Referat Bipolar Fix
Referat Bipolar Fix
LATAR BELAKANG
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa
gejala penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan
mania dapat bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang
ekstrim dapat menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi. Kejadian
relaps pada pasien bipolar dilaporkan sebanyak 70% selama 5 tahun terakhir. Prevalensi
antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah dari masa anak-anak
(usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30 tahun.
Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.
Antidepresan monoterapi yang digunakan untuk gangguan bipolar menurut
penelitian, dapat mencetuskan perubahan mood depresi menjadi manik maupun hipomanik.
Alexander Vikrotin (2015) mengidentifikasi 3.240 pasien gangguan bipolar yang terdiri atas
pasien yang belum diterapi dengan antidepresan, dan pasien yang telah menerim antidepresan
monoterapi atau kombinasi dengan mood stabilizer. Risiko perubahan mood menjadi manik
maupun hipomanik menjadi lebih besar pada pasien yang menggunakan antidepresan
monoterapi. Sedangkan pasien yang diterapi kombinasi dengan antidepresan dan mood
stabilizer (lithium, valproate, atau lamotrigine) tidak menunjukkan peningkatan risiko
perubahan mood menjadi manik.
BAB II
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
A. GANGGUAN BIPOLAR
1. Definisi
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa
gejala penting mania atau hipomania. Kelainan fundamental pada kelompok gangguan
ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi
(dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan
yang meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu
perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah
sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan
tersebut. Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan siklotimia, dan GB
yang tak dapat dispesifikasikan.
2. Epidemiologi
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan
gangguan depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2%.
Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah dari
masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang terkena
adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras. Epidemiologi
Penelitian melaporkan usia rata-rata saat onset 21 tahun untuk gangguan bipolar. Ketika
studi meneliti usia saat onset yang bertingkat menjadi interval 5 tahun, usia puncak pada
timbulnya gejala pertama jatuh antara usia 15 dan 19, diikuti oleh usia 20 - 24. Onset
mania sebelum usia 15 telah kurang dipelajari. Gangguan bipolar mungkin sulit untuk
mendiagnosis pada kelompok usia ini karena presentasi atipikal dengan ADHD. Dengan
demikian, usia saat onset bipolar disorder masih belum jelas dan mungkin lebih muda
dari yang dilaporkan untuk sindrom penuh, karena ada ketidakpastian tentang presentasi
gejala pada anak-anak. Penelitian kohort menunjukkan keturunan pasien dengan
gangguan bipolar, dapat membantu untuk mengklarifikasi tanda-tanda awal pada anakanak. Onset mania setelah usia 60 kurang mungkin terkait dengan riwayat keluarga
gangguan bipolar dan lebih mungkin untuk dihubungkan dengan diidentifikasi faktor
medis umum, termasuk stroke atau lainnya pusat sistem saraf lesi.
3. Etiologi
Gangguan bipolar disebabkan oleh berbagai macam faktor. Secara biologis dikaitkan
dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial
dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress
kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
Faktor Genetik
Penurunan gangguan bipolar ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen
pasien Gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu orangtua dengan suatu gangguan
mood, paling sering Gangguan depresif berat. Jika satu orangtua menderita gangguan
bipolar, terdapat kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu gangguan
mood. Jika kedua orangtua menderita Gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 50-75
persen anaknya menderita Gangguan mood.
Faktor Biologis
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin, dopamine,
serotonin, dan histamine menjadi foKus teori dan masih diteliti hingga saat ini. Sebagai
3
bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal.
Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak
sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada
resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa
adanya stressor eksternal.
4. Gambaran Klinik
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan
episode mania.
Episode manik:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood
yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih
gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
a. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Cepat dan banyaknya pembicaraan
d. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
g. Meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
h. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang).
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa
pasien hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi.
Pasien hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku
atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi.
Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan
mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit terjadi gejala (empat gejala
5
depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk
mendapatkan perbaikan klinis.
5. Diagnosis
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi
dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang
terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi simptom gangguan bipolar adalah The Structured clinical
Interview for DSM-IV (SCID).
Pembagian menurut DSM-IV:
1.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan
tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham,
atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau
hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejalagejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang
tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan
remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
10
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejalagejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
dua tahun gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan
manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat
dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan
siklotimia dapat ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek
fungsi penting lainnya.
11
6. Diagnosis Banding
Terdapat beberapa gangguan mental lainnya yang memiliki gejala yang sama dengan
gangguan bipolar seperti skizofrenia, skizoafektif, depresi berat, intoksikasi obat,
gangguan skizofreniform, dan gangguan kepribadian ambang
7. Penatalaksanaan
Diagnosis dini dan pengobatan gangguan mood akut akan meningkatkan prognosis
dengan mengurangi resiko relaps dan menambahkan terapi. Terapi harus tetap dilakukan
karena resiko relaps terjadi pada 70% pasien. Manajemen oleh psikiater diperlukan
karena beberapa hal diantaranya yaitu ; risiko relaps, resisten obat, faktor komorbid, dan
risiko pasien untuk membahayakan diri sendiri dan orang lain. Edukasi untuk wanita
hamil dan menyusui mengenai efek samping obat mood stabilizer penting, karena dapat
menyebabkan efek teratogenik. Pentingnya pemilihan kontrasepsi yang tepat saat
mengkonsumsi obat ini.
