Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua
macam obat atau lebih. Interaksi dapat menghasilkan efek yang menguntungkan
tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan.
Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan efek yang tidak diinginkan adalah
akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan
Polypharmacy" atau Multiple Drug Therapy. Sudah kita maklumi bersama bahwa
biasanya penderita menerima resep dari dokter yang memuat lebih dari dua macam
obat. Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk
penyakit yang Sama dan mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lainnya
interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri
dengan obat yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang merugikan menyebabkan ribuan orang harus dirawat di
rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun. Penelitian selama satu tahun baru baru
ini disejumlah apotik menunjukkan bahwa hampir dari satu dari empat pasien yang
mendapatkanresep pernah mengalami interaksi obat yang berarti pada suatu saat
tertentu dalam tahun tersebut. Interaksi demikian menimbulkan gangguan yang serius
sehingga kadang2 menyebabkan kematian. Untunglah jumlah interaksi yang
menimbulkan kematian ini hanya sebagian kecil dari jumlah interaksi obat yang
terjadi. Yang lebih sering adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas atau turunnya
efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa sehat kembali.
Kadang-kadang interaksi sama sekali tidak memberikan symptom yang dapat
diamati. Penyakit kronik seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung
kemungkinan tidak terkendalikan sebagaimana seharusnya. Jika dokter tidak
mengetahui adanya interaksi obat, ia mungkin mengmbil keputusan pengobatan yang
salah.
Obat yang ada pada saat ini sangat efektif dan sangat berkhasiat. Interaksi
yang terjadi merupakan masalah yang besar. Sangatlah sulit bagi seorang dokter atau
apoteker yang sibuk untuk meluangkan waktu memantau interaksi obat bagi tiap
pasien, walaupun dokter ataupun apoteker yang bersangkutan sedang mencari
berbagai kemungkinan interaksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi
-

sifat keturunan

fungsi hati dan ginjal

usia (yang paling peka adalah bayi dan orang berusia diatas 50 tahun)

ada tidaknya suatu penyakit

jumlah obat yang digunakan

lama pengobatan

jarak waktu penggunaan antara dua obat

obat mana yang digunakan mula-mula


Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yang dikenal sebagai obat

presipitant dan obat objek. Obat Presipitant adalah obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi / efek obat lain, maka obat
presipitan umumnya memiliki ciri :
a. Obat dengan ikatan protein yang kuat. Hal ini akan menggusur ikatan-ikatan
protein obat lain yang menjadi lebih lemah, sebagai contoh antikoagulan dengan
fenilbutazon.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat atau merangsang enzim-enzim yang
memetabolisme obat dalam hati. Obat ini memiliki sifat sebagai perangsang enzim
misalnya

fenitoin,

rifampisin,

fenobarbital

akan mempercepat

eliminasi

(metabolisme) obat yang lainnya sehingga kadarnya dalam darah menurun.


Sedangkan obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibitor)
termasuk fenilbutazon, kloramfenikol, simetidin, alopurinol akan meningkatkan
kadar obat objek sehingga terjadi efek toksik.
c. Obat-obat yang mempengaruhi fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain
dapat dimodifikasi misalnya obat golongan diuretic. Obat Objek adalahobat yang
aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain, cirri-ciri :
Memiliki kura dose-response yang curam (narrow therapeutic margin) dan
Dosis toksik letak dekat dosis terapi, yaitu obat-obat dimana perubahan sedikit
saja terhadap dosis (kadar obat) dapat menyebabkan perubahan besar pada
efek klinik yang timbul.

Obat-obat dengan rasio toksis terapi yang rendah, yaitu antara dosis terapi dan
dosis toksis perbandingannya kecil. Contoh digoksin, warfarin, gentamisin,
sitotoksik, kontrasepsi oral, dan obat-obat SSP.
Dampak Klinis Dari Interaksi Obat

Interaksi diperkirakan + 7% dari semua ES obat.

Kematian + 4% dari semua kematian ES obat.

Jenis Interaksi
1. Interaksi farmasetik
Interaksi yang terjadi di luar tubuh, misalnya saat pencampuran obat terjadi
interaksi langsung fisika kimia dan dapat mengakibatkan turunnya titik leleh,
terjadi pengendapan, tidak stabil pada lingkungan yang ada dan inaktivasi.
2. Interaksi farmakokinetik
a) Interaksi Absorpsi
Dapat mempengaruhi:

Kecepatan absorbsi (Rate of absorption)


Kecepatan absorbsi dipengaruhi oleh adanya makanan / zat lain sehingga akan
mempengaruhi luas permukaan dinding lambung maka partikel obat
mempunyai ruang yang lebih sempit untuk absorbsi. Motilitas saluran cerna
dimana jika motilitas terlalu cepat atau lambat maka kesempatan obat untuk
terabsorbsi akan dipengaruhi. Perubahan flora usus antara lain untuk sintesa
vitamin K.

