1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kondisi yang memerlukan tindakan segera di IGD adalah syok.
Syok dapat diklasifikasikan menjadi syok kardiogenik, syok hipovolemik, syok
neurogenik, dan syok anafilaktik yang semuanya memerlukan tindakan segera.
Pasien syok sangat memerlukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda klinis serta
status hemodinamik dan status intravaskular (Hutabarat, 2014).
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan
zat gizi ke sel-sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian
sel yang progresif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita
(Boswick John. A, 1997). Sebagai tenaga kesehatan dalam hal ini perawat harus
bisa mengenal gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok
dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik karena tidak
adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan (Guthrie, 1982). Tanpa
memperhitungkan
etiologi
atau
dasar
patologis,
setiap
bentuk
syok
2
mekanisme kompensasi yang dilakukan tubuh seseorang terhadap suatu penyebab
syok adalah berbeda (manifestasi tidak spesifik) (Gleadle, 2007).
Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di
rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan
angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36% (Diantoro, 2014).
Perawat sebagai tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar kurang lebih
40%, dan 67% nya bekerja di rumah sakit mempunyai kontribusi cukup besar
terhadap keberhasilan penanganan kasus kritis dengan melakukan tindakan yang
bertujuan untuk menyelamatkan jiwa penderita dengan cepat, tepat dan benar
dalam hal ini menangani kasus syok.
1.2 Tujuan
3
1.3 Manfaat
1.3.1. Teoritis
Pembaca mampu mengetahui pengertian akan syok dan jenis- sehingga
menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang ditemukan dan dapat memberi pertolongan yang baik dan
sesuai prosedur.
1.3.2. Praktis
Perawat mampu mengidentifikasi sejak dini tanda-tanda syok hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, dan anafilatik sehingga mampu melakukan terapi
dengan cepat dan terhindarkan dari resiko DIC, sepsis, SIRS, dan MODS.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok adalah kejadian akut dimana proses penyebaran kerusakan perfusi jaringan
terjadi di dalam sel yang mempengaruhi fungsi metabolik dan hemodinamik.
Ketidakefektifan perfusi jaringan terjadi ketika ketidakseimbangan antara kebutuhan
oksigen sel dengan ketersediaan oksigen sel. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi
karena berbagai faktor dan dapat menimbulkan multiple organ dysfunction syndrome
(MODS) bahkan kematian. Berbagai tipe syok (dibahas pada bagian berikutnya)
menimbulkan ketidakefektifan jaringan perfusi dan kegagalan sirkulasi akut. Proses
patologis dari syok sendiri bergantung pada keadaan klien, durasi inisiasi dari syok,
dan respon terhadap terapi (Urden et.al., 2010).
Sindrom syok ini memiliki berbagai patofisiologi yang berbeda yang dapat
dikategorikan dalam 4 (empat) tahap, yakni (Urden et.al., 2010) :
a). Initiation
Tanda awal syok adalah ditemukannya penurunan curah jantung dan perfusi
jaringan. Setelahnya,
metabolisme
secara cepat
homeostatik
tubuh
tahap
compensatory dimulai
mengusahakan
sistem
ketika
pengaturan
5
menyebabkan epinefrin dan norepinefrin aktif dan meningkatkan respon
kompensasi.
Maldistribusi volume
sirkulasi
Invasi mikroorganisme
Kehilangan volum
sirkulasi
Reaksi antigen-antibodi
SYOK
peninp
Peningkatan heart rate,
kontraktilitas, vasokontriksi
arteri dan vena, dan sirkulasi
darah ke organ tubuh
Menstimulasi pituitari
anterior dan kelenjar adrenal
dengan pelepasan ACTH
untuk meningkatkan gula
darah dan katekolamin
Kegagalan kompensasi
Skema 1. Compensatory mechanism (Urden et.al., 2010)
c). Progressive
Tahapan ini terjadi apabila tahap kompensasi gagal dilakukan tubuh. Perfusi
jaringan menjadi tidak efektif dan produksi energi berganti dari siklus aerob
menjadi siklus anaerob. Oleh karena melalui siklus anaerob maka energi yang
dihasilkan dalam jumlah sedikit dan menghasilkan banyak asam laktat.
Peningkatan permeabilitas vaskular pada endotelial dan epitelial yang mengalami
hipoksia dan inflamasi dapat menimbulkan hipovolemik di sistem vaskular,
adanya edema jaringan, dan gangguan perfusi jaringan. Respon inflamasi yang
tidak berjalan baik akan menyebabkan systemic inflammatory response syndrome
(SIRS) dan merupakan kerusakan yang irreversible. Sel dapat mati karena
apoptosis, aktivasi injury, atau preprogrammed cellular suicide. Kematian sel
juga dapat diakibatkan oleh kegagalan pompa sodium-potasium (natrium-kalium)
di dalam membran sel. Sel-sel mati ini menghentikan produksi energi di
mitokondria. Pada keadaan tersebut kebutuhan oksigen sangat tinggi akan tetapi
sel telah kehilangan fungsinya untuk penggunaan oksigen sehingga pada akhirnya
sel akan kehilangan fungsi dan mati.