Non-Farmakologi
Terapi psikososial
12
Terapi psikososial merupakan terapi yang efektif untuk pasien bipolar. Terapi ini dapat
memberikan dukungan, bimbingan, dan panduan untuk pasien dan keluarganya. Beberapa
terapi psikososial yang digunakan yaitu :
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah perilaku dan pikiran negatif dapat yang
membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Terapi ini melibatkan keluarga. Tujuan dari terapi ini agara keluar mengetahui informasi
mengenai perawatan pasien bipolar dan meningkatkan hubungan keluarga dengan cara
mmeperbaiki komunikasi dan mengatasi masalah dalam keluarga.
Pengaturan jadwal aktivitas sehari-hari dan waktu tidur dapat mencegah episode manik
Edukasi Psikososial (Psychoeducation)
Hal-hal yang disampaikan mengenai edukasi ini bertujuan agar pasien dapat mengenali
dengan gejala dan tanda perubahan mood serta terapi yang diberikan, sehingga
diharapkan pasien dan keluarganya dapat mencari pertolongan sedini mungkin.
Terapi Fisik : Electro Convulsive Therapy (ECT)
Terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak melalui 2 elektrode yang ditempatkan
pada bagian temporal kepala. Sering digunakan pada kasus depresif berat atau
mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan
kurang baik (dengan dosis yang sudah adekuat).
Farmakoterapi
Pendekatan farmakoterapeutik terhadap gangguan bipolar telah menimbulkan perubahan
besar dalam pengobatannya dan secara dramatis telah mempengaruhi perjalanan gangguan
bipolar dan menurunkan biaya bagi penderita.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan pada gangguan bipolar:
1. Mood stabilizer
13
Mood stabilizer merupakan telah menjadi pilihan lini pertama untuk pengobatan
pemeliharaan gangguan bipolar untuk mencegah kekambuhan mania dan depresi, tetapi
banyak pasien tidak memiliki respon terhadap pengobatan lithium. Lithium merupakan
mood stabilizer yang efektif. Lithium pertama kali digunakan untuk terapi episode manik
dan depresi. Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu.
Antikonvulsan juga bisa digunakan sebagai mood stabilizer. Antikonvulsan yang
digunakan yaitu :
Asam valproat atau divalproat sodium (Depakote) digunakan untuk fase manik. Obat
2. Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai terapi
lini pertama untuk GB.
Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan
cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan dapat dinaikkan hingga
mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon
injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang
14
dianjurkan untuk orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak
berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua
minggu.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan.
Efek Samping
Sedasi,
fatigue,
pusing
ortostatik,
palpitasi,
peningkatan
berat
badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila
dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna
dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat
terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan dan
prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin 1(H1),
dan a1- adrenergik.
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan
campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa lama.
Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi bila
15
dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi dengan
melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.
Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5-HT1A dan 5 -HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik
a1 dan a2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap
serotonin 5-HT2A.
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia
dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan
300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR
dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus
cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping
yan sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu. Perubahan
dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak menyebabkan penghentian
pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika
tipikal.
Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas
16
sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin
reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis
efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu antara
10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia,
dianjurkan untuk menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5
mg dapat meningkatkan tolerabilitas.
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga
efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada
GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, ansietas, dan mual merupakan
kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok yang
mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna
dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat mengganggu
pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula
ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus pada penggunaan
aripiprazol. Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak
menyebabkan perubahan interval QT.
3. Antidepresan
Berikut obat-obatan antidepresan :
1) Derivat trisiklik
17
2) Derivat tetrasiklik
Moclobemide (dosis lazim : 300 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis dapat
dinaikkan sampai dengan 600 mg/ hari).
Sertralin (dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr)
18
19
Suplemen Herbal
Secara umum tidak banyak penelitian mengenai terapi herbal pada pasien bipolar. Terdapat
obat herbal yang dikenal dengan antidepresan alami yaitu St. Johns wort (Hypericum
perforatum). Herbal ini dapat mencetuskan episode mania pada pasien bipolar. Herbal ini
juga dapat menurunkan efek obat antidepresan dan antikonvulsan. Peneliti sedang
mengembangkan penelitian mengenai asam lemak omega-3 untuk terapi jangka panjang
pasien bipolar.
FASE MANIA AKUT (ACUTE MANIA)
Pasien dengan mania akut harus dirawat di rumah sakit, karena mereka dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Tujuan dari terapi agar pasien mendapatkan
kualitas tidur yang baik dan mengurangi gejala psikotik. Mood stabilizer seperti lithium
21
dan valproat mempunyai bukti kuat dalam penelitian. Lithium merupakan terapi utama
untuk fase mania klasik. Obat ini biasa diberikan dengan antipsikotok dan benzodiazepine,
karena lithium memerlukan waktu beberapa hari untuk mencapai hasil yang adekuat.
