Anda di halaman 1dari 4

TEKNIK BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

OLEH :
NAMA

: I WAYAN SRI ADI WIRYANA

NIM

: 0903061003

JURUSAN BUDIDAYA KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2010

TEKNIK BUDIDAYA LELE DUMBO


A. Jenis
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Di Indonesia sedikitnya
ada lima jenis lele yang potensial diperdagangkan, antara lain : Clarias batracus (lele
local ), Clarias melanoderma, Clarias tetysmanni (lele kembang), Clarias niewhufi
(lindi) dan Clarias leichchantur. Diantara kelima jenis itu yang populer
dikembangkan adalah Clarias batracus. Sejak tahun 1986 telah dating ke Indonesia
jenis lele yang dikenal dengan nama lele dumbo (Clarias gariepinus) yang berasal
dari Taiwan. Sejak saat itu ikan lele ini banyak dikembangkan karena memiliki
pertumbuhan yang cepat.

Gambar Ikan Lele Dumbo


B. Persyaratan Budidaya
1. Budidaya ikan lele dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1m-800m diatas
permukaan laut. Persyratan lokasi, baik kualitas tanah maupun kualitas air tidak
terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama
pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang
memiliki ketinggian >800m diatas permukaan laut. Budidaya lele, baik kegiatan
pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan dikolam tanah, bak tembok atau
bak plastik.
2. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur, ataupun air hujan yang
sudah dikondisikan terlebih dahulu. Parameter kualitas air yang baik untuk
pemelihraan ikan lele adalah sebagai berikut :
a. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32 oc. Syhu
air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
b. Ph air yang ideal bekisar antara 6-9.
c. Oksigen terlarut di dalam air harus >1mg/l

C. Teknik Budidaya
Pelaksanaan budidaya sebelum benih ikan lele ditebar dikolam pembesaran, yang
perlu diperhatikan adalah mengenai kesiapan kolam meliputi :
Persiapan Kolam Tanah (Tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan dan pembajakan tanah dasar
kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya
dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran.
Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang
bocor). Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah
pemanenan maka dibuat parit dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit, dan
memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m 2,
tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam untuk Ph rendah dapat diberi kapur
lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik maka, pemberian kapur
dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang mungkin terdapat
dalam kolam. Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700
gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 gram/m2; NH4NO3 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring kemudian dilakukan
pengisian air kolam. Kolam dibiarkan selama 7 hari, guna member kesempatan
tumbunnya makanan alami.
Persiapan Kolam Tembok
Persiapan kolam tembok hamper sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam
tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk
panen, karena biasanya parit dan bak panen dibuat secara permanen.
Penebaran Benih
Sebelum benih ditebar sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan meredamnya di
dalam larutan KM5NO4 (Kalium permanganate) atau PK dengan dosis 35 gram/m 2
selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara
tidak panas. Sebelum ditebar ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan
penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit kedalam
wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya
keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam.
Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan kolam
dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 3550 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.

Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian
makanan tambahan berupa pelet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5%
perhari dari berat total ikan yang ditebar di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4
kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran
dedak halus dengan ikan runcah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus,
bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut
dapat dibuat dalam bentuk pellet.
Pemanenan
Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan
bobot antara 200-250 gram per ekor dengan panjang 15-20 cm. Pemanenan dilakukan
dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan
kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara
lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa
paralon/bamboo diletakan di dasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele
akan

masuk

kebambu

atau

paralon,

maka

dengan

mudah

ikan

dapat

ditangkap/diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan didalam wadah berupa


ayakan/happa yang dipasang dikolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan
sebelum ikan-ikan itu diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat
dilakukan dengan cara menggunakan keramba, pikulan ikan, atau jerigen plastik yang
diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
D. Nilai Ekonomis
Budidaya lele berkembang pesat karena :
1) Dapat dibudidayakan di lahan dan suber air yang terbatas dengan padat
penebaran tinggi.
2) Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat.
3) Pemasarannya relative mudah.
4) Modal usaha yang dibutuhkan relative rendah.
Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat sejak masuknya jenis lele
dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan dari lele dumbo disbanding
dengan lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih
tahan terhadap penyakit.

Anda mungkin juga menyukai