Anda di halaman 1dari 37

2.

1 Organ pernapasan pada hewan


Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya
C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku,
bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen
berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu,
porifera, dan coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui
rongga tubuh.
2.2 Pertukaran Gas dan Pengaturan Respirasi
2.2.1 Pertukaran Gas
Pertukaran Gas O2 Dan CO2
Pertukaran gas antara tubuh hewan dan lingkungannya selalu terjadi pada lingkungan
aquatic maupun terrestrial. Bernafas, baik di udara ataupun di air, masing-masing
mengandung keuntungan dan kerugian.
Bagi hewan yang bernafas yang di air, kerugian yang pertama ialah adanya kenyataan bahwa
dibandingkan dengan udara, molekul air jauh lebih padat dan lebih sulit bergerak atau
mengalir. Molekul aiar kira-kira 1000 kali lebih padat dan 60 kali lebih sulit mengalir dari
pada udara. Jadi, dibandingkan dengan udara, air jauh lebih sulit mengalir ke organ
pernafasan. Oleh karena itu, untuk mengalirkan air ke organ pernafasannya, hewan aquatic
haris mengeluarkan energy lebih banyak dari pada energy yang digunakan oleh hewan
terrestrial.
Berbeda dari hewan aquatic, hewan yang bernafas di udara memperoleh keuntungan
karena tidak memerlukan banyak energy untuk mengalirkan udara ke dalam organ
pernafasannya. Akan tetapi, hewan yang bernafas di udara harus mengeluarkan energy
tambahan untuk melawan gaya grafitasi.
Keuntungan dan kerugian berikutnya berkaitan dengan adanya perbedaan antara
kandungan oksigen di udara dan air. Kandungan oksigen dalam air jauh lebih rendah dari
pada kandungan oksigen di udara. Kandungan oksigen dalam air adalah 10 ml O2 per liter,
sedangkan kandungan oksigen di udara 200 ml per liter. Jadi, hewan yang bernafas di udara
lebih mudah memperoleh oksigen dari pada hewan akuatik.
Namun, hewan akuatik memperoleh keuntungan lain. Berkaitan dengan tingginya
kelarutan CO2 dalam air, yang mencapai 20-30 kali lebih besar dari pada kelarutannya di
udara. Hal ini menyebabkan hewan akuatik sangat mudah membuang CO2 ke ingkungannya,

dan hampir tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan pembuangan CO2. Berkaitan
dengan hal itu, rangsang utama untuk bernafas pada hewan akuatik adalah O2, sedangkan
pada hewan terrestrial, stimulus utama untuk bermafas adalah CO2.
Air mempunyai kapasitas lebih panas dari pada udara. Hal ini berarti bahwa air lebih
efektif untuk mengurangi panas dan suhunya tidak mudah berubah. Keadaan ini sangat
menguntukan bagi hewan yang hidup di air, yang umumnya bersifat ektotermik. Berbeda
dengan air, udara memiliki kapasitas panas yang rendah sehingga suhu udara sangat mudah
berubah.
Pada amfibia, pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dapat terjadi melalui paru-paru
maupun kulit pada Rana temporaria, pengambilan oksigen melalui paru-paru 3 kali lebih
besar dibandingkan melalui kulit. Pada Rana esculenta, paru-paru dan kulit memainkan peran
yang sama dalam hal pengambilan O2. Pengambilan oksigen terjadi selam hewan bernafas,
yaitu pada fase inspirasi, sedangkan pembunangan CO2 terjadi pada fase ekspirasi. Inspirasi
ialah masuknya udara dari atmosfer ke dalam organ pernafasan, sedangkan ekspirasi adalah
kebalikannya. Pada katak, inspirasi diawali dengan kontraksi otot di dasar mulut, kemudian
rongga muut meluas sehingga terjadi tekanan negative di dalamnya. Selanjutnya, nosetril
tiba-tiba terbuka dan udara pun mengalir masuk melalui nostril.
System respiratori pada burung berupa paru-paru yang di lengkapi dengan sejumlah
kantong udara yang besar dan memiliki membrane tebal. Pada burung, gerakan inspirasi
terjadi karena kontraksi otot-otot respiratori yang mendorong tulang-tulang iga kea rah depan
sehingga menghasilkan gerakan sternum ke depan dan ke bawah. Tulang-tulang iga lainnya
bergerak ke arah lateral dan menyebabkan peningkatan volume rongga tubuh. Pada kondisi
tersebut paru-paru dan katong udara ikut mengembang. Akibatnya, tekanan pada paru-paru
dan kantong udara turun sehingga udara atmosfer masuk ke dalamnya.
Pada mamalia, fase inspirasi merupakan proses aktif yang terjadi karena adanya
kontraksi otot inspiratori (otot diantara tulang-tulang iga dan digfragma). Kontarsi otot
tersebut akan meningkatkan volume rongga dada dan menyebabkan paru-paru mengembang
serta timbul tekanan negative di dalammya, sehingga udra atmosfer pun segera masuk paruparu berbeda dengan fase inspirasi yang bersifat aktif, fase ekspirasi merupakan proses pasif.
Ekspirasi terjadi karena adanya relaksasi otot inspiratori dan pengerutan dinding alveoli.

Transpor O2
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara sederhana
(terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat oleh pigmen respirasi, yaitu senyawa
khusus yang dapat mengikat dan melepas oksigen secara bolak-balik. Beberapa hewan
invertebrata sederhana mentranspor oksigen dengan cara melarutkannya dalam darah.
Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun masih dapat memenuhi kebutuhan
tersebut karena invertebrata sederhana umumnya memiliki tingkat metabolisme yang tendah.
Hewan yang memiliki tingkat perkembangan labih tinggi biasanya mempunyai
aktifitas metabolisme yang lebih tinggi biasanya mempunyai aktifitas metabolisme yang lebih
tinggi dan ukuran tubuh lebuh besar. Mereka memerlukan oksigen dalam jumlah yang lebih
besar pula. Oleh karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan cara pengangkutan oksigen
yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen respirasi.
Pigmen respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yangg
memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan
oleh darah / cairan tubuh untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. Ada beberapa
macam pigmen respirasi yang dapat ditemukan pada berbagai hewan, seperti yang disajikan
pada tabel 8.1.
Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar dapat
meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna. Sebagai contoh, keberadaan
pigmen hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O2
oleh darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen.
Tanpa hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1 ml per 100 ml darah.
Hemoglobin (biasa disingkat Hb) merupakan pigmen respiratori yang paling dikenal,
paling banyak dijumpai, dan cara kerjanya paling efisien. Hb ditemukan dalam darah
manusia, Protozoa, dan kebanyakan filum hewan. Hb tersusun atas senyawa porfirin besi
(hemin) yang berikatan dengan protein globin (lihat gambar 8.2). pada daerah yang memiliki
tekanan/konsentrasi oksigen tinggi, seperti pada permukaan alveoli paru-paru, Hb sangat
mudah berikatan dengan oksigen dan membentuk oksihemoglobin.
Sementara, pada daerah yang memiliki tekanan oksigen rendah atau pH rendah,
oksihemoglobin sangat mudah terurai dan memebebaskan oksigen, sesuai dengan reaksi
berukut
Tekanan O2 tinggi
Hb + O2

