I. KELENJAR TIROID
A. Metabolisme dan Fungsi Tiroid1
Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) adalah regulator utama dari aktivitas metabolik
seluler. Kelenjar tiroid hanya bertanggung jawab untuk sekresi harian T4 (80-100 g per hari,
waktu paruh 6-7 hari). Sekitar 80% T3 diproduksi oleh deiodinasi ekstratiroid dari T4 (waktu
paruh 24-30 jam). Sintesis hormon tiroid dihasilkan melalui empat tahap.
Serum Tiroksin
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Serum Triiodotironin
Meningkat
Normal s/d menurun
Menurun
Normal
Perangsang Tiroid
Normal atau rendah
Meningkat
Menurun
Normal
C. Hipertiroidisme
1.
2.
3.
4.
1. Perioperatif
Pemeriksaan Fisis
Menentukan pembesaran leher karena struma :
Tiroid terdiri dari dua lobus kanan dan kiri, yang masing-masing dihubungkan oleh
satu lobus piramidalis yang berada di garis media melekat pada kartilago tiroidea dan
terdapat di fasia koli media. Karena kartilago tiroidea melekat pada trakea, maka pada
pergerakan trakea misal sewaktu menelan, maka tiroid juga ikut bergerak
Bila terjadi pembesaran di leher yang berasal dari tiroid, akan tampak pembesaran ini
bergerak naik turun sewaktu menelan.
Manisfestasi
klinis : Berat
badan menurun, Intoleransi
panas, Kelemahan
otot,Diare, Refleks
hiperaktif, Kecemasan, Tremor, Eksoftalmus, Goiter, Kelainan
jantung (sinus takikardi, atrial fibrilasi dan CHF)
Laboratorium : T4 total, T3 serum, FT4
BMR
: 0,75 {(0,74 (sistole-diastole) + N) } - 72
Nilai normal : - 10 s/d 10
Wayne Indek
Subyektif
Obyektif
Ada
Dispneu deffort
Palpitasi
Lelah
+1
+2
+2
Tiroid teraba
Bruid tiroid
Eksoftalmus
+3
+2
+2
Suka panas
-5
Lid retraksi
+2
Suka dingin
+5
Lid lag
+2
Keringat banyak
Nervous
Napsu makan meningkat
+2
+2
+3
Hiperkinesis
Tangan panas
Tangan basah
+4
+2
+1
tidak
-3
-2
-2
-2
-1
-3
-3
-3
+3
+3
+4
< 11
11 18
> 19
: Eutiroid
: Tidak jelas ada hipertiroid
: Hipertiroid
3.
Anestesi untuk bedah tiroid (subtotal tiroidektomi) adalah alternatif tindakan pada terapi
medis lanjutan. Komplikasi bedah lebih sering terjadi pada keadaan dimana persiapan
preoperatif tidak adekuat
Preoperatif Anestesia 2
Tunda operasi sampai klinis dan lab eutiroid.
Diharapkan preoperatif tes fungsi tiroid normal, HR < 85 x / menit (saat
istirahat).
Benzodiazepin pilihan yang baik preoperatif sedasi.
Obat antitiroid dan - adrenergik antagonis lanjut sampai hari operasi.
Pada bedah darurat, sirkulasi hiperdinamik dapat kontrol degan titrasi esmolol
Intraoperatif 2
Monitor fungsi kardiovaskuler dan temperatur
Proteksi mata karena eksotalmus beresikoterjadinnya ulserasi dan abrasi
kornea
Elevasi meja operasi 15 20 derajat yang dapat membantu aliran vena &
mengurangi perdarahan (walaupun meningkatkan resiko emboli air pada vena)
Intubasi
Hindari : Ketamin, Pancuronium, Agonis adrenergik !!!
Induksi dengan tiopental, dosis tinggi bisa sebagai antitiroid.
Bilateral
: Pasien tak mampu bicara (Aponia & stridor) Reintubasi
Unilateral
: Serak
Tes fungsi pita suara : kemampuan mengucapkan huