Anda di halaman 1dari 50

Tugas PPKN

Nama Penyusun:daffa amadeuz


Kelas: xi ips 2

SMA negeri 11 jakarta


Tahun pelajaran 2015/2016
Kata pengantar

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul Hak dan Kewajiban Warga Negara berdasarkan UUD
1945.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian hak,
pengetian kewajiban, pengertian warga negara, asas kewarganegaraan dan hak
kewajiban warga Negara berdasarkan UUD 1945. Akhirnya saya sampaikan terima
kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.
Jakarta, 1 September 2015
Penyusun

I
Daftar Isi

Kata PengantarI
Daftar Isi.II
Bab I Pendahuluan.1
Bab II Contoh kasus20
Bab III Penutup44
Daftar Pustaka..45

II

Bab I

PENDAHULUAN
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap
manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup
hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah
sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita
hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang
lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap
orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada
diri kita sendiri

Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai


seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara
universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of
USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia,
seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30
ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
1
Dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum Unionis
dan Pactum Subjectionis. Pactum Unionis adalah perjanjian

antara individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat


membentuik suatu negara, sedangkan pactum unionis adalah
perjanjian antara warga negara dengan penguasa yang dipiliah di
antara warga negara tersebut (Pactum Unionis). Thomas Hobbes
mengakui adanya Pactum Subjectionis saja. John Lock
mengakui adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis dan
JJ Roessaeu mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga paham
ini berpenbdapat demikian. Namun pada intinya teori perjanjian
ini meng-amanahkan adanya perlindungan Hak Asasi Warga
Negara yang harus dijamin oleh penguasa, bentuk jaminan itu
mustilah tertuang dalam konstitusi (Perjanjian Bernegara).
Pengertian HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia,
sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB),
dalam Teaching Human Rights, United Nations
sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa
2

HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,


yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta
sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia

Ciri Pokok Hakikat HAM

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik


kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM
yaitu:

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM


adalah bagian dari manusia secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul
sosial dan bangsa.

HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai


hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang
tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat
4
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM
(Mansyur Fakih, 2003).

Perkembangan Pemikiran HAM


Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
o Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM
hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus
pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum
dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang

dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negaranegara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu
tertib hukum yang baru.
o Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut
hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi,
o 5
o politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi
kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan
cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi
kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan
sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak
sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.

o Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM


generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya
kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut
dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam
pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga
juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi
6
penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama,
sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak
rakyat lainnya yang dilanggar.

o Generasi keempat yang mengkritik peranan negara


yang sangat dominant dalam proses pembangunan
yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan
menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya
aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan
kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran
HAM generasi keempat dipelopori oleh Negarao 7
o negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983
melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and
Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:


Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa
lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan
lahirnya magna Charta yang antara lain memuat
pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan
absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri
tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi
dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta

8
pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur
Effendi,1994).

The American declaration


Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan
munculnya The American Declaration of Independence
yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu.
Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila
sesudah lahir ia harus dibelenggu.
The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French
Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan
tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam
9
The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh
ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan

itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya


orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan
dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan ia bersalah.
1. The four freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan
pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah
sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak
kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap
bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai
dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari
10

ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan


persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada
dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan
terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:
o Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang
paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
o Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di
Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949, berlaku UUD 1945

11
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus
1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia
Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku
UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku
Kembali UUD 1945.

Dalam kaitannya dengan itu, maka HAM yang kita kenal


sekarang adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan yang hakhak yang sebelumnya termuat, misal, dalam Deklarasi
Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi Perancis. HAM yang
dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang dikembangkan
oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak
mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai
konsekuensinya, negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak
melindungi HAM yang bukan warga negaranya. Dengan kata

lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap negara, tanpa


kecuali
12
, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab, utamanya
terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam
jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya,
pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah untuk
mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak
yang dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja,
sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral
dari kajian dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh
karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas
internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu
HAM di tingkat domestik. Malahan, peran komunitas
internasional sangat pokok dalam perlindungan HAM karena
sifat dan watak HAM itu sendiri yang merupakan mekanisme
pertahanan dan perlindungan individu terhadap kekuasaan
negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana
telah sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Contoh
pelanggaran HAM:
1.Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan
sewenang-wenang.

2.Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat


dan berkumpul bagi hak rakyat dan oposisi.
13

3.Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan


tidak manusiawi.
4.Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan
keinginan penguasa dan partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir
rakyat dan oposisi.
5.Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan
kekerasan/anarkis terhadap rakyat dan oposisi di manapun.
PELANGGARAN HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan atau tindakan
individu atau sekelompok orang, termasuk aparat negara, baik
disengaja mapun tidak disengaja, atau karena kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan/atau
mencabut HAM individu atau sekelompok orang yang dijamin
oleh Undang-Undang dan tidak didapatkan atau dikahawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian,
pelanggaran HAM merupakan
tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi
negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain

tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang
menjadi pijakannya.
14

Pelanggaran HAM dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu


pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan.
Pelanggaran HAM berat terbagi atas dua, yaitu:
Kejahatan genosida
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan
cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan
fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok dan memindahkan
secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.

15
Kejahatan kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan,
pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang
melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional,
penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara
paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara
paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara,
penganiayaan terhadap satu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasarkan pada persamaan paham politik,
ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan
lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa,
dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran HAM ringan

Pelanggaran HAM ringan merupakan pelanggaran HAM selain


genosida dan kejahatan kemanusiaan. Dalam konteks ini,
pembunuhan, pemerkosaan secara individual maupun
berkelompok, penipuan, perampokan, penyiksaan fisik dan/atau
psikologis seseorang, intimidasi, pengekangan
16
terhadap kebebasan seseorang, dan bentuk pelanggaran lainnya.
1. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
2. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genisida)
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan
pengadilan
3. Penyiksaan
4. Penghilangan orang secara paksa
5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara
sistematis
Berikut adalah beberapa contoh kasus HAM ringan.

Contoh kasus pelanggaran HAM dilingkungan keluarga antara


lain:
17
Orang tua yang memaksakan keinginannya kepada anaknya
(tentang masuk sekolah, memilih pekerjaan, dipaksa untuk
bekerja, memilih jodoh).
1. Orang tua menyiksa/menganiaya/membunuh anaknya
sendiri.
2. Anak melawan/menganiaya/membunuh saudaranya atau
orang tuanya sendiri.
3. Majikan dan atau anggota keluarga memperlakukan
pembantunya sewenang-wenang dirumah.
Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain :
1. Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah (berdasarkan
kepintaran, kekayaan, atau perilakunya).
2. Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada siswanya
secara fisik (dijewer, dicubit, ditendang, disetrap di depan kelas
atau dijemur di tengah lapangan).
3. Siswa mengejek/menghina siswa yang lain.
4. Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain.

5. Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman


sekolahnya ataupun dengan siswa dari sekolah yang lain.

18
Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain :
1. Pertikaian antarkelompok/antargeng, atau
antarsuku(konflik sosial).
2. Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang pencuri
atau anggota masyarakat yang tertangkap basah melakukan
perbuatan asusila.
3. Merusak sarana/fasilitas umum karena kecewa atau tidak
puas dengan kebijakan yang ada.

19

BAB II
CONTOH KASUS
PELANGGARAN HAM RINGAN
1. KASUS PENCEMARAN NAMA BAIK
Kasus ini terjadi pada seorang
ibu rumah tangga bernama Prita
Mulyasari, mantan pasien Rumah
Sakit Omni Internasional Alam Sutra
Tangerang. Saat dirawat Prita
Mulyasari
tidak
mendapatkan
kesembuhan, malah penyakitnya
bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan
keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis
yang diperlukan pasien. Kemudian Prita Mulyasari Vila - warga
Melati Mas Residence Serpong ini - mengeluhkan pelayanan
rumah sakit tersebut lewat surat elektronik yang kemudian
menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya.
Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional marah,
dan merasa dicemarkan. Lalu RS Omni International
mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita
Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata.
Kejaksaan Negeri Tangerang telah menahan Prita Mulyasari di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009
20

karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan


menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Banyak pihak yang menyayangkan
penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal 27 ayat 3
Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE), karena akan mengancam
kebebasan berekspresi. Pasal ini menyebutkan : "Setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik."
Beberapa aliansi menilai bahwa rumusan pasal tersebut
sangatlah lentur dan bersifat multi intrepretasi. Menurut
Komisioner Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan Nur
Kholis, dalam kasus ini terdapat adanya indikasi pelanggaran
HAM dimana terdapat pihak yang menghalangi hak kebebasan
seseorang untuk menyampaikan pendapat. Kasus ini juga akan
membawa dampak buruk dan membuat masyarakat takut
menyampaikan pendapat atau komentarnya di ranah dunia maya.
Pasal 27 ayat 3 ini memiliki sanksi denda hingga Rp. 1 miliar
dan penjara hingga enam tahun.