HbO2

Oksigen akan berikatan dengan hemin, tepatnya pada Fe++ yang terdapat pada pusat
gugus tersebut, dengan suatu ikatan yang longgar/lemah. Harus diingat bahwa proses
pengikatan molekul oksigen pada hemin tersebut bukanlah peristiwa oksidasi, melainkan
penggabungan antara Fe++ pada gugus hemin dan molekul O2.
Penggabungan Hb dan O2 menjadi HbO2 atau proses kebalikannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain konsentrasi oksigen di lingkungan hewan, seperti telah diuraikan
sebelumnya. Konsentrasi oksigen di suatu lingkungan akan menentukan besarnya tekanan
parsial gas tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejenuhan Hb oleh oksigen.
Kurva pelepasan oksigen Hb untuk memperlihatkan pengaruh pH, Jika Ph turun
afinitas Hb terhadap oksigen berkurang dan lebih mudah melepas oksigen ke jaringan. (efek
Bohr)
Transpor CO2
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa aktivitas metabolisme sel akan
menghasilkan zat sisa, antara lain CO2 dan air. Air yang terbentuk dari peoses tersebut
dinamakan air metabolik. Keberadaan air metabolik di dalam tubuh tidak menimbulkan
masalah yang rumit karena masih dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh. Namun, keberadaan
CO2 dapat menimbulkan gangguan fisiologis yang penting. CO2 sangat mudah berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang meiliki kekuatan untuk menciptakan kondisi
asam. Oleh karena itu, CO2 yang terbentuk di jaringan harus segera diangkut dan dikeluarkan
dari tubuh.
Reaksi antara CO2 dan air terjadi melalui persamaan reaksi berikut.
CO2 + H2O

H2CO3

Reaksi pembentukan asam karbonat dapat terjadi dalam cairan jaringan/ruang


ekstrasel, plasma, maupun di dalam sel darah merah. Pembentukan asm karbonat (H2CO3)
yang terjadi da dalam sel darah merah berlangsung sangat cepat (disebut reaksi cepat) karena
di dalamnya terdapat enzim kaobonat anhidrase yang berperan sebagai katalis.
Darah mengangkut CO2 dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai senyawa karbamino
(ikatan antara CO2 dan Hb), CO2 terlarut dalam plasma, asam karbonat (H2CO3, hasil reaksi
antara CO2 dan air), ion karbonat (HCO3) dan senyawa bikarbonat (NaHCO3 dan KHCO3,
bentuk yang paling banyak). H2CO3 merupakan senyawa asam yang labil dan mudah
terionisasi dengan menghasilkan ion H+ dan HCO2. Akan tetapi, transpor CO2 dalam
bentuk H2CO3 dan HCO3 sering kali menyebabkan terjadinya penurunan pH karena

keduanya bersifat asam. Keadaan jaringan yang asam akan dapat mengganggu kerja enzim
dan aktifitas metabolisme sel.
Oleh karena itu, peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan dengan cra
membentuk senyawa yang bersifat sedikit basa (senyawa bikarbonat). Dalam proses tersebut,
ion HCO3(ion bikarbonat) akan berikatan dengan ion Na+ atau K+ yang banyak terdapat
dalam jaringan, membentuk NaHCO3 dan KHCO3 (senyawa bikarbonat).
Pengangkutan CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan cara untuk
mempertahankan keseimbangan pH. Mekanisme mempertahankan pH dengan cara seperti itu
dinamakan mekanisme buffering mempertahankan keseimbangan pH merupakan tugas
tambahan bagi sistem respirasi, di luar tugas utamanya untuk mentranspor O2 dan CO2.
Sistem respirasi juga memiliki fungsi lain, yaitu menjaga keseimbangan elektrik
dalam darah, yang dilaksanakan melaui mekanisme HCO3/Cltransporter atau chloride shift
atau pertukaran HCO3/Cl. Chloride shift mekanisme untuk menjaga keseimbangan elektrik
antara plasma darah dan sel darah merah, dengan mengatur perpindahan ion Cl ke arah
tertentu (ke dalam atau luar sel), sebagai imbangan bagi perpindahan ion HCO3 ke arah
yang berlawanan dengan arah yang ditempuh ion Cl.
Keterangan :
HCO3 atau Cl transporter (Choride shift)
Mekanisme bufering menjaga homoestatis Ph
Bagan mekanisme buffer dan HCO3 atau Cl transporter

2.2.2 Pengaturan pernapasan


Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf untuk mencukupi kebutuhan
akan oksigen dan membuang CO2 secara efektif. Pengaturan respirasi dapat berlangsung
secara kimiawi maupun saratif (lihat gambar 8.5). pada dasarnya, pengaturan tersebut
dimasudkan untuk menjaga keseimbangan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Hal ini penting karena kekurangan oksigen maupum kelebihan karbondioksida dalam
darah/cairan tubuh akan mengganggu proses fisiologis secara keseluruhan.

Pengendalian kadar atau tekanan CO2 dalam darah


Kita dapat memahami bahwa pada saat kadar karbondioksida meningkat (misalnya
selama aktif melakukan kegiatan), kemoreseptor di medula (pusat respirasi) terangsang. Hal
ini menyebabkna impuls saraf dijalarkan di sepanjang serabut eferen ke organ efektor (otot
dada, jantung, dan pembuluh darah). Impuls yang sampai pada organ efektor tersebut
menimbulkan proses kompleks yang menyebabkan peningkatan laju ventilasi dan pelepasan
CO2. Impuls yang sampai ke jantung dan pembuluh darah pada jaringan yang mengalami
penimbunan CO2 akan mendorong timbulnya respons yang akan mempermudah pelepasan
CO2 dari tubuh, sekaligus meningkatkan pemasukan oksigen ke dalam tubuh.
Pengaturan respirasi secara kimiawi pada hewan terestrial lebih banyak dirangsang
oleh adanya peningkatan kadar CO2 dalam darah dari pada oleh penurunan kadar oksigen.
Pengaturan respirasi secara sarafi dilakukan oleh sekelompok sel saraf pada pons varolli dan
medula oblongata. Pada pons bagian atas terdapat pneumotaxic center, yaitu pusat pernapasan
yang berfungsi sebagai pengatur kerja pusat saraf yang lebih rendah, yang terdapat di medula
oblongata. Pusat saraf yang lebih rendah tersebut ialah pusat inspiratori dan pusat ekspiratori,
yang mengendalikan inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan hewan. Selain ketiga pusat
tersebut, pengaturan respirasi juga dilakukan oleh strech receptor (reseptor regangan) dan
saraf vagus, yang membawa rangsang dari organ pernapasan ke pusat ekapiratori. Strech
receptor yaitu reseptor yang terdapat pada bronkhus dan jaringan paru-paru, berfungsi untuk
memantau keadaan paru-paru meregang maksimal (saat inspirasi).
Kemoresptor yang peka terhadap CO2 juga ditemukan pada badan karotid dan aorta.
Reseptor di bagian ini memantau kadar CO2 secara langsung, tetapi peranannya tidak sebesar
peran eseptor sejenis yang terdapat di medula oblongata. Hal ini berarti bahwa sekalipun
saraf yang menghubungkan bagian tersebut dengan otak diputuskan, respons untuk
menurunkan kadar CO2 akan tetap terselenggara. Sebagian reseptor di badan karoid dan
aortik juga merespons penurunan kadar oksigen (pO2)
Hal ini terpenting yang harus diatur dan berkaitan langsung dengan pengendalian
homeostasis kadar/tekanan O2 dan CO2 adalah kedalaman dan laju pernapasan. Faktor yang
paling menentukaaan kedalaman dan laju pernapasan ialah konsentrasi karbondioksida, yang
biasanya dinyatakan dengan PCO2. Perubahan pCO2 akan dipantau oleh kemoreseptor yang
terdapat di pusta respiratori di medula. Pusat respiratori tersebut sebenarnya merespons
penurunan pH (peningkatan keasaman) cairan serebrospinal. Peningkatan keasaman pada
cairan tersebut merupakan cermin yang tepat bagi adanya peningkatan pCO2 di arteri.

