Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan4
Page | 2
Bab 2 Pembahasan6
Bab 3 Penutup..11
Daftar Pustaka.12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hutan sebagai paru-paru dunia juga penyumbang oksigen dan keanekaragaman hayati
terbesar di muka bumi.Terdapat berbagai jenis flora dan fauna didalamnya.Hutan adalah
bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia yang dapat ditemukan baik di daerah
Page | 3
tropis maupun daerah beriklim dingin.Sebagai fungsi ekosistem, hutan berperan sebagai
lumbung air, penyeimbang lingkungan, dan mencegah timbulnya pemanasan global.
Hutan Indonesia merupakan hutan terluas ke-3 di dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas
hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau sekitar 63 persen luas
daratan. Penyebaran hutan di Indonesia hampir berada di seluruh wilayah nusantara,
termasuk Provinsi Riau. Sebagian besar wilayah hutan Provinsi Riau merupakan lahan
gambut yang sangat berpotensi untuk pertumbuhan kelapa sawit.Dari luasan total lahan
gambut di dunia sebesar 423.825.000 ha, sebanyak 38.317.000 ha terdapat di wilayah
tropika. Sekitar 50% dari luasan lahan gambut tropika tersebut terdapat di Indonesia yang
tersebar di pulau-pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua, sehingga Indonesia menempati
urutan ke-4 dalam hal luas total lahan gambut sedunia, setelah Kanada, Uni Soviet, dan
Amerika Serikat.Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis lainnya,
yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar luas terutama di pulau Sumatera, Kalimantan dan
Papua (BB Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Lahan gambut Riau
menempati urutan ke-2 terbanyak setelah provinsi Papua.
Oleh karena itu, banyak perusahaan-perusahaan baik swasta asing maupun dalam negeri
yang berminat dan tertarik terhadap lahan gambut di Provinsi Riau dan kemudian
melakukan kerjasama untuk membangun perkebunan kelapa sawit yang akan diolah
menjadi minyak. Namun tidak semua perusahaan yang menaati peraturan pemerintah
terutama dalam hal pengelolaan lahan untuk pembangunan sehingga timbulah tindakan
illegal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut yang hanya dapat memberikan
keuntungan sepihak. Misalkan, pembukaan lahan yang dilakukan dengan
carapembakaran hutan.
Dengan semakin banyaknya lahan yang dibakar maka akan meningkatkan kadar asap dari
kebakaran itu sendiri. Apalagi asap yang ditimbulkan dari pembakaran lahan gambut
yang dinilai sangat sulit dalam upaya penyelesaiannya. Dikarenakan, saat musim
kemarau tiba permukaan tanah gambut cepat sekali kering dan mudah terbakar, dan api di
permukaan juga dapat merambat ke lapisan dalam yang relatif lembab. Oleh karenanya,
ketika terbakar, kobaran api tersebut akan bercampur dengan uap air di dalam gambut dan
menghasilkan asap yang sangat banyak.
Kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar,
tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya.
Kebakaran hutan sangat rawan terjadi ketika musim kemarau.
Adapun beberapa penyebab terjadinya kebakaran hutan antara lain: Pembakaran lahan
yang tidak terkendali, kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar
peraturan pembukaan lahan, aktivitas vulkanisme, dan kecerobohan manusia.
Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan (kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak), adalah sebuah
kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan
Page | 5
lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan
pembakaran.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti api liar yang berasal dari sebuah
sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa
Pertengahan sebagai senjata maritime. Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan
kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar. Namun, sebab utama dari kebakaran
hutan adalah pembukaan lahan yang meliputi:
1. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain
Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan.
Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar,
kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha
perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan. pembukaan lahan yang
paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.
1. Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan
bekas HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan di daerah yang beralang-alang.
2. Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk
memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.
3. Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan
pembukaan lahan.
4. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih
jalan alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan.
5. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
6. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan
dan tanpa mematikan apinya terlebih dahulu.
2.2 Akibat Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Dan Alam Sekitar
Akibat yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:
1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer yang mengakibatkan
gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama
dan ekonomi. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan
perdagangan/ekonomi.
Gangguan
asap
juga
terjadi
pada
sarana
perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan
udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang
yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan
tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak
asap
atau
rusaknya
habitat.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
Page | 6
(g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.