Proses Distribusi (Fraction distribut)


Apabila dalam darah terdapat beberapa obat pada waktu yang bersamaan,
maka terdapat kemungkinan persaingan terhadap tempat ikatan protein.
Interaksi pada proses distribusi terjadi bila 2 obat memiliki kapabilitas pada
tempat ikatan protein.

First-pass metabolism
Metabolisme obat-obatan dapat distimulasi atau dihambat dengan terapi
bersamaan. Induksi enzim memberi dampak lama yaitu efek maksimal setelah
7-10 hari. Inhibisi enzim umumnya lebih cepat dari inducer enzim.

b) Pergeseran Ikatan Protein

Object drug :
- diikat protein (tinggi sekali).
- mempunyai volume distribusi (Vd) kecil. Vd = 5 - 5000 L (total)
Ikatan Protein dan Vd Object Drug
-Warfarin:proteinbinding99%danVd=9L
- Fenitoin : protein binding 90% dan Vd=35L
- Tolbutamid : protein binding 96% dan Vd = 10 L

Precipitant Drugs:
aspirin, sulfa, fenilbutazon, dan valproat (menggeser fenitoin), eritromisin
(menggeser terfenadin), klaritromisin, flukonazol, itrakonazol, ketokonazol,
mikonazol, dsb.

c) Interaksi Metabolik

Yang klinis terpenting ialah yang merangsang atau menghambat sitokrom


P450 (CYP).

CYP3A4 = mixed function oxidase terpenting dalam katalisis oksidasi


60% obat.

CYP3A4 terdapat di dinding lambung, usus kecil, dan hati. Interaksi dapat
terjadi sebelum dan/atau sesudah absorpsi.

Terdapat > 30 enzim CYP pada manusia.

d) Interaksi Ekskresi
Ekskresi ginjal dari obat aktif dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat yang
menyertainya. Ekskresi ginjal dari beberapa obat asam lemah atau basa lemah
dapat dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi pH urin karena
perubahan ionisasi dari obat.
3. Interaksi farmakodinamik
Efek obat yang satu dapat berubah oleh obat yang lain pada tempat kerjanya.
Ketika obat-obatan dengan efek farmakologis yang serupa diberikan bersamaan,
biasanya tampak suatu respons aditif atau sinergis. Kedua obat tidak atau dapat
bekerja pada reseptor yang sama untuk menimbulkan efek. Sebaliknya obat
dengan efek farmakologis berlawanan menurunkan respons satu atau kedua obat
tersebut.

Contoh Interaksi Obat Kasus-Kasus interaksi Obat Yang sering Terjadi Di Rumah Sakit
No

Obat

Obat Objek

Precipitant

Mekanisme Kerja

Efek

(B)

(A)
1.

Mibefradil

Nifedipin

Mibefradil

merupakan

penghambat
sementara

CYP
Nifedipin

3A4,
butuh

CYP 3A4

Menimbulkan
dan

hipotensi

bradikardi

walaupun

berat,

mibefradil

sudah dihentikan 24 jam


yl. Penderita meninggal.

2.

Hypericum

Siklosporin,

Interaksi langsung, obat objek

Kadar

Carbamazepi

diabsorbsi

jika pemakain hypericum

ne, dll

presipitant

oleh

obat

siklosporin

dihentikan

maka

turun,
kadar

kembali meningkat
3.

Eritromisin

Fluoksetin-

Eritromisin

dapat

Karbamazepin

meningkatkan

Ataksia Hebat.

efek

karbamazepin.
4.

Fluconazole

Dilantin

Cyt.-P450 inhibitor

Kadar

dilantin

menurun

dalam darah.
5.

Rifampisin

Corticostreroi

Cyt.-P450 induce

Kadar

d,

Kortikosteroid

dalam darah menurun

Chlorampheni
col,
Kontrasepsi,
Siklosporin
6.

Mesoridazine

Propanolol,

Menghambat CYP2D6

Meningkatkan

Pindolol,

kadar

Mesoridazine dalam darah

Quinidine
7.

Theophylline

Antidepresan

Penghambat MAO

Perangsangan
syaraf

8.

Amiodarone

Warfarin

Interaksi
presipitant
obat objek

langsung,
diabsorbsi

pusat

sistem
berlebihan

obat

disertai gelisah, tremor


Meningkatkan
kadar

oleh

Warfarin

hingga

dalam 3-4hari

100%

9.

Clindamycin

Erythromycin

Interaksi langsung, obat objek

Menurunkan

diabsorbsi

clindamycin

oleh

obat

kadar

presipitant

No

Obat

Obat Objek

Precipitant

Mekanisme Kerja

Efek

(B)

(A)
10.