Peningkatan pCO2 di arteri akan menjadi sumber rangsang bagi dimulainya proses
pembuangan CO2.
Pembuangan CO2 dan pemasokan oksigen harus sesuai dengan kebutuhan tubuh
hewan, yang dari waktu ke waktu dapat sangat bervariasi. Pada saat laju metabolisme
meningkat, kebutuhan oksigen dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Apabila
saat tersebut darah tidak mengandung cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhannya, hewan
akan mengalami kondisi hipoksa atau bahkan asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen dalam
jaringan tubuh). Sebaliknya, apabila kadar oksigen dalam sel/tubuh terlalu tinggi, dapar
terjadi oksidasi yang tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan kehancuran sel-sel tubuh.
Pasokan oksigen yang tidak memadai npada umumnya berkaitan erat dengan adanya
timbunan karbondioksida. Sementara itu, tumbunan karbondioksida dalam tubuh dapat
meninbulkan berbagai gangguan yang tidak diinginkan, antara lain gangguan metabolisme
seperti telah diuraikan sebelumnya.

2.3 Mekanisme pernapasan pada vertebrata dan avertebrata


2.3.1 Mekanisme pernapsan pada vertebrata
1 Sistem Respirasi Pada Ikan
Ikan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan
Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, insang
juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan
berdifusi ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada insang mengikat
oksigen dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh, darah akan melepaskan dan
mengikat karbondioksida serta membawanya ke insang. Dari insang, karbondioksida keluar
dari tubuh ke air secara difusi.
Insang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
a. Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan
bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operculum berfungsi melindungi bagian kepala
dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas,
b. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berfungsi sebagai katup pada
waktu air masuk ke dalam rongga mulut,

c. Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan
daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf,
d. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya
organisme makanan melalui celah insang,
e. Daun insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran darah, tempat terjadinya
pertukaran gas O2 dengan CO2,
f. Lembaran (filamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan,
g. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang
masuk ke dalam rongga insang.
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab.
Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan
erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan
tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh
darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2
berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai
alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2.
Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan
cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan
Mekanisme pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang. Pada waktu
tutup insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh, sehingga air
masuk lewat mulut. Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring
menyempit, dan membran brankiostega melonggar sehingga air keluar melalui celah dari
tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya membasahi filamen insang yang
penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut keluar dari tubuh bersama air melalu celah

tutup insang. Ikan juga mempuyai gelembung renang yang berfungsi untuk menyimpan
oksigen dan membantu gerakan ikan naik turun.
Pada beberapa jenis ikan, misalnya gabus, lele atau gurami, rongga insangnya
mempunyai perluasan ke atas yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang disebut labirin.
Rongga labirin berfungsi menyimpan udara sehingga jenis ikan tersebut dapat hidup di air
kotor dan kekurangan oksigen.
Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu
insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.
Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pernapasan ialah perairan harus mengandung
O2 cukup banyak bila perairan kurang O2, ikan akan menuju ke permukaan, ke tempat
pemasukkan air dan menuju tempat air yang berarus. Selain itu daun insang harus dalam
keadaan lembab.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2 antara lain :
1. Ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan lebih banyak O2,
2. Aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu lebih banyak O2,
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan lebih banyak O2.

2. Sistem Respirasi pada Burung


Alat pernapasan pada burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru relativ kecil dibandingkan
ukuran tubuh burung. Paru-paru burung terbentuk oleh bronkus primer, bronkus sekunder,
dan pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus. Mesobronkus
merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder
arterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh
parobronkus. Paru-paru burung memiliki 1000 buah parabronkus yang bergaris tengah 0,5
mm. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara yang mengisi daerah
selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus dan daerah leher.
Berturut-turut dari luar ke dalam. Susunan alat pernapasan burung adalah sebagai berikut:
a. Lubang hidung,
b. Celah tekak pada dasar faring, berhubungan dengan trakea,

c. Trakea, berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun di
sepanjang trakea,
d. Siring (alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot
sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk
menimbulkan suara. Selain itu terdapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring
dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah
bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot
sternotrakealis dan otot siringalis,
e. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri,
f. Bronkus (cabang trakea) terletak di antara siring dan paru-paru,
g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paruparu burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang
rusuk.
Mekanisme Pernapasan Pada Burung
Paru-paru burung berhubungan dengan kantong udara melalui perantaraan bronkus
rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, kantong udara juga
membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara. Kantong udara juga
berfungsi mencegah hilangnya panas dengan menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah
kedinginan dan mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang.
Perubahan massa jenis terjadi dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong
udara. Kantong udara terdapat pada pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks
anterior), antar tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior),
rongga perut (saccus abdominalis), ketiak (saccus axillaris).
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara
masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang
menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk
cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink (alat suara yang terletak
pada bagian bawah trakea) yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa
selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang
lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi

ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus
dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). .
Parabronkus berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler
sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9
perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke
perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput
tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan, pundi-pundi hawa hanya
berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya
pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. .
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau
diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada
tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi
maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil
dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru
yang kaya karbondioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari
kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di
paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun
inspirasi. .
Selain itu, pada waktu burung tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang
dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak ke muka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga
dada membesar dan paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantong udara kembali
ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi dan
ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien daripada paru-paru mamalia.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain,
aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh
3. sistem respirasi pada amphibi
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru.
Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga
mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung
terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak

bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah
dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang
masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo
kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai
sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah.
Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas
pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek.
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput
rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme
inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut
membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke
paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh
darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke
dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka
udara yang kaya karbondioksida keluar
4. Respirasi reptil
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.

Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan
yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.
2.3.3 mekanisme respirasi pada invertebrata
1. respirasi serangga
Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses
pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria. Baik serangga terestrial
maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat
perbedaan jelas: di udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh karenanya
kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil daripada kecepatan diffusi O2 di
udara.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan
sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabungtabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan
gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses
tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih
besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus
lebih besar dibanding yang ada di udara.
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada
volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang
cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh.
Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan
menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme
kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada
beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan
beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak
menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi
evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut insang fisis atau
physical gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari
dalam gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun,

tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke
dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di
dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah terkandung terlalu banyak N2, maka
serangga akan muncul ke permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan
bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2
yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung. Bangunan ini sering juga
disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu
bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang
memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill). (M. Abercrombie, 1993)
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume
semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai
akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan
sebaliknya mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian,
darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk
mengangkut gas pernapasan..
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung
pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air
dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ
yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung
dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap
udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang.
Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
Filum Protozoa
Respirasi dengan cara aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan
O2 yang masuk dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan
tubuh, sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat yang
sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan oksigen. Hasil kedua

peristiwa itu akan sama yakni dihasilkan energi dan zat sisa-sisa yang akan ditampung dalam
vakuola kontraktil sebagai zat ekskresi.
Filum Porifera (Hewan Spons)
Sebetulnya spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati
demikian mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas
menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air medianya bila di jajaran luar
adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas
adalah sel-sel leher (khoanosit) selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis
sel tersebut diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubung hewan spons bersifat sesil
artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung
akan kaya tidaknnya kandungan material (oksigen, partikel makanan) dari air yang
merupakan medianya, maka ketika Porifera masih dalam fase larva yang sanggup
mengadakan pergerakan yaitu berenang-renang mengenbara kian kemari dengan bulu-bulu
getarnya, ia akan memilih tempat yang strategis dalam arti yang kaya akan kandungan
material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidup.
Bila air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan
oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera yang bersangkutan, artinya
tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan
sampai melampaui batas toleransinya maka Poriferanya akan mati.
Filum Coelenterata (Hewan Berongga)
Hewan Hydra pertukaran gas pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan
tubuhnya. Hal ini karena Hydra tidak mempunyai organ khusus untuk pernafasan,
pembuangan hasil ekskresi, dan juga tidak mempunyai darah serta sistem peredaran darah.
Semua organ-organ itu bagi Hydra tidak diperlukan, sebab tubuhnya tersusun atas deretan
sel-sel yang sebagian besar masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang ada di
sekitarnya. Di samping itu dinding tubuh Hydra merupakan dinding yang tipis, oleh sebab itu
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah dari bahan nitrogen tidak
menjadi persoalan bagi tubuh Hydra.
Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar secara difusi
dan osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses
pernafasan maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masingmasing sel ynag bersangkutan.

Hewan Scypozoa seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai alat respirasi
maupun ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara langsung melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran
gastrovaskular sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi maupun ekskresi.
Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk kedalam
lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas O2 yang
dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi. Demikian
halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa zat-zat nitrogen sebagai sisa-sisa
metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke
lingkungan luar tubuh.
Hewan Anthozoa seperti halnya Coelenterata yang lain, tidak mempunyai alat
khusus untuk pernafasan maupun pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal ini pernafasan baik
pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air laut, maupun pengeluaran gas karbondioksida
berlangsung secara difusi-osmosis secara langsung melalui semua permukaan tubuhnya. Yang
dimaksud dengan permukaan tubuh ialah baik permukaan epidermis maupun permukaan
gastrodermis yang menghadap kearah liang atau rongga gastrovaskuler. Dalam hal ini, aliran
air yang timbul di dalam saluran gastrovaskuler disebabkan oleh gerak sapu dari rambutrambut getar yang berjajar-jajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding
gastrovaskular (coelenteron). Gerak rambut getar yang ada pada dinding gastrovaskular
menimbulkan aliran air ke luar. Kedua mekanisme ini sangat membantu dalam hal pertukaran
gas maupun sisa-sisa metabolisme lainnya.
Filum Platyhelminthes
Cacing pipih belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan oksigen bagi
anggota yang hidup bebas dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Sementara
anggota yang hidup sebagai endoparasit bernafas secara anaerob, artinya respirasi
berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan
yang kekurangan oksigen.
Filum Nemathelminthes
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob.
Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang
diekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen

kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang
ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel.
Filum Annelida
Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak
mengandung kapiler-kapiler darah.
Filum Mollusca
Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Insang diadaptasikan
untuk pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air melalui permukaan insang yang
luas dan berbentuk membran yang tipis. Pada Mollusca, insang disebut juga ktinidium
(Yunani : kteis; sebuah sisir). Ktenidia terdiri atas sebuah filamen (= lamela) yang ditutupi
silia. Gerakan silia menyebabkan air melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi
melintasi membran menuju ke darah, dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa
Mollusca seperti remis dan bivalvia lain, silia pada insang juga berperan menyaring partikel
makanan, kemudian mengirimnya ke mulut dalam bentuk benang lendir. Setelah insang aliran
air biasanya menuju anus dan saluran keluar ginjal sambil membawa bahan yang akan
dibuang. Pada beberapa Mollusca, air masuk melalui incurent siphon dan keluar melalui
excurent siphon. Sebelum mencapai insang aliran air yang masuk dideteksi oleh organ
sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi mendeteksi endapan lumpur, makanan atau
predator.
Beberapa Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas respirasi terjadi
secara langsung melalui permukaan mantel. Keong memiliki kemampuan adaptasi intuk
kehidupan darat yaitu dengan hilangnya insang, maka mantel yang dimilikinya dimodifikasi
menjadi sebuah paru-paru untuk pernapasan udara. Beberapa keong (pulmoat) kembali ke
habitat air, namun tetap mempertahankan paru-parunya. Untuk itu mereka terlihat sering
merambat naik ke permukaan air untuk mengambil udara.
Filum Echinodermata
Organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula
merupakan organ respirasi utama. Mereka adalah sederhana, kontraktil, transparan, hasil
pertumbuhan dari dinding tubuh pada permukaan aboral mempunyai ephithelium bersilia
pada permukaan sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan
lanjut dari coelom dan sisa lumennya berhubungan langsung dengan coelom. Pertukaran O2

dan CO2 terjadi di antara air laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya. Silia pada
epithelium mempunyai peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom dan dalam
menciptakan air untuk pernapasan keluar masuk di dalam air laut. Di samping dindingnya
tipis, kaya akan percabangan dan bagia-bagian tubuh lembab, juga bertindak sebagai organorgan respirasi.

Fisiologi Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang
mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan
dari indra, dan mengaktifkan aksi.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau
organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang
di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf,
yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal
satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan
kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann
disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian
dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat
penghantaran impuls.
Sistem saraf tersusun dari berjuta-juta sel saraf.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel
saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).

a)

Sel saraf sensori


Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,

yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf
sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b)

Sel saraf motor


Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau

kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor
berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c)

Sel saraf intermediet


Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam

sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori
atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Kelompokkelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk
urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
Pada tingkat yang paling dasar, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirim sinyal dari
satu sel kepada orang lain, atau dari satu bagian tubuh kepada orang lain. Ada dua cara dasar
bahwa sebuah sel dapat mengirimkan sinyal ke sel lain. Yang paling sederhana adalah dengan
melepaskan zat kimia yang disebut hormon ke sirkulasi internal, sehingga mereka dapat
menyebar ke tempat yang jauh. Berbeda dengan ini siaran mode dari sinyal, sistem saraf
menyediakan point-to-point sinyal-proyek neuron akson mereka ke wilayah sasaran
spesifik dan membuat hubungan sinaptik dengan sel target tertentu. Dengan demikian, sinyal
saraf mampu yang jauh lebih tinggi daripada hormon kekhususan pensinyalan. Hal ini juga
lebih cepat: sinyal saraf tercepat perjalanan dengan kecepatan yang melebihi 100 meter per
detik.
Pada tingkat yang lebih integratif, fungsi utama dari sistem saraf adalah untuk
mengontrol tubuh. Hal ini dilakukan dengan penggalian informasi dari lingkungan
menggunakan reseptor sensorik, mengirimkan sinyal yang menyandikan informasi ini ke
dalam sistem saraf pusat, pengolahan informasi untuk menentukan respon yang tepat, dan
mengirim sinyal keluaran ke otot atau kelenjar untuk mengaktifkan respon. Evolusi sistem
saraf yang kompleks telah memungkinkan untuk berbagai spesies hewan mempunyai
kemampuan persepsi maju seperti visi, interaksi sosial yang kompleks, cepat koordinasi
sistem organ, dan terpadu pengolahan sinyal bersamaan. Pada manusia, kecanggihan sistem

saraf memungkinkan untuk memiliki bahasa, representasi dari konsep-konsep abstrak,


transmisi budaya, dan banyak fitur lain dari masyarakat manusia yang tidak akan ada tanpa
otak manusia.
Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron
memainkan peranan penting dalam koordinasi.
a.

Neuron

Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh tubuh
manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju.
Selain itu juga sel neuron mempunyai kemampuan untuk menanggapi impuls yang
mengenainya untuk disampaikan pada efektor. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang
di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf,
yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut
saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia
yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel
Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi.
Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier , yang berfungsi
mempercepat penghantaran impuls.
Nodus Ranvier adalah bagian atau titik pada akson yang tidak terbungkus selubung
mielin. Nodus Ranvier memiliki diameter sekitar 1 mikrometer. Selubung mielin berfungsi
sebagai pelindung akson dan membungkusnya, namun selubung ini tidak membungkus

secara keseluruhan, dan yang tidak terbungkus merupakan Nodus Ranvier. Selubung Mielin
adalah lapisan phospholipid yang mengelilingi akson pada banyak neuron. Sel Schwann
mengsuplai mielin untuk neuron periferal, dimana oligodendrosit mengsuplai ke sistem saraf
pusat. Mielin merupakan karakteristik dari vertebrata (gnathostome), tetapi juga diangkat
oleh evolusi pararel beberapa invertebrata.
Fungsi neuron : menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh (somatik dan viseral)
Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara neuron (celah
sinap / cleft sinaptik).Zat kimia yg disinteis neuron & disimpan didalam vesikel ujung akson
disebut neurotransmiter yg dpt menyalurkan impuls
Macam-macam sel neuron
a)

Berdasarkan fungsinya/jenisnya

1.

Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari

reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).


2.

Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari

SSP ke efektor.
3.

Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan antara neuorn sensorik

satu dengan neuron motorik yang lain. Berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi neuron
ajustor yang berfungsi untuk menghubungkan neuron sensorik dengan neuron motorik di
dalam Sistem Saraf Pusat (SSP). Selain itu ada juga neuron konektor yang secara umum
menghubungkan antara satu sel neuron dengan sel neuron yang lain.
b)

Berdasarkan strukturnya

1.

Neuron unipolar (neuron berkutub satu) yaitu neuron yang memiliki satu buah axon

yang bercabang.
2.

Neuron bipolar (neuron berkutub dua) yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu

dendrite.
3.

Neuron multipolar (neuron berkutub banyak) yaitu neuron yang memiliki satu axon dan

sejumlah dendrite.
Komunikasi antar sel saraf adalah melalui penghantaran impuls. Hubungan penyampaian
impuls dari satu neuron ke neuron yg lain disebut Sinapsis. Biasanya terjadi di ujung
percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan
neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Di dalam celah sinapsis inilah terjadi
loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion, baik ion positif dan ion negatif. Di dalam celah
sinapsis ini juga terjadi pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain, sehingga
diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada.

Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa
asetilkolin yang berperan sebagai pengirim (neurotransmitter/neurohumor). Muatan listrik
yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang berbeda antara lapisan luar
dan lapisan dalam axon.
- Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik
positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian dalam. Keadaan ini merupakan
keadaan sel neuron yang tidak menerima impuls/tidak adanya implus yang masuk.
- Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik
positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian luar. Keadaan ini merupakan
keadaan sel neuron yang mendapatkan impuls atau menerima implus.
b.

Neuroglia

Neuroglia merupakan suatu matriks jaringan penunjang khusus, fungsi neuroglia diantaranya
adalah memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah astrosit,
oligodendroglia mikroglia, dan sel schwan.
a)

Mikroglia

adalah tipe dari sel glial yang merupakan sel imun pada sistem saraf pusat. Mikroglia, sel
glial terkecil dapat juga beraksi sebagai fagosit, membersihkan debris sistem saraf pusat.
Mikroglia adalah sepupu dekat sel fagosit lainnya, termasuk makrofaga dan sel dendritik.
Mikroglia memainkan beberapa peran penting dalam melindungi sistem saraf.
b)

Astrosit atau Astroglia berfungsi sebagai sel pemberi makan bagi neuron yang ada di

dekatnya serta berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan potensial


biolelektrik. Astrosit dibedakan atas:
1.

Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut astrosit fibrosa dan berlokasi di

substansia putih.
2.