Kombinasi terapi dengan lithium atau valproat ditambah dengan antipsikotik merupakan
terapi superior dalam resolusi mania akut.
FASE CAMPURAN (MIXED STATES)
Lithium tidak diperuntukkan untuk pasien dengan fase campuran. Valproat biasa
digunakan karena dapat dititrasi dengan cepat dan efektif pada fase campuran.
Antikonvulsan digunakan namun belum ada penelitian yang jelas.
FASE DEPRESI AKUT (ACUTE DEPRESSION )
Pasien dengan depresi akut dapat diterapi dengan beberapa kelompok obat. Lithium,
Lamotrigine, quetiapine (setelah penggunaan satu minggu) merupakan obat-obatan yang
efektiif untuk fase depresi akut. Pada studi pasien bipolar II, menambahkan paroxetin atau
bupropion tidak efektid dibandingkan dengan menggunakan litium ataupun valproat
tunggal. Pasien yang resisten dengan pengobatan, diberikan Selektif Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI) atau bupropion. Pasien dengan gangguan tidur pada fase depresi
sebaiknya tidak diberikan trazodone, dikarenakan dapat mencetuskan mania.
22
dibandingkan dengan terapi kombinasi lithium dan imipramine serta efek imipramine
moneterapi tidak lebih dibandingkan lithium dalam mencegah episode depresi.
Pada penelitian J. Baldessarini et al (2012), efek peningkatan mood setelah
pemberian antidepresan 2,6 kali lebih besar pada remaja dibandingkan orang dewasa.
Rasio koresponden berdasarkan umur belum cukup memadai untuk data yang diteliti.
Informasi mengenai efek antidepresan mempengaruhi perubahan mood terkait usia sangat
penting, dikarenakan pasien yang pertama kali diketahui mengalami peningkatan mood
adalah pasien remaja yang di terapi dengan antidepresan.
Penelitian Alexander Vikrotin (2015) Sweden juga menjelaskan, bahwa pasien dengan
gangguan bipolar yang diterapi dengan antidepresan monotherapi memiliki resiko tinggi
untuk menjadi lebih manik. Penelitian dilakukan pada 3.240 pasien gangguan bipolar yang
terdiri atas pasien yang belum diterapi dengan antidepresan dan pasien yang telah
menerima terapi inisial dengan antidepresan monoterapi atau terapi kombinasi dengan
mood stabilizer. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa 1.117 pasien (34,4%) yang diterapi
dengan antidepresan monoterapi memiliki risiko 2 kali lipat lebih besar untuk mengalami
perubahan mood menjadi lebih manik.
Penelitian Amit dan Wizman (2012) menyebutkan, studi mengenai efek antidepresan
terhadap pasien dengan gangguan bipolar belum memiliki manfaat yang signifikan. Risiko
perubahan mood menjadi lebih manik juga cenderung lemah, terutama pada pasien yang
diterapi dengan kombinasi mood stabilizer. Namun, hal ini perlu studi lebih lanjut.
Antidepresan sebagai ajduvan : Terapi maintenance
Penelitian mengenai penambahan antidepresan sebagai mood stabilizer masih sangat
sedikit dan ambigu.
Antidepresan sebagai terapi pada fase mania dan fase campuran
Penggunaan antidepresan sebagai terapi adjuvan selama fase manik, hipomanik, dan fase
campuran menurut sebagian besar klinisi dapat memperparah fase mania. Hal ini juga
mengurangi gejala pada fase campuran.
23
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah
perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Antidepresan merupakan obat yang aman dan populer untuk terapi gangguan bipolar,
namun pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini memiliki efek yang lain pada
beberapa orang seperti episode depresi dapat memburuk, perubahan perilaku seperti gangguan
tidur, agitasi, dan gejala withdrawal. Antidepresan monoterapi secara luas kontraindikasi untuk
pasien bipolar. Hal ini karena efektifitas yang rendah dan dapat menyebabkan peningkatan
mood.
24
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2010.hlm.197-208.
Frye, Mark. Bipolar Disorder A Focus On Depression. The New England Journal Of
Medicine. 2011.
H. Amit, Ben; Weizman, Abraham. Review Article Antidepressant Treatment for Acute
Bipolar Depression: An Update. Hindawi Publishing Corporation Depression Research
and Treatment. 2012.
J. Baldessarini, Ross et al. Antidepressant-associated mood-switching and transition from
unipolar major depression to bipolar disorder: A review. Journal of Affective Disorders
Elsevier. 2012
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplans and sadocks synopsis of psychiatry behavioral sciences and
clinical psychiatry. 10th edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;
2007.p.527-62.
L. Price, Nissen, Gabrielle. Bipolar Disorders: A Review. American Family Physician. 2012.
Pacchiarotti, Bond, Baldessarini, et al. The International Society for Bipolar Disorders (ISBD)
Task Force Report on Antidepressant Use in Bipolar Disorders . ajp.psychiatryonline.org.
2013.
24