Dalam amandemen III UUD 1945, presiden dan Wapres hanya dapat diberhentikan
dari jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir jika presiden dan Wapres
melakukan pelanggaran hukum (vide Pasal 7A amandemen III UUD 1945).
Karena presiden merupakan jabatan prestisius, maka persoalan-persoalan yang
diangkat dalam wacana RUU Kepresiden adalah persoalan-persoalan yang tidak jauh
dari persoalan agar calon dari masing-masing parpol di parlemen bisa gol.
Bahkan, para anggota fraksi tersebut berusaha menjegal calon parpol lain agar rival
dari calonnya berkurang. Usaha menjegal calon lainnya itu dapat kita lihat pada
adanya syarat pendidikan sarjana bagi capres/cawapres. Syarat pendidikan sarjana
bagi capres/cawapres akhirnya didrop.
Persoalannya kemudian mulai bergeser ke arah suara minimal atau persentase
perolehan secara nasional bagi parpol-parpol yang berhak mengajukan
capres/cawapres.
Partai Golkar menginginkan 20-25 persen, PDIP menginginkan 25 persen, PKB
menginginkan 15 persen, PPP 15 persen, Partai Demokrat 15 persen, PKS 15 persen,
PDS 15 persen, dan PAN 2,5 persen (Jawa Pos, 30/09/08).
Korupsi Politik
Perdebatan mengenai persentase minimal parpol yang dapat mengajukan capres dan
cawapres juga tidak bisa lepas dari kepentingan-kepentingan parpol agar mereka
dapat mengegolkan calonnya. Kalau kita lihat secara saksama, sebenarnya masalah
persentase yang diatur dalam UU No. 23/2003 tentang Pilpres tidak mengundang
masalah yang signifikan hingga sekarang.
Kedua, masalah tersebut diatur dalam UU Pilpres, tetapi dengan menambah kuantitas
ancaman hukumannya agar timbul efek jera bagi para pelaku kampanye pilpres.
Namun, alangkah bijaknya jika kita memilih opsi pertama, yaitu dimasukkan ke
dalam RUU Korupsi. Sebab, sebagaimana yang telah tampak dalam kasus Rokhmin
Dahuri, uang negara banyak dihamburkan untuk kepentingan capres/cawapres.
(Sumber: Jawa Pos, 4 Oktober 2008).
Tentang penulis:
Hananto Widodo, dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
http://gagasanhukum.wordpress.com/2008/10/06/ruu-pilpres-dan-korupsi-politik/