Astrosit protoplasmatis, dengan banyak cabang-cabang pendek ditemukan dalam

substansi kelabu.
Badan sel Astrosit berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada
pembuluh darah sebagai kaki perivaskular atau foot processes.
c)

Oligodendrosit merupakan sel glia yang berperan membentuk selaput mielin dalam

SSP. Sel ini mempunyai lapisan dengan substansi lemak yang mengelilingi serabut-serabut
akson sehingga terbentuk selubung mielin. Dibanding astrosit, oligodendrosit mempunyai
badan sel yang relatif lebih kecil.
d)

Sel Schwann sebagai neuron unipolar, sebagaimana oligodendrosit, membentuk mielin

dan neurolemma pada SST. Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibentuk oleh

selsel Schwann yang membungkus serabut akson neuron dalam SST, baik yang bermielin
maupun tidak bermielin. Neurolema merupakan struktur penyokong dan pelindung bagi
serabut akson.
Walaupun neuroglia secara struktur menyerupai neuron, tetapi neuroglia tidak dapat
menghantarkan impuls saraf, suatu fungsi yang merupakan bagian yang paling berkembang
pada neuron. Perbedaan lain yang penting adalah neuroglia tidak pernah kehilangan
kemampuan untuk melakukan pembelahan. Kemampuan ini tidak dipunyai oleh neuron,
khususnya neuron dalam SSP. Karena alasan inilah kebanyakan tumortumor otak adalah
Gliomas atau tumor yang berasal dari selsel glia.
Setiap impuls saraf akan berhubungan dengan sistem saraf, yang terdiri dari sistem saraf
sadar dan sistem saraf tak sadar atau sistem saraf otonom, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada skema berikut:

Neuron dan Synapsis


Sebagian besar neuron mengirim sinyal melalui akson mereka, meskipun beberapa
jenis mampu dendrit-ke-dendrit komunikasi. (Pada kenyataannya, jenis neuron yang disebut
sel-sel amacrine tidak mempunyai akson, dan berkomunikasi hanya melalui dendrit mereka.)

Neural menyebarkan sinyal di sepanjang akson dalam bentuk gelombang elektrokimia


tindakan yang disebut potensi, yang menghasilkan sel-sel untuk sinyal pada titik-titik di mana
akson terminal sinaptik membuat kontak dengan sel lain.
Sinaps dapat listrik atau kimia. Sinaps listrik membuat sambungan listrik langsung
antara neuron, tapi sinaps kimia jauh lebih umum, dan jauh lebih beragam fungsi. Pada sinaps
kimia, sel yang mengirim sinyal disebut presynaptic, dan sel yang menerima sinyal disebut
pasca-sinaptik. Baik presynaptic dan daerah pasca-sinaptik penuh mesin molekuler yang
melaksanakan proses sinyal. Presynaptic daerah yang berisi sejumlah besar kapal kecil
berbentuk bola yang disebut vesikula sinapsis, neurotransmiter dikemas dengan bahan kimia.
Ketika terminal presynaptic elektrik dirangsang, molekul array tertanam dalam membran
diaktifkan, dan menyebabkan isi vesikula akan dilepaskan ke ruang sempit antara presynaptic
dan pasca-sinaptik membran, yang disebut celah sinaptik. Neurotransmitter kemudian
mengikat reseptor pasca-sinaptik tertanam dalam membran, menyebabkan mereka untuk
memasukkan negara diaktifkan. Tergantung pada jenis reseptor, efek yang dihasilkan pada sel
pasca-sinaptik mungkin rangsang, penghambatan, atau modulatory dalam cara yang lebih
kompleks. Misalnya, pelepasan neurotransmitter asetilkolin di kontak sinaptik antara motor
neuron dan sel otot yang cepat menginduksi kontraksi sel otot. Seluruh proses transmisi
sinaptik hanya membutuhkan waktu sepersekian milidetik, meskipun efek pada pascasinaptik sel akan bertahan lebih lama lagi (bahkan tanpa batas waktu, dalam kasus di mana
sinyal sinaptik mengarah pada pembentukan sebuah jejak memori).

Unsur utama dalam transmisi sinaptik. Gelombang elektrokimia disebut potensial aksi
bergerak sepanjang akson dari sebuah neuron. Ketika gelombang mencapai sinaps, itu
memicu pelepasan neurotransmitter kepulan molekul, yang mengikat molekul reseptor kimia
yang terletak di membran sel target.
Ada ratusan jenis sinapsis. Pada kenyataannya, ada lebih dari seratus dikenal
neurotransmiter, dan banyak dari mereka memiliki beberapa jenis reseptor. Banyak sinaps
menggunakan lebih dari satu neurotransmitter-pengaturan yang umum adalah untuk sinaps
untuk menggunakan salah satu bertindak cepat-molekul kecil seperti neurotransmiter seperti
glutamat atau GABA, bersama dengan satu atau lebih peptida neurotransmitter yang
memainkan bertindak lambat-modulatory peran. Molekul ahli saraf reseptor umumnya
membagi menjadi dua kelompok besar: kimia gated saluran ion dan sistem pembawa pesan
kedua. Ketika terjaga keamanannya saluran ion kimia diaktifkan, membentuk suatu bagian
yang memungkinkan ion jenis tertentu mengalir melintasi membran. Tergantung pada jenis
ion, efek pada sel target dapat rangsang atau penghambatan. Ketika utusan kedua sistem ini
diaktifkan, itu memulai kaskade dari interaksi molekul dalam sel target, yang pada akhirnya
menghasilkan berbagai efek yang kompleks, seperti meningkatkan atau menurunkan
kepekaan sel terhadap rangsangan, atau bahkan mengubah transkripsi gen.

Menurut aturan yang disebut prinsip Dale, yang dikenal hanya beberapa pengecualian,
sebuah neuron melepaskan neurotransmiter yang sama di seluruh sinaps. Hal ini tidak berarti,
meskipun, bahwa sebuah neuron diberikan efek yang sama pada seluruh target , karena efek
sinaps tidak tergantung pada neurotransmitter, tetapi pada reseptor yang diaktifkan. Karena
target yang berbeda dapat (dan sering lakukan) menggunakan berbagai jenis reseptor, sangat
mungkin untuk sebuah neuron memiliki efek rangsang satu set sel sasaran, efek inhibisi pada
orang lain, dan kompleks modulatory efek pada orang lain masih. Namun demikian, hal itu
terjadi bahwa kedua paling banyak digunakan neurotransmiter, glutamat, dan GABA,
masing-masing memiliki efek yang sangat konsisten. Glutamat memiliki luas yang terjadi
beberapa jenis reseptor, tetapi semua itu adalah rangsang atau modulatory. Demikian pula,
GABA memiliki beberapa jenis reseptor yang terjadi secara luas, tetapi semua itu adalah
penghambatan. Karena konsistensi ini, sel-sel glutamatergic sering disebut sebagai rangsang
neuron, dan sel-sel GABAergic sebagai neuron inhibisi. Sebenarnya ini adalah
penyalahgunaan istilah-itu adalah yang reseptor rangsang dan penghambatan, bukan neurontapi biasanya dilihat bahkan dalam publikasi ilmiah.
Salah satu bagian yang sangat penting sinaps mampu membentuk jejak memori
melalui kegiatan jangka panjang bergantung pada perubahan dalam kekuatan sinapsis. Yang
paling terkenal saraf bentuk memori adalah sebuah proses yang disebut jangka panjang
potentiation (disingkat LTP), yang beroperasi pada sinaps yang menggunakan
neurotransmitter glutamat yang bekerja pada reseptor tipe khusus yang dikenal sebagai
reseptor NMDA. The NMDA reseptor memiliki asosiatif properti: jika kedua sel yang
terlibat dalam sinaps keduanya diaktifkan pada kira-kira sama waktu, membuka saluran yang
memungkinkan kalsium mengalir ke sel target. The kalsium masuk memulai kaskade utusan
kedua yang akhirnya mengarah pada peningkatan jumlah reseptor glutamat dalam sel target,
sehingga dapat meningkatkan kekuatan efektif sinaps. Perubahan dalam kekuatan dapat
berlangsung selama beberapa minggu atau lebih lama. Sejak penemuan LTP pada tahun 1973,
banyak jenis lain jejak memori sinaptik telah ditemukan, melibatkan peningkatan atau
penurunan kekuatan sinaptik yang disebabkan oleh berbagai kondisi, dan terakhir untuk
variabel waktu yang lama. Hadiah pembelajaran, misalnya, tergantung pada bentuk varian
dari LTP yang disyaratkan atas masukan tambahan yang berasal dari hadiah-sinyal jalur yang
menggunakan dopamin sebagai neurotransmitter. Semua bentuk sinaptik modifiability,
diambil secara kolektif, menimbulkan plastisitas saraf, yaitu, untuk sebuah kemampuan untuk
sistem syaraf untuk menyesuaikan diri dengan variasi dalam lingkungan.

