Anda di halaman 1dari 7

Paper Farmasi Lingkungan

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI PT. KONIMEX


PHARMACEUTICAL LABORATORIES DESA SANGGRAHAN, GROGOL,
SUKOHARJO, JAWA TENGAH
(Sumber : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Indonesia
Fika Enri Aprigiyonies, S.Farm Periode 10 April-13 Mei 2012)

Disusun
Oleh:
Kelompok V
Saika Juana
Nauva Izzati
Sindi Hayatun
Farras Amany Husna
Nur Ella Sari
Aulia Rizkhan
Nura Sulfina
Nurul Mawari

1208109010005
1208109010019
1208109010022
1208109010027
1208109010028
1208109010032
1208109010045
1408109010014

Dosen Pembimbing:
Dr.rer.nat Khairan, S.Si., M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
JURUSAN FARMASI
2015
A. Terminologi Umum

1. Pengertian Limbah
Limbah merupakan semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan
hewan yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena
tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Walaupun dianggap sudah tidak berguna
dan tidak dikehendaki, namun bahan tersebut kadangkadang masih dapat
dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan baku. Pembagian limbah ada 3 jenisl
Berdasarkan sumbernya:
Limbah kegiatan kota (masyarakat)

Limbah industri

Limbah pertambangan

Limbah pertanian.
Berdasarkan fasanya/bentuknya:
Limbah padat

Limbah berlumpur (sludge)

Limbah cair

Limbah padat.
Berdasarkan sifat bahayanya:
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Limbah domestik : dihasilkan dari aktivitas primer manusia.

Limbah B3 ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi
yang mengandung baha berbahaya dan beracun (B3) karena sifat toxicity,
flammability, reactivity, dan corrovisity serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan,
atau membahayakan kesehatan manusia (BAPEDAL,1995).
2. Pengertian Limbah Farmasi
Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah
kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang.
Contoh produk farmasi tersebut, antara lain: 1. Senyawa kimia dan produk botani yang
digunakan dalam pengobatan 2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep,
krim, infus, dll) 3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo 4. Produk biologi seperti
vaksin dan sera. Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah
digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi
residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat. Jadi limbah medis
dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan
berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis
tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan
secara khusus (BAPEDAL, 1999).
B. Pengelolaan Limbah PT. KONIMEX

Kegiatan produksi dan perkantoran di industri (pabrik) dapat menghasilkan


limbah bagi lingkungan bila tidak dikelola denga baik. Limbah yang dihasilakn oleh PT.
Konimex memiliki berbagai macam jenis, mulai dari limbah padat, cair, dan gas. Berikut
adalah contoh limbah yang dihasilan dan sumbernya.

Tabel 1.1 Contoh Limbah dan Sumbernya

1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. Konimex berupa debu yang berasal
dari ruang produksi, lantai, mesin, pemusnahan bahan baku/obat, sisa kemasan berupa
karton, plastik, botol, drum, kaleng, roll alufoil, kertas yang bersal dari kantor.

Gambar 1.1 Limbah yang Dihasilkan dari Tiap Tahapan Produksi Tablet
Pengelolaan limbah padat di PT. Konimex dilakukan dengan 2 cara, yaitu
secara konvensional dan multi stage burner. Limbah padat berupa sisa kemasan, kertas
dan limbah kantor dibakar dengan cara konvensional, yaitu dibakar dalam suatu
tungku api yang terbuat dari bata tahan api dan dilengkapi cerobong asap setinggi 24
meter. Sisa abu hasil pembakaran dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Sedang sisa botol, kaleng dan lain-lain yang masih dapat berguna dijual ke pihak lain
setelah dipastikan tidak terdapat identitas PT. Konimex untuk menghindari
penyalahgunaan oleh pihak lain.
Limbah padat berupa debu dari ruang produksi dikumpulkan dengan sistem
siklon (cyclone system), di mana udara disedot dan diputar sehingga partikel debu
akan terpisah dan berada pada bagian bawah alat. Debu turun dan ditampung dalam
dust collector sehingga udara yang telah bersih dapat langsung dikeluarkan ke
lingkungan. Pada alat terdapat filter yang menahan debu atau partikel dengan ukuran
penyaring tertentu sehingga udara yang keluar benar-benar terbebas dari partikel
padatan yang dikhawatirkan mengandung obat. Padatan debu yang telah terpisah
dimusnahkan dengan menggunakan multi stagne burner. Pembakaran dengan multi