21

Tanggapan :
Menurut kami, kasus di atas merupakan salah satu contoh
kasus pelanggaran HAM yang bersifat ringan dimana tidak
terdapat korban jiwa atau tindak kekerasan yang berlebihan.
Kasus diatas dikategorikan sebagai kasus pelanggaran
HAM, diakibatkan adanya pelanggaran terhadap pasal 27 ayat 3
Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) yang berbunyi : "Setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik." Pasal ini dilanggar oleh Prita Mulyasari yang dianggap
mencemarkan nama baik RS Omni Internasional di dunia maya.
Namun, menurut pendapat kami bahwa sebenarnya yang
menjadi korban pelanggaran HAM tersebut adalah Prita
Mulyasari, dimana adanya pihak yang menghalangi hak
kebebasan dirinya untuk menyampaikan pendapat di dunia
maya. Menurut kami, untuk kasus seperti itu, terlalu berlebihan
jika hanya karena menulis surat elektronik harus mendapat
hukuman 6 tahun penjara.

22

2.KASUS SMAN 3 JAKARTA


Arfiand Caesar Al Irhami (16) meninggal dunia di RS MMC
pada tanggal 20 Juni 2014, Jumat siang. Diduga remaja yang
baru duduk di kelas 1 SMA 3 Setiabudi, Jakarta ini mengalami
kekerasan dari seniornya. Pada Jumat pukul 11.00 WIB, Alfian
menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU. Dia
sebelumnya mengikuti eskul pecinta alam di sekolah itu.
Kasat Reskrim Polres Jaksel Kompol Indra Fadilah Siregar
meyatakan Arfiand pulang diantar orangtuanya dari acara
pelantikan eskul pecinta alam Sabawana selama selapan hari.
Ketika diperiksa, badannya penuh luka lebam biru dan muka
bonyok. Neneng menuturkan, ketika dilakukan pemeriksaan ada
indikasi usus korban bocor karena keluar cairan warna hijau dan
hidung mengeluarkan darah. Dirinya tak habis pikir dan
bertanya-tanya, apa yang dilakukan dalam ekstrakulikuler
tersebut hingga ACA harus menerima perlakukan seperti itu.
Saat dilakukan catheter, keluar cairan hijau dan saat
hidungnya dimasukkan selang langsung keluar darah.
Rencananya, ACA akan dioperasi pada pukul 12.00 WIB tadi
namun jam 11.00 WIB, ACA sudah meninggal, jelas dia.
Terkait kejadian tersebut, lanjut Neneng, keluarga ACA tak
menuduh tetapi menuntut penjelasan dari pihak sekolah soal
kejadian tersebut.

23
Misteri penyebab kematian Afriand Caesary Alirhami, siswa
SMA Negeri 3 Jakarta menemui titik terang dimana hasil visum
polisi menyatakan kematian korban akibat pukulan benda
tumpul. Hingga kini, polisi masih menunggu hasil visum korban
seluruhnya guna proses penyelidikan selanjutnya terkait dugaan
adanya aksi penganiayaan terhadap korban.

Polisi sudah memeriksa 30 saksi terkait kasus dugaan tindak


kekerasan yang menewaskan seorang siswa SMAN 3 Setiabudi
Jakarta Selatan, Arfiand Caesar Al Irhami (16). Polisi
mengatakan, dari keterangan 30 saksi yang terdiri atas siswa,
guru, dan orangtua murid, semua mengarah kepada senior di
Sabhawana. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro
Jaya Kombes Rikwanto mengatakan jika visum sudah keluar,
maka kasus ini akan semakin jelas. Rikwanto mengatakan,
menurut para saksi, penganiayaan dilakukan di luar rencana
kegiatan. Sementara itu, pelaku penganiayaan lebih dari dua
orang.
Penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jaksel
menetapkan 5 siswa SMA 3 Setiabudi sebagai tersangka dalam
kasus tewasnya Afrian, siswa kelas 1 SMA 3 dalam kegiatan
pecinta alam di Tangkuban Perahu, Bandung beberapa waktu
lalu. Kelimanya diduga kuat melakukan penganiayaan terhadap
korban. Kelimanya berinisial DW, TM, AM, KR dan PU, murid