Sirkuit Neural dan System


Dasar fungsi saraf mengirimkan sinyal ke sel lain mencakup kemampuan untuk
bertukar sinyal neuron satu sama lain. Jaringan dibentuk oleh kelompok-kelompok yang
saling berhubungan neuron mampu berbagai fungsi, termasuk fitur deteksi, pola generasi, dan
waktu. Pada kenyataannya, sulit untuk menetapkan batas-batas untuk jenis-jenis informasi
pengolahan yang dapat dilakukan oleh jaringan saraf: Warren McCulloch dan Walter Pitts
pada tahun 1943 menunjukkan bahwa bahkan terbentuk dari jaringan yang sangat
disederhanakan abstraksi matematis dari neuron mampu komputasi universal. Mengingat
bahwa setiap neuron dapat menghasilkan pola-pola temporal kompleks aktivitas semua
sendiri, kisaran kemampuan bahkan mungkin bagi kelompok-kelompok kecil neuron yang
saling berhubungan saat ini berada di luar pemahaman.
Secara historis, selama bertahun-tahun pandangan yang dominan fungsi sistem saraf
sebagai stimulus-respons associator. Dalam konsepsi ini, saraf pengolahan dimulai dengan
rangsangan indra yang mengaktifkan neuron, menghasilkan menyebarkan sinyal yang melalui
rantai koneksi di saraf tulang belakang dan otak, akhirnya menimbulkan aktivasi motor
neuron dan dengan demikian kontraksi otot, yaitu tanggapan terbuka. Descartes percaya
bahwa semua perilaku binatang, dan sebagian besar perilaku manusia, dapat dijelaskan dalam
hal stimulus-respon sirkuit, meskipun ia juga percaya bahwa fungsi kognitif yang lebih tinggi
seperti bahasa itu tidak mampu dijelaskan secara mekanis. Charles Sherrington, 1906
berpengaruh dalam buku The Integratif Aksi dari Nervous System, mengembangkan konsep
mekanisme stimulus-respon lebih detail, dan Behaviorisme, sekolah pemikiran yang
mendominasi Psikologi melalui pertengahan abad ke-20 , berusaha untuk menjelaskan setiap
aspek perilaku manusia dalam hal stimulus-respon.
Namun, penelitian eksperimental elektrofisiologinya, dimulai pada awal abad ke-20 dan
mencapai produktivitas yang tinggi oleh 1940-an, menunjukkan bahwa sistem saraf
mengandung banyak mekanisme untuk menghasilkan pola-pola aktivitas intrinsik, tanpa
memerlukan rangsangan eksternal. Neuron yang ditemukan mampu menghasilkan tindakan
rutin potensi urutan, atau urutan dari ledakan, bahkan dalam isolasi lengkap. Ketika intrinsik
aktif neuron saling terhubung satu sama lain dalam kompleks sirkuit, kemungkinan untuk
menghasilkan pola-pola temporal rumit menjadi jauh lebih luas. konsepsi modern
memandang fungsi sistem saraf sebagian dalam hal stimulus-respon rantai, dan sebagian
dalam hal intrinsik yang dihasilkan dari pola kegiatan-kegiatan kedua jenis berinteraksi satu
sama lain untuk menghasilkan repertoar perilaku penuh.

Refleks dan stimulus-respon lainnya sirkuit


Jenis yang paling sederhana adalah rangkaian saraf refleks busur, yang dimulai
dengan input sensorik dan berakhir dengan sebuah motor keluaran, melewati deretan neuron
di antara keduanya. Sebagai contoh, perhatikan refleks penarikan menyebabkan tangan
untuk menyentak kembali setelah kompor panas disentuh. Rangkaian yang dimulai dengan
reseptor sensorik di kulit yang diaktifkan oleh panas tingkat berbahaya: suatu bentuk khusus
dari struktur molekul yang tertanam di dalam membran menyebabkan panas untuk
menghasilkan medan listrik melintasi membran. Jika perubahan potensial listrik cukup besar,
hal itu membangkitkan potensial aksi, yang ditularkan sepanjang akson dari sel reseptor, ke
sumsum tulang belakang. Ada rangsang akson sinaptik membuat kontak dengan sel lain, yang
sebagian proyek untuk daerah yang sama dari sumsum tulang belakang, yang lain
memproyeksikan ke otak. Satu sasaran adalah serangkaian proyek yang interneurons tulang
belakang untuk motor neuron mengendalikan otot lengan. Interneurons merangsang para
motor neuron, dan jika eksitasi cukup kuat, beberapa motor neuron tindakan menghasilkan
potensi, yang melakukan perjalanan ke akson mereka ke titik di mana mereka membuat
kontak sinaptik rangsang dengan sel-sel otot. Rangsang sinyal yang menginduksi kontraksi
sel otot, yang menyebabkan sudut sendi di lengan untuk mengubah, menarik tanganku.
Pada kenyataannya, skema straightfoward ini tunduk pada berbagai komplikasi.
Walaupun untuk refleks sederhana ada jalan pendek dari sensorik saraf neuron ke motor
neuron, juga terdapat di dekatnya neuron yang berpartisipasi dalam rangkaian dan
memodulasi respon. Selain itu, ada proyeksi dari otak ke sumsum tulang belakang yang
mampu meningkatkan atau menghambat refleks.
Disederhanakan skema dasar fungsi sistem saraf: sinyal yang diambil oleh reseptor
indra dan dikirim ke sumsum tulang belakang dan otak, di mana terjadi pemrosesan yang
menghasilkan sinyal yang dikirim kembali ke sumsum tulang belakang dan kemudian keluar
untuk motor neuron.
Walaupun refleks yang paling sederhana dapat ditengahi oleh sirkuit berbaring
sepenuhnya di dalam sumsum tulang belakang, lebih kompleks tanggapan mengandalkan
pemrosesan sinyal di dalam otak. Perhatikan, misalnya, apa yang terjadi ketika sebuah benda
di pinggir lapangan visual bergerak, dan seseorang tampak ke arah itu. Respons sensorik
awal, di retina mata, dan motor akhir tanggapan, dalam oculomotor inti batang otak, tidak
semua yang berbeda dari yang di refleks sederhana, namun tahap-tahap antara benar-benar
berbeda. Alih-alih satu atau dua langkah rantai pengolahan, sinyal-sinyal visual melewati
tahap mungkin selusin integrasi, yang melibatkan talamus, korteks serebral, ganglia basal,