2. Upaya Penanggulangan
Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga nelakukan penanggulangan
melalui berbagai kegiatan antara lain (Soemarsono, 1997):
(a) Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan
pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II.
(b) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di
jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-perusahaan.
(c) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui
PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan
SATLAK kebakaran hutan dan lahan.
(d) Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan
BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan
pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung;
Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea Selatan,
Cina dan lain-lain.
3. Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini ternyata
belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada
setiap musim kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
(a) Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
(b) Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih rendah.
(c) Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk koordinasi, memberikan
penyuluhan untuk kesadaran masyarakat, dan melakukan upaya pemadaman kebakaran
semak belukar dan hutan masih rendah.
(d) Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan kebakaran
hutan belum memadai.
Hasil identifikasi dari serentetan kebakaran hutan menunjukkan bahwa penyebab
utama kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu meluasnya areal
kebakaran adalah kegiatan perladangan, pembukaan HTI dan perkebunan serta konflik
hukum adat dengan hukum negara, maka untuk meningkatkan efektivitas dan optimasi
Page | 8
Page | 9
3. Pasanglah selang bertekanan sesuai keperluan. Bila lokasi kebakaran jauh, selang
dapat disambung, hingga 5 (lima) sambungan atau sepanjang 500 meter.
Keistimewaan selang ini adalah tidak mudah terlipat, tidak menyangkut apabila
ditarik, tenaga yang diperlukan untuk menarik sangat ringan.
4. Pasanglah Tongkat Semprot/Stik Semprot. Apabila sedang terjadi kebakaran,
aturlah stik semprot dengan cara mengabut. Kabut yang dibuat akan
memadamkan api secara luas dan mengurangi panas yang menyengat. Bila
memadamkan bekas kebakaran, aturlah stik dengan bentuk menembak. Air akan
masuk ke dalam kawah hingga ke lapisan bawah, api akan padam segera.
5. Gunakan Sepatu Both dalam tiap-tiap kegiatan pemadaman. Sepatu Both mampu
menahan panas pada kaki dan menghindari kaki mengalami pelepuhan oleh
panas.
6. Untuk mengatasi gangguan pernapasan, gunakan Masker Standar. Asap dan debu
dapat disaring, sehingga petugas pemadam dapat bertahan lama menghadapi api.
7. Saat melakukan pemadaman, di garis depan harus dilakukan secara bergantian.
Aturlah waktu yang tepat, sehingga petugas di garis depan dapat bekerja dengan
baik.
8. Fungsikan petugas pemantau dan penghubung yang menginformasikan kepada
petugas pemadam, kapan maju atau mundur melakukan pemadaman.
9. Persiapkan air minum yang segar bagi petugas yang memerlukannya.
10. Persiapkan petugas gawat darurat jika diperlukan.
11. Kebakaran yang baru terjadi akan segera padam apabila dilakukan dengan
pengabutan. Panas yang ditimbulkan berkurang karena butir-butir uap air yang
ditembakan menyerap panas. Petugas yang bekerja pada lini depan dapat bertahan
dalam waktu yang cukup lama. Efektifitas pemadaman akan berlangsung baik.
12. Pemadaman kawah api pada lahan gambut bekas terjadinya kebakaran dilakukan
dengan mengatur stik semprot seperti laju peluru. Air yang ditembakkan akan
masuk pada kawah-kawah yang dalam dan akan memadamkan api secara baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan
Page | 10
kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah,
dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undangundang dan peraturan pemerintah.
Kebakaran merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya hutan dan
akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat
besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya
pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil
yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait
dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
3.2 Saran
Melihat dari akibat kebakaran hutan diatas, maka dari itu kita sebagai manusia
hendaknya bisa menjaga hutan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://niasrait.blogspot.com/2014/02/karya-tulis-pelestarian-hutan-untuk.html
http://www.slideshare.net/IqbalM99/karya-ilmiah-kebakaran-hutan
https://erlinustantina.wordpress.com/2012/10/16/karya-tulis-ilmiah/
http://roockiez.blogspot.com/2012/11/contoh-karya-ilmiah.html
Page | 11
Waliadi, Suhada, dan Dedi. 2005. Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan.
Palangkaraya: CARE International Indonesia
Page | 12