24
Kelas II SMA 3 Setiabudi. Dari kelima tersangka, 4 pria dan
1 wanita.
Mereka berperan sebagai pembina siswa yang melakukan
kegiatan pecinta alam. Panggilan pemeriksaan kelimanya hari
ini jam 10, imbuhnya. Rikwanto menambahkan, penetapan
status tersangka terhadap kelimanya itu dilakukan setelah
penyidik Polres Jaksel melakukan pemeriksaan terhadap saksisaksi. Polisi juga melakukan rekonstruksi mini di TKP, yang
diperankan oleh pemeran pengganti oleh siswa yang ikut dalam
kegiatan tersebut.
Tanggapan:
Sebagai siswa yang sedang mengikuti kegiatan pelantikan
untuk menjadi anggota pecinta alam dan ternyata malah dianiaya
oleh para seniornya adalah sebuah tindakan yang melanggar
HAM karena meliputi pemukulan dan penganiayaan hingga
menghilangkan nyawa walaupun tujuannya belum sampai ke
tahap ini. Terlebih lagi yang menganiaya anak tersebut bukan
hanya satu lawan satu melainkan lima lawan satu dan mereka
tidak boleh membiarkan anak tersebut melawannya maka hal ini
sudah termasuk bulliying. Sebenarnya para penganiaya ini tidak

boleh memanfaatkan kesempatan


ini sebagai tindakan senioritas
terhadap para junior. Tujuan dari
pemukulan ini pun juga tidak jelas.
Jadi mengapa harus melakukan
tindakan penganiayaan seperti ini
jika tidak ada untungnya justru malah merugikan satu pihak.
Sudah jelas pelaku harus dikenakan hukuman sesuai undangundang yang ada. Selain itu dari kejadian ini terlihat bahwa
kurangnya perhatian dan tanggung jawab panitia terhadap acara
ini sampai kasus seperti ini terjadi. Sangat menyedihkan melihat
kelakuan senioritas siswa Indonesia zaman sekarang karena itu
tidak bermutu dan tidak berpendidikan yang ada malah merusak.
Siswa perlu diberi hukuman dan penyuluhan yang lebih keras
lagi.
2. DILARANGNYA MENGGUNAKAN JILBAB DI
NEGARA INI
Pada awal dekade 1990-an, Menteri Dalam Negeri Perancis
memerintahkan pelarangan penggunaan pakaian Islami oleh para
pelajar muslimah di sekolah-sekolah Perancis. Ketika itu,
program anti jilbab hanya dilakukan dalam bentuk surat
perintah kepada kepala-kepala sekolah dan keputusan akhir
terletak pada kepala sekolah tersebut. Dengan cara ini, ada
kemungkinan kepala sekolah tetap mengizinkan pelajar
muslimah untuk tetap melanjutkan pelajaran mereka dengan

mengenakan jilbab. Akibat kebijakan itu, pelajar muslimah di


Perancis sampai diusir dari sekolahnya karena berjilbab.
Terdapat juga pelajar yang diusir karena tidak mau melepaskan

26
jilbab dan menggunakan celana pendek ketika berolahraga.
Alasan yang digunakan adalah karena olahraga mengharuskan
memakai pakaian yang membuat leluasa dalam bergerak.
Peristiwa pengusiran siswa tersebut akhirnya memicu
gelombang demonstrasi yang besar-besaran dari umat Islam di
Prancis untuk menuntut kebebasan. Akhirnya, pemerintah
mengeluarkan kebijaksanaan pada 2 November 1992 yang
memperbolehkan para siswi muslimah untuk mengenakan jilbab
di sekolah-sekolah negeri.
Meski demikian, bukan berarti gerakan anti jilbab berakhir.
Pada akhir tahun 2002, seorang pekerja wanita muslim bernama
Dalila Tahiri, dipecat perusahaan tempatnya bekerja lantaran
menolak menanggalkan jilbab yang dikenakannya saat bekerja.
Padahal dirinya telah bekerja ditempat tersebut selama 8 tahun.
Selama itu pula jilbab yang dikenakannya tidak menimbulkan
masalah apapun, baik dalam kualitas pekerjaannya ataupun
hubungan baiknya dengan sesama pekerja. Kebijakan yang
secara tiba-tiba diterapkan oleh perusahannya itu dipicu oleh
tragedi 11 September yang mengguncang Amerika Serikat tahun
2001. Tidak hanya itu, bahkan seorang anggota tim juri

pengadilan kota Bubini, Paris, telah dipecat dari pekerjaannya


atas perintah Jaksa Agung Perancis hanya karena muslimah
tersebut mengenakan jilbab.