unggul colliculus, serebelum, dan beberapa nukleus batang otak. Daerah-daerah ini
melakukan fungsi pemrosesan sinyal-fitur yang mencakup deteksi, analisis persepsi, daya
ingat, pengambilan keputusan, dan motor perencanaan.
Fitur deteksi adalah kemampuan untuk mengekstrak informasi yang relevan secara
biologis dari kombinasi sinyal sensorik. Dalam sistem visual, misalnya, reseptor sensorik di
retina mata hanya mampu mendeteksi secara individual titik cahaya di dunia luar . Keduavisual tingkat neuron menerima input dari kelompok reseptor primer, tingkat lebih tinggi
neuron menerima input dari kelompok neuron tingkat kedua, dan seterusnya, membentuk
hierarki tahap pengolahan. Pada setiap tahap, informasi penting yang diekstrak dari sinyal
ansambel dan informasi tidak penting dibuang. Pada akhir proses, sinyal-sinyal input
mewakili titik cahaya telah berubah menjadi representasi saraf objek di dunia sekitarnya
dan harta mereka. Yang paling canggih pengolahan sensoris terjadi di dalam otak, tapi juga
ekstraksi fitur kompleks terjadi di sumsum tulang belakang dan organ-organ sensoris perifer
seperti retina.
Mekanisme Penghantaran Impuls
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan
Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf
pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis.
Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem
saraf autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon,
metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal
yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah
melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem
saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah
pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria
karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus
serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum
melalui vena jugularis interna.
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya.
Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma
menuju cairan jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+

jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion
K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan
perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma
karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal
sebagai potensial istirahat (resting potential).
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang
cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran
plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami
depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial
aksi, besarnya sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung
selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera
menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+
mulai mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke
potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf.
Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat
segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode
refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion
Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan
mengurangi eksitasi sel.
Syaraf Pusat
Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang
mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau
perintah yang akan dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat
terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pembagian
daerah ini tampak nyata hanya selama perkembangan otak pada fase embrio. Otak pada
manusia dewasa terdiri dari beberapa bagian (lobus). Bagian-bagian dari otak adalah:
1.

Otak Besar

Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua belahan
(hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan,. Setiap belahan mengendalikan bagian
tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan
kanan mengatur tubuh bagian kiri. Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena
berperan dalam pengaturan seluruh aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan,

kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar
yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan
belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu
mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.
Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis
(daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir. Lobus temporalis (daerah pelipis),
dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah belakang kepala
merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang dilihat. Daerah ubun-ubun selain
sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin, panas, dan rasa sakit. Daerah
pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran..
2. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak
tengah berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata, refleks
penyempitan pupil mata.
3. Otak belakang
Otak belakang terletak di bawah lobus oksipital serebrum, terdiri atas dua belahan dan
permukaannya berlekuk-lekuk. Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu: jembatan
Varol (pons Varolli), otak kecil (serebelum), dan sumsum lanjutan (medula oblongata). Otak
kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot
dan rangka. Sumsum lanjutan, medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak,
berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis, misalnya pernapasan, detak jantung,
tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan
mata berkedip.

Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang,yaitu
lanjutan dari medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas
tulang pinggang kedua (canalis centralis vertebrae).
Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, penghantar impuls sensorik
dari kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam
tulang punggung terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal.
Syaraf Tepi
Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) Sistem saraf tepi adalah lanjutan dari neuron
yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Berdasarkan
cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu : Sistem saraf sadar, Yaitu sistem
saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi
saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu:
sistem saraf kepala (kranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal). Sistem saraf tepi
berfungsi menyampaikan informasi ke dan dari pusat pengatur. Sistem saraf tepi pada
dasarnya terdiri dari lanjutan sel saraf. Sel-sel saraf ini berfungsi membawa impuls saraf atau
rangsang saraf menuju dan dari sistem saraf pusat.
Berdasarkan impuls saraf yang dibawa, sistem saraf tepi dibedakan menjadi:
a) Sistem saraf aferen, membawa impuls saraf dari reseptor ke susunan saraf pusat.
b) Sistem saraf eferen, membawa impuls saraf pusat ke efektor.
Sistem saraf tak sadar. Berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua
yaitu: saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Otonom)
Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa
diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem
saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan organ-organ dalam,
misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot
polos pembuluh darah. Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibedakan menjadi
dua yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik memiliki ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang,
sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang.
Serabut pra-ganglion yaitu serabut saraf yang yang menuju ganglion dan serabut saraf yang
keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf

yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sebelum sampai pada
organ serabut saraf akan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan berikut.
Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion
pendek. Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh
kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis.
Contoh fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik antara lain: Saraf simpatik
mempercepat denyut jantung, memperlambat proses pencernaan, merangsang ereksi,
memperkecil diameter pembuluh arteri, memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan
mengembangkan kantung kemih, sedangkan saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut
jantung, mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar diameter
pembuluh arteri, memperkecil pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.
a. Neuron Anaksonik
Neuron anaksonik adalah neuron yang tidak dapat dibedakan antara dendrit dan aksonnya.
b. Neuron Unipolar

Neuron Unipolar

Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada badan sel sarafnya, selanjutnya
cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf T.
Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai akson. Neuron
unipolar ini umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai
pembawa sinyal dari bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat.
c. Neuron Bipolar

Neuron bipolar, sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di
sisi yang saling berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara yang lain
berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf
neuron bipolar mempunyai bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya
mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan berbagai neuron di dalam
otak dan spinal cord.

d. Neuron Multipolar

Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui. Sel
saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson. Karena
jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa bervariasi banyaknya, maka bentuk badan
sel saraf multipolar ini seringkali dikatakan berbentuk multigonal.
Neuron multipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu membawa
sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit,
ataupun

Anda mungkin juga menyukai