Griseofulvin

Barbiturat

Interaksi langsung, obat objek

Barbiturat

diabsorbsi

efek obat griseofulvin

oleh

obat

menurunkan

presipitant
11.

Ketokonazol

Cimetidin

Interaksi langsung, obat objek

Menurunkan

diabsorbsi

ketokonazol

oleh

obat

kadar

presipitant
12.

Clobazam

Carbamazepi

Meningkatkan

clobazam

metabolisme

metabolisme
menjadi

phenytoin
13.

Sulfonamide

Pil KB

Meningkatkan
Clobazam
N-desmethyl

Clobazam.
Menurunkan efektifitas pil KB

Meningkatkan

resiko

kehamilan
14.

Amfetamin

Antacid

Meningkatkan

metabolisme

amfetamin
15.

Alprazolam

Nefazodon

Meningkatkan

Diuretika

Antidepresan

Meningkatkan

metabolisme

Susu

Tetrasiklin

Tetrasiklin

Meningkatkan alprazolam
hingga 2 kali lipat

metabolisme

diuretika
17.

efek

amfetamin

alprazolam
16.

Meningkatkan

Menyebabkan

tekanan

darah turun terlalu rendah


terikat

oleh

kalsium pada susu sehingga

Efek

tetrasiklin

dapat

berkurang

tidak dapat diserap lagi dari


usus kedalam darah
18.

Asam folat

Pil KB

Interaksi langsung, obat objek

Efek asam folat menurun

diabsorbsi

hingga hilang

oleh

obat

presipitant
19.

Makanan

Obat

asma

Efek

obat

asma

dapat

Terjadi efek samping yang

Berkafein

(turunan

meningkat

Obat

asma

theophyllin)

melebarkan jalan udara dan

banyak

memudahkan

gejala mual, pusing, sakit

pernapasan

penderita asma.

merugikan karena terlalu


teofillin

disertai

kepala,

mudah

tersinggung,

tremor,

insomnia,
denyut

takhicardia,
jantung

tidak

teratur.

No

Obat

Obat Objek

Precipitant

Mekanisme Kerja

Efek

(B)

(A)
20.

Makanan

Asetaminoph

Interaksi langsung, obat objek

Efek asetaminofen dapat

berkarbohidrat

en

diabsorbsi

obat

berkurang

Anti

Tekanan darah tidak dapat

Efek obat

hipertensi

dikendalikan dengan baik

dapat diantagonis

Kalium

Interaksi langsung, obat objek

Meningkatkan Efek Kalium

diabsorbsi

dalam tubuh

oleh

presipitant
21.

22.

Epineprin

Captopril

oleh

obat

antihipertensi

presipitant
23.

Diuretik

Obat diabetes

Efek obat diabetes dilawan

Kadar gula darah tetap


tinggi

24.

Kloramphenikol

Obat kanker

Dapat

menekan

tulang

belakang

sum-sum
secara

Terjadinya

pendarahan

hebat

berlebihan
25.

Penisilin

Esterogen

Interaksi langsung, obat objek

Menurunkan

diabsorbsi

obat

esterogen

Benzodiazepi

Interaksi langsung, obat objek

Gangguan

diabsorbsi

syaraf pusat

oleh

efek

presipitant
26.

Opioid

oleh

obat

pada

sistem

presipitant
27.

Alopurinol

Petidin

Interaksi langsung, obat objek

Memproduksi

diabsorbsi

aktif

presipitant

oleh

obat

lansia

hingga

metabolit
pada

diberikan

usia

dengan

dosis kecil.

BAB III
KESIMPULAN
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua
macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang menguntungkan
tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan.
Berdasarkan mekanismenya interaksi dibagi menjadi 4 tipe :
1. Interaksi farmasetik
2. Interaksi farmakokinetik
3. Interaksi farmakodinamik
a) Interaksi Absorpsi
b) Pergeseran Ikatan Protein
c) Interaksi Metabolik
d) Interaksi Ekskresi
4. Interaksi metabolik

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA


1. Harkness Richard. Interaksi Obat, Penerbit ITB Bandung
2. M. D. Lerman Fred. Drug Interaction Index, Medec Books
3. http://www.google.co.id/Pengaruh Metabolisme Obat
4. http://www.google.co.id/Obat_Interaksi
5. http://www.google.co.id/Konsentrasi Plasma Berkorelasi Rendah Terhadap
Respon.
6. http://www.google.co.id/Farmakologi Soetiono

TUGAS INTERAKSI OBAT


KASUS KHUSUS INTERAKSI OBAT

Disusun Oleh :

Bobby Aradhea (10334049)

Dosen Penanggung Jawab :

Dra. Refdanita, Apt

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2013

Anda mungkin juga menyukai