27

Di tahun 2004, Pemerintah Perancis yang melakukan


tindakan yang lebih mengejutkan. Presiden dan Perdana
Menterinya, Jacques Chirac dan Jean-Pierre Raffarin, berusaha
melancarkan serangan terhadap jilbab dan simbol-simbol
keagamaan seperti salib dan topi Yahudi dengan menggunakan
undang-undang yang melarang pemakaian simbol-simbol
keagamaan di sekolah dan di kampus. Undang-undang ini
dikeluarkan dengan alasan menjaga kesekuleran Perancis.
Undang-Undamg ini disahkan pada 10 Februari 2004 dengan
disetujui 494 anggota parlemen dan ditolak oleh 39 anggota
parlemen. Kebijakan Perancis ini mendapat kecaman luas dari
dunia Internasional. Sungguh ini lebih terlihat sebagai upaya
rasisme daripada memurnikan sekularisme.
Undang-undang ini ternyata tidak main-main sebab tersedia
hukuman yang diterima bagi wanita yang tetap memaksa
memakai burqa (jilbab), yaitu didenda 150 euro atau wajib
berpartisipasi dalam pelajaran kewarganegaraan. Sementara
orang yang memaksa seorang wanita untuk menutup wajahnya
dihukum selama satu tahun penjara dan denda 30.000 euro.

28

Namun, undang-undang ini


tidak
diberlakukan
untuk
menutup wajah dalam kegiatan
festival dan acara seni.
Wanita muslimah yang memakai burqa di Perancis
jumlahnya hanya sekitar 2.000 orang.
Tanggapan:
Menurut saya, Sungguh hal yang sangat aneh bahwa
peraturan selevel undang-undang hanya digunakan untuk
mengatur atau mengendalikan suatu kelompok minoritas yang
jumlahnya pun kecil. Seakan-akan terlihat bahwa pemerintah
Perancis merasa ketakutan dengan hanya 2.000 orang muslim
yang menggunakan burqa. Padahal mereka juga bukan
kelompok berbahaya yang mengancam eksistensi Perancis
maupun stabilitas keamanan Perancis. Mereka bukanlah teroris,
pengedar narkoba, maupun kelompok propagandais, mereka
hanya orang yang setia menjalankan apa yang diyakininya
benar, nyaman, dan bermanfaat bagi dirinya.

29
PELANGGARAN HAM BERAT
1. KASUS STPDN
Belum usai pilu peristiwa kekerasan hingga berujung kematian
di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, pendidikan pemerintah
kembali
tercoreng
akibat
sistem
liar
senioritas.
Lima Praja putri Institute Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)
harus dilarikan ke rumah sakit, setelah mengikuti kegiatan
civitas yang berujung adu jotos antara senior dan junior.
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit,
kelimanya dipastikan terkena cairan asam, dua di antaranya
positif menderita pengelupasan epitel kornea mata. Namun
anehnya, pihak kampus membantah semua hasil pemeriksaan
rumah
sakit.
Berikut lima kisah di balik kekerasan Praja IPDN disiram air
keras:
1 Cekcok berujung penyiraman air keras
Kejadian mengerikan tersebut bermula dari kegiatan para civitas
akademika IPDN ke Gunung Manglayang, Cileunyi, Kabupaten
Bandung, pada Minggu 27 April lalu sore.

30

Kegiatan itu diikuti sejumlah praja wanita tingkat II dan III. Di


sana lah cek-cok terjadi hingga menyebabkan adanya dugaan
adu jotos. Senior menyiramkan cairan keras kepada lima junior.
Kelimanya adalah Mutia Pratama, Indira Afriani, Nurul Riza,
Dian Purna Sari dan Fungki Sandi praja wanita tingkat II.
Kepolisian Jatinangor mengakui pihak kampus terkesan
menutup-nutupi kasus tersebut.
2

Hasil pemeriksaan RS membuktikan kebenaran

Dokter Spesialis Infeksi Imunologi RS Mata Cicendo Susi


Heryati membenarkan menangani lima praja IPDN terkena
cairan
asam.
"Ya benar ada (pasien), mereka terkena cairan asam, kita tidak
tahu lebih jelas tetapi ada trauma," katanya di RS Cicendo
Bandung,
Selasa
(29/4).
Untung kelimanya masih bisa ditangani. "Ya untung asam,
bukan
basa,"
ujarnya.
Dua dari lima korban mengalami luka di mata berupa
pengelupasan epitel kornea.