stage burner dilakukan secara bertingkat agar lebih efektif dan menghasilkan sisa
pembakaran yang tanpa asap (smokeless) yaitu pembakaran pada suhu 300C (tahap
pertama), kemudian asap yang dihasilkan dibakar dengan suhu 900-1000C selama 6
jam sehingga tidak ada asap yang dihasilkan dalam proses tersebut (tahap kedua).
Selanjutnya abu sisa pembakaran B3 disimpan di TPS (maksimal 90 hari) untuk
selanjutnya dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki sertifikat untuk mengelola
limbah B3. Kapasitas dari multi stage burner 120 kg limbah padat yang kemudian
menjadi debu 4 kg.

Gambar 1.2 Skema Pengelolaan Limbah Padat


2. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh berasal dari PT. Konimex berupa air hujan
dan kondensat steam, limbah pabrik, limbah pabrik, limbah workshop, dan limbah
domestik. Limbah cair yang dihasilkan PT. Konimex diolah dengan sistem multi cell
aerated lagoon, kecuali air hujan dan kondensat steam. Sistem ini menggunakan
sembilan cell aerated lagoon dengan tiga stage yang dilengkapi dengan aerator untuk
masing-masing cell. Sebelum masuk ke cell, limbah cair dialirkan ke bak penampung
(sumpitch). Namun, pada limbah workshop dilakukan penyaringan pasir atau oli
sebelum masuk sumpitch. Dari bak penampung, seluruh limbah cair dipompa ke cell
yang kemudian dilakukan proses aerasi yang bertujuan untuk meningkat jumlah
oksigen sehingga bakteri dapat mengurai limbah. Proses ini berlangsung sekitar 21
hari. Pada proses aerasi akan terbentuk lumpur atau endapan. Limbah yang telah
diproses pada bak aerasi kemudian dialirkan ke dalam bak sedimentasi untuk
mengendapkan lumpur yang dihasilkan. Lumpur mengendap secara otomatis dipompa
ke bak sludge trap dan air yang telah melewati proses sedimentasi merupakan air
yang bersih. Air ini akan dilepas ke badan air dengan cara dialirkan ke kolam ikan
(fish pond) terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya dan dapat langsung di
lepas ke badan air. Di dalam sludge trap lumpur dan air akan dipisah lagi, lumpur akan
mengendap sedangkan air akan dialirkan kembali ke sumpicth untuk diproses lagi.
Sebelum dibuang, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan
mutu secara berkala semiggu sekali. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

pemeriksaan pH, TSS, kimia, Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan Chemical
Oxygen Demand (COD). Lumpur yang mengendap akan dikeringkan dan
dikumpulkan di TPS-B3, selanjutnya dikirim ke PPLI, Cileungsi, Bogor.

Gambar1.3 Skema Pengelolaan Limbah Cair


3. Limbah Udara/Suara
Limbah udara yang dihasilkan oleh PT. Konimex adalah suara atau kebisingan
dan gas-gas dari cerobong asap. Cerobong asap dibuat dengan ketinggian yang telah
ditetapkan serta dilakukan pengujian secara rutin untuk memeriksa apakah limbah
asap memenuhi persyaratan ambang batas emisi yang telah ditetapkan. Cara mengatasi
gangguan lingkungan akibat suara dari mesin-mesin produksi ketika beroperasi adalah
dengan memasang peredam bunyi, yaitu silencer. Selain itu dapat dilakukan dengan
menggunakan partial enclosure, yaitu berupa penanaman tanaman rambat pada pagar
pabrik yang berfungsi sebagai peredam kebisingan suara yang berasal dari aktivitas
pabrik.

Gambar 1.4 Skema Pengelolaan Limbah Udara/Suara

-=SEKIAN=-

Anda mungkin juga menyukai