakuan
8) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap pemberian pembelajaran dan pelatihan pada perusahaan
9) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap fokus perusahaan kepada pelanggan
10) Kompetensi kepemimpinan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas produk
11) Fokus kepada pelanggan, peningkatan yang berkelanjutan, keterlibatan karyawan,
dan manajemen kualitas pasokan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
produk dalam konteks perusahaan yang memiliki kompetensi kepemimpinan yang
tinggi. Sedangkan dalam konteks perusahaan yang memiliki kompetensi
kepemimpinan yang rendah, komitmen manajemen puncak, inovasi produk,
benchmarking, penghargaan dan pengakuan, serta pembelajaran dan pelatihan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas produk.
Penelitian ini memiliki dua implikasi yaitu:
1. Implikasi Teoritis
1) Secara empiris hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak
dapat mempercepat proses implementasi TQM dengan mengkomunikasikan visi
perusahaan dan kualitas rencana perbaikan, mengalokasikan sumber daya untuk
pendidikan dan pelatihan, mendorong karyawan dalam kegiatan kualitas dengan
memberikan penghargaan dan pengakuan, mengembangkan hubungan jangka panjang

dengan pemasok, dan menekankan inovasi produk untuk menghasilkan produk


berkualitas sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
2) Penelitian ini menegaskan temuan Taylor dan Wright (2003) yang menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan yang mengakui TQM adalah yang menerapkan fokus pada
pelanggan dari semua proses bisnis memperoleh lebih sukses dari perusahaanperusahaan yang melihatnya semata-mata hanya sebagai fokus internal dan aktivitas
pemecahan masalah.
3) Hasil penelitian ini menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengakui TQM
menerapkan fokus pada pelanggan dalam seluruh proses bisnis untuk memperoleh
kesuksesan yang lebih daripada perusahaan-perusahaan yang melihatnya semata-mata
hanya sebagai fokus internal dan aktivitas pemecahan masalah.
2. Implikasi praktis
1) Bagi para manajer puncak perusahaan industri manufaktur di Thailand yang ingin
mengimplementasikan TQM dengan efektif dan efisien sebaiknya menerapkan
seluruh prinsip-prinsip TQM sehingga mencapai hasil kualitas produk yang optimal
dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
2) Bagi para manajer puncak perusahaan industri manufaktur di Thailand dalam
keberhasilan pelaksanaan semua prinsip TQM diperlukan kompetensi kepemimpinan
yang

tinggi

sehingga

dapat

memainkan

peran

yang

lebih

baik

dalam

mengimplementasikan TQM.
3) Bagi perusahaan industri manufaktur di Thailand dalam implementasi TQM harus
tetap fokus kepada kebutuhan pelanggan
VI. KETERBATASAN PENELITIAN DAN ARAH RISET KE DEPAN
1. Studi ini hanya berfokus pada industri manufaktur di Thailand dan hasil penelitian ini
tidak bisa mewakili industri lainnya di berbagai negara, sehingga untuk arah riset
kedepan perlu mengembangkan cakupan wilayah lokasi penelitian di negara lain.
2. Penelitian ini menggunakan kualitas produk sebagai hasil dari upaya TQM, tetapi
hasil TQM tidak hanya terbatas pada kualitas produk. Menurut Samson dan
Terziovski (1999) menemukan bahwa TQM secara signifikan berhubungan dengan
kinerja organisasi, yaitu - kepuasan pelanggan, moral karyawan, pengiriman,
produktivitas, arus kas, dan penjualan pertumbuhan. Studi ini dapat dikembangkan

kembali dengan menggunakan variabel kinerja lainnya sebagai hasil pelaksanaan


TQM.

Anda mungkin juga menyukai