31
Selebihnya mengalami iritasi di permukaan mata.

IPDN bantah hasil pemeriksaan RS Mata Cicendo

IPDN membantah hasil pemeriksaan lima praja oleh RS Mata


Cicendo. IPDN bersikeras bahwa kelimanya hanya kecipratan
tanah
liat,
bukan
terkena
air
keras.
"Minggu itu kan hujan suasana becek. Terciprat itu mata kena
iritasi dari tanah liat. Dan itulah yang kemudian kami bawa ke
klinik (kampus) lalu ke rumah sakit AMC dan kemudian ke
Rumah Sakit Cicendo untuk dibersihkan," kata Kepala Biro
Kemahasiswaan
Bernhard.
Dia berdalih para prajanya tidak mungkin membawa air keras
untuk kegiatan tersebut.
4

IPDN terkesan menutupi kasus

Selain membantah lima praja terkena siraman air keras, IPDN


juga terkesan menutupi kasus tersebut. Hal itu diakui Kapolsek
Jatinangor Kompol Roedy de Vries.
32

Data yang diterima Kepolisian sangat minim. Sehingga


pihaknya akan mencari informasi lain untuk mengungkap
kebenaran kasus itu.
5

Polisi dalami kasus penyiraman air keras

Polsek Jatinangor Sumedang akan mengusut adanya dugaan


penyiraman air asam terhadap lima praja putri tingkat II IPDN.
"Dari reserse memang ada informasi yang masuk. Enggak tahu
baku hantam atau siram-siraman, tapi (korban) sempat periksa
mata di Rumah Sakit Mata Cicendo," kata Kapolsek Jatinango.
Bukti kasus IPDN / STPDN:
Penasaran dengan kehidupan para praja di balik tembok Sekolah
Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (STPDN)? Bacalah novel
berjudul Sang Abdi Praja ini. Ceritanya ditulis sang pengarang,
Jose Rizal, berdasarkan kisahnya sendiri. Jose ini lulusan
STPDN yang kini mencalonkan diri jadi Wakil Walikota
Pariaman, Sumbar.
Sejak lama cerita tentang kehidupan para praja STPDN memang
mengundang penasaran. Apalagi di sana sering terjadi kekerasan
antar praja. Tak satu dua yang meninggal lantaran dipukuli,
ditendang oleh sesama praja lainnya.

33

Dilihat dari pemberitaan tentang kekerasan, kesannya kampus


itu seperti sarang mafia saja.
Pada buku ini, Jose memaparkan semuanya. Bahwa
sesungguhnya, pada masa ia menjadi praja di sana (mulai 1995)
kekerasan memang membudaya. Ibaratnya warisan turun
temurun yang tak bisa diputus.
Dari keseluruhan kisah di novel ini, Jose begitu berani
memaparkan detail pembinaan yang dilakukan dengan
kekerasan fisik di kampus itu. Membacanya mungkin akan
membuat pembaca miris. Di sana, tulis Jose, salam antara senior
dan junior saja diganti dengan kepalan tinju ke ulu hati.
Himbauan jangan mengantuk diganti dengan tamparan bertubitubi di kedua pipi.
Itu hanya beberapa pembinaan ringan yang bersifat rutin saja.
Ada pula yang lebih keras daripada itu. Misalnya berguling
bolak balik di rumput berlumpur sambil ditendang atau digebuki
ramai-ramai oleh para senior. Intinya, tendangan dan pukulan
menjadi makanan sehari-hari praja di sana. Kecuali untuk praja
putri.
Pada novel ini, diceritakan anak minang asli Pariaman, Abdi
Praja berjuang masuk menjadi praja STPDN. Kiranya bukan
hanya sekedar untuk masuk saja yang susah.
34

Keseharian di STPDN sangat berat, keras. Abdi sering dipukuli,


ditendang.
Ada pula Bernie dari Merauke dan Abdul Rohman dari Solo.
Mereka punya cita-cita sama, ingin menjadi pegawai negeri.
Demi meraih cita-cita, mereka pun menempuh pendidikan di
STPDN. Nasib mereka sama saja. Acap dipukuli, ditendang. Di
sana memang tak ada yang lolos dari hukum kekerasan dari
para senior.
Di bawah kerasnya binaan pendidik dan senior, persahabatan
para praja ini pun terjalin. Banyak kegiatan baru yang ditemui
para siswa di sana, seperti tepuk nyamuk, cuci muka ala
STPDN, dan tebeem. Bingung dengan istilah-istilah itu?
Tenang saja. Di dalam novel, Jose telah membuat halaman
khusus sebagai kamus istilah. Istilah-istilah aneh itu sebutan
yang dipakai para praja untuk mengidentifikasi jenis kekerasan
di STPDN. Seperti tepuk nyamuk misalnya, itu adalah jenis
tamparan keras ke pipi.
TANGGAPAN:
Dari kilasan di atas, kasus kekerasan pada STPDN atau yang
sekarang sudah berganti nama menjadi IPDN termasuk kasus
pelanggaran HAM berat. Jenis pelanggaran HAM berat adalah
genosida, pembunuhan massal dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Menurut berbagai sumber, kasus STPDN ini
35

sudah memenuhi indikasi adanya kejahatan kemanusiaan yang


dilakukan secara sistematis dan luas, entah dari para guru
ataupun senior ke junior. Kasus ini berpotensi mempengaruhi
keanggotan RI di Dewan HAM PBB.
Jika di rinci, secara garis besar, kasus kekerasan di STPDN ini
sudah melanggar hampir semua undang-undang di Indonesia
mengenai HAM, yaitu:
1 UU NO 39 TAHUN 1999 Pasal 1 Ayat 4:
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang
hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari
orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang
telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau
orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau
orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan
tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan,
atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik.
Terbukti bahwa murid-murid STPDN di siksa dengan keji
yaitu disiram air keras, cairan asam atau bahkan dipukuli
hingga tewas
36

2.UU NO 39 TAHUN 1999 Pasal 12


Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan
dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak
mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
Terbukti bahwa korban-korban STPDN tidak memperoleh
pendidikan yang baik, karena mereka bukannya diberi
kecerdasan melainkan disiksa habis-habisan.
2 UU NO 39 TAHUN 1999 PASAL 30
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
Bagaima tentram jika setiap hari senior, alumni, bahkan
guru pun melakukan ritual-ritual kekerasan yang dianggap
sudah menja tradisi, namun dapat merenggut nyawa?
3 UU NO 39 TAHUN 1999 PASAL 33
(1)
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan,
penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi, merendahkan derajat dan martabat
kemanusiaannya.
(2)
37

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa


dan penghilangan nyawa.
Jelas undang-undang ini dilanggar, karena kekerasan
merupakan makanan sehari-hari siswa/I STPDN.
Penghilangan nyawa, sudah menjadi tradisi karena
kekerasan yang bertubi-tubi di STPDN

2. KASUS TRAGEDI TRISAKTI


Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang
terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung
DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Seorang
mahasiswi
tergeletak di jalan
setelah pecah
bentrokan antara
petugas keamanan
dan para
mahasiswa
Universitas Trisakti dalam unjuk keprihatinan di depan Kampus
Universitas Trisakti, Jakarta, Selasa (12/5/1998) petang]] 38

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei


1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut
Soeharto turun dari jabatannya.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju
gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka
dihambat oleh blokade dari Polrimiliter datang kemudian.
Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak
mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat
keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa.
Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar
berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus
melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan
ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada dilokasi pada saat itu
adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9,
Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad,
Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara
Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan
tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.

39

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas


tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis serta puluhan
lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri
Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas
tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempattempat vital seperti kepala, leher, dan dada.
Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah
menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian
disebabkan peluru tajam.
Inilah sekilas dari apa yang telah terjadi 12 Mei 1998 di
Jakarta yang mewakili apa yang terjadi di Indonesia.
TANGGAPAN
Tragedi Trisakti sangat terkenal, disini para mahasiswa
menjadi korban akan rezim Soeharto. Dalam penertiban aksi
unjuk rasa ini ternyata para aparat keamanan tidak melakukan
apa yang seharusnya mereka lakukan. Penemuan 4 mayat
sebagai korban aksi ini memecah emosi mahasiswa dan
masyarakat. Aparat keamanan melanggar hak asasi dari para
mahasiswa.

40

Pelanggaran hak asasi yang tejadi yaitu para pemerintah dan


para aparat keamanan merebut hak mereka untuk beraspirasi,
menyuarakan pendapat mereka. Para mahasiswa itu menuntut
agar Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI, turun
dari jabatannya. Mengapa? Ternyata Soeharto menjalankan
pemerintahannya secara diktator, hak-hak masyarakat tidak
diakui, krisis moneter yang menjadi akibat dari perbuatannya,
dan masih banyak keburukan ain dari pemerintahannya.
Yang kedua adalah hak keempat mahasiswa untuk
memperoleh pendidikan yang layak juga telah diambil bersama
dengan hak hidup mereka. Suatu kekejian yang dilakukan oleh
pemrintah melalui aparat keamanan yang ada saat itu.
Mahasiswa yang saat itu hanya ingin menyuarakan aspirasi
mereka akan apa yang terjadi di negara mereka dan
menyampaikan apa yang menjadi keinginan mereka dan bangsa
Indonesia ternyata harus mendapat tindakan penertiban dari
aparat keamanan. Kekerasan yang terjadi menjadi suatu
keprihatinan bangsa, kekecewaan rakyat terhadap respon dan
tindakan pemerintah. Katanya Indonesia adalah Negara yang
adil dan merdeka, namun apa yang terjadi? Saatgenerasi
mudanya ingin mengkritisi negaranya sendiri ternyata mereka
dicegah, dipukul, disiksa,

41

kampus mereka dilempari gas air mata, peluru karet


ditembakkan, dan tewasnya emapt generasi muda bangsa.
Saat kejadian itu usai, para pejabat dan komnas HAM
mengunjungi para korban dan mengatakan akan mengusut kasus
ini. Namun ternyata sampai detik ini tidak ada langkah tegas
yang diambil pemerintah. Tidak mungkin peperintah melupakan
kejadian ini apalagi selalu diperingati tiap tahunnya.
Bagaimana mengatasi kasus pelanggaran HAM pada kasus
Trisakti ini?
Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus
menyelidiki dengan seksama apa yang terjadi saat itu, siapa
yang menembaki mahasiswa itu dan mengapa mereka harus
ditembaki. Komnas HAM harus segera menuntaskannya agar
kepercayaan bangsa Indonesia terhadap pemerintahnya tidak
hilang akibat janji-janji kosong mengenai tindakan lanjut dari
tragedi di Trisakti.
Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus
mendukung penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung
Komnas HAM dalam investigasi dengan menyediakan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dalam investigasi. Parapejabat
tinggi militer pun harus mendisiplinkan mereka yang saat itu
bertugas menjaga ketertiban massa,
42

karena ternyata mereka membunuh empat mahasiswa


dengan peluru bermesiu, bukan peluru karet.
Dan suatu hal yang tidak biasa menertibkan massa dengan
peluru karet.
Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk
mengadili dengan adil tiap mereka yang bertanggung jawab
akan aksi kekerasan dan penembakan yang terjadi. Jangan
sampai keputusan yang diambil tidak sebanding denagn
perbuatan mereka.
Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak
sanggup melakukan penegakan HAM di Indonesia, masyarakat
kita harus meminta lembaga yang lebih tinggi lagi, yaitu PBB,
untuk mengambil alih kasus ini sebelum kasus ini kadaluarsa
dan ditutup sehingga mengecewakan masyarakat Indonesia.
Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu
cara untuk mengatasi terulangnya kejadian ini adalah
pembenahan akan jiwa pemerintah agar menghargai hak-hak
asasi dari warga Indonesia, melalui mengusahakn secara
maksimal agar hak mereka untuk hidup dijunjung tinggi, begitu
pula hak asasi lain seperti hak mereka untuk memperoleh
penghidupan yang layak,
43

perekonomian yang baik, kebebasab individu diakui sesuai


nilai Pancasila yangberkembang dalam masyarakat. Maka
pemerintah Indonesia harus memperbaiki hidup bangsa ini.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam realita kehidupan bangsa ini, masih banyak terjadi
pelanggaran HAM, baik dilakukan oleh warga negara terhadap
warga negara ataupun negara terhadap warga negaranya sendiri.
Dapat dicontohkan seperti peristiwa pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, penculiakan dan tindak
diskriminatif serta pemaksaan kehendak dari yang kuat terhadap
pihak yang tidak berdaya.
2. SARAN
Jadi janganlah jikalau hanya masalah kecil itu di besarbesarkan hingga terjadi kericuhan yang dapat merugikan dan
membunuh orang banyak.
Hindarilah perbuatan main hakim sendiri tanpa mencarii
tahu sebab dan akibat dari perbuatannya.
Dan mari bersama kita bangun Indonesia sebagai negri
yang aman, negeri yang adil dan negeri yang sentosa.
44

DAFTAR PUSTAKA
http://makalahpknkasuspelanggaranham.blogspot.com/
Buku Kerja Siswa Pendidikan Kewarganegaraan, SMA/MA,
kelas X, penerbit MEDIATAMA, tahun 2012
Wikipedia
Google search engine

45

Anda mungkin juga menyukai