Kegagalan
respon inflamasi
multiple organ dysfunction syndrome
(MODS)
systemic inflammatory
response syndrome (SIRS)
Skema 2. Progressive mechanism (Urden et.al., 2010)
d). Refractory
Syok tidak dapat merespon dengan terapi yang diberikan karena keadaan yang
sudah irreversible. Kematian adalah akhir dari tahap ini tanpa melihat etiologi
syok karena kematian ini akibat dari ketidakefektifan perfusi jaringan.
2.2 Klasifikasi
7
kanan, ventrikel kiri atau keduanya. Kurang adekuatnya fungsi jantung dalam
memompa darah menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan kegagalan
sirkulasi. Syok kardiogenik terjadi sekitar 5% sampai 8 % pasien dengan infark
miokard ST-segmen (MI), dan menjadi penyebab utama kematian pada pasien
dengan MI. Tingkat kematian untuk syok kardiogenik telah menurun sekitar
50% sampai 60% dengan munculnya terapi revaskularisasi dini (Urden, et all,
2010).
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang
menuntut penatalaksanaan cepat dan tepat. Syok ini dapat timbul akibat infark
miokard akut (IMA) atau sebagai fase terminal beberapa penyakit jantung
lainnya. Dari segi hemodinamik syok kardiogenik ialah kelainan jantung
primer yang mengakibatkan hal-hal berikut:
a). Tekanan arterial sistolik <90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak
60 mmHg dibawah tekanan basal (hipotensi relatif).
b). Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun,
vasokonstriksi perifer, oliguria (urine <30 ml/jam).
c). Adanya gangguan preload atau proses non-miokardial sebagai etiologi
syok (aritmia, asidosis atau depresan jantung secara farmakologik maupun
fisiologik).
d). Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik.
Komponen penting dalam syok kardiogenik ada 2:
a). Hipotensi : akibat memburuknya fungsi pompa jantung.
b). Gangguan perfusi jaringan sebagai konsekuensi hipotensi.
PASIEN
TIDAK ADA
TANDA
SYOK
NAMUN
TERLIHAT
MULAI
TANDA SYOK
DAN CEMAS
PERFUSI
CEREBRAL
PERFUSI
CEREBRAL
MENURUN,
MENURUN,
PENURUNAN
JATUH KOMA
PASIEN
8
CEMAS
KESADARAN
CO
DIPERTAHANKAN
100-120X/MNT,
HR > 120X/MNT,
HIPOTENSI BERAT,
NORMAL
VENA
ARITMIA, IMA
TIDAK
JUGULARIS
CO, TAKIKARDIA
RR 20-30X/MNT
BGA
MENUNJUKKAN
ALKALOSIS
DAN
HIPOKSEMIA,
PENURUNAN
HR
TERABA,
ARITMIA, IMA
TIDAK TERABA
RR NORMAL
&
DISTRESS
DISTRESS
RESPIRATORIK
RESPIRATORIK
BGA
MENUNJUKKAN
ASIDOSIS
PAO2 &
PACO2
METABOLIK
DAN
HIPOKSEMIA,
PAO2
TURUN,
PACO2
NAIK,
HCO3-
TURUN,
PENURUNAN
GINJAL,
PERFUSI
URIN 20-30
ML/JAM,
NA
ANURIA, GGA
GINJAL,
PERFUSI
OLIGURIA,
BUN &
CR SERUM NAIK
MENURUN
AKRAL
PENURUNAN
TAMPAK
AKRAL
ABU-ABU,
DINGIN,
BASAH,
CRT> 2 DTK
CRT> 2 DTK
AKRAL
SUDAH
SIANOSIS,
DIAPHORESIS BERAT
10
2.8.3 Syok neurogenik
a). Defisit volum cairan
b). Penurunan curah jantung
c). Hipotermi
d). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e). Risiko infeksi
f). Ansietas
g). Koping keluarga
Penurunan
cardiac
output b.d.
perubahan
preload
Penurunan
cardiac
output b.d.
perubahan
kontraktilitas
Blood products
Volume expanders
Oxygen
Analgesics
Sedatives
Antidysrhytmics
Inotropic agents
Diuretics
Oxygen
Penurunan
cardiac
output b.d.
gangguan
respon
simpatis
Anticoagulants
Vassopressors
Atropine
Oxygen
Penurunan
cardiac
Anti ulcer
Corticosteroids
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pada kasus kritis seperti pada pasien yang mengalami syok dibutuhkan
penanganan segera, dan dilaksanakan dengan cepat dan tepat karena dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu dibutuhkan perawat yang tanggap, teliti,
serta cekatan.
12