Tema Praktikum
: Skrining Fitokimia
Nama Tanaman
Nama Simplisia
Laboratorium
:Farmakognosi
A. Latar belakang
Keberadaan tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia, sekitar dua abad yang lalu.
Pengembangan tanaman alpukat di tanah air tampaknya belum merata. Buah alpukat merupakan
buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak, dan energi buah yang tinggi. Buah alpukat
bukan hanya sekedar sumber vitamin dan mineral, tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan
penyedia energi.
Namun masyarakat kita, khususnya masyarakat kota, hanya sekedar menkonsumsi buah
alpukat dalam bentuk sari juice buahnya bersama sirop dan penyedap lain. Pola konsumsi hanya
minum buah alpukat seyogianya dapat diubah menjadi pola konsumsi makan buah alpukat,
khususnya bagi masyarakat di daerah wilayah dataran tinggi dan desa terpencil.
Dalam perdagangan dunia, buah alpukat merupakan komoditas buah yang penting; volume
perdagangannya menempati urutan kelima susudah jeruk, pisang, nenas, dan mangga.
Pengembangan tanaman alpukat di tanah air pada era agribisnis saat ini kiranya akan dapat
memberikan manfaat dan meningkatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan ekonomi,
khususnya dalam usaha perbaikan kesehatan gizi, serta sosial ekonomi dan lingkungan hidup.
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat),
alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo
mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.
Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia, tanaman alpukat berasal dari dataran
rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara
resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika
Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan
kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi
A. Tinjaun Pustaka
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit
sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat
diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap
golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987).
Menurut Waluyo (2009) daun alpukat mengandung zat kimia alkaloid, saponin,
flavonoid, polifenol, kuersetin, dan gula alkohol persiit. Daun alpukat memiliki kadar air
sebesar 5,0%, kadar abu total 7,03%, kadar sari larut air 6,48%, dan kadar sari larut
etanol 1,53%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryati, dkk. (2007) mengenai telaah
kandungan kimia daun alpukat menunjukan bahwa simplisia daun alpukat mengandung
flavonoid, saponin, dan steroid atau triterpenoid.
Hasil penelitian Mardiyaningsih dan Nur (2014) pada skring fitokimia
menunjukkan bahwa daun alpukat mengandung senyawa flavonoid, alkaloid dan saponin
B. Metode
1. Diagram alir uji Alkaloid skrining fitokimia daun alpukat menurut Douglas et al.
(Sangi et al., 2008)
Simplisia 4 g + CHC
10ml N
H3
l3
+ 10 ml CHC
l3
Disaring
+ 10 tetes
H 2 S O4
masing-masing 1 ml ditetesi
wagner : endapancoklat
jingga sampai merah
dragendorff :
2. Diagram alir uji saponin skrining fitokimia daun alpukat dilakukan menurut Simes et al.
(Sangi et al., 2008).
Simplisia 2 g + aquades
3. Diagram alir uji triterpenoid dan steroid skrining fitokimia daun alpukat dilakukan
menurut Briggs (Sangi et al., 2008).
Simplisia 50 mg + C
H 3 C O2 H sampai terendam
Biarkan 15 ment
6 tetes filtrat +
H 2 S O4 . P
4.
Tanin
Flavonoid
l3
1%
0,2 g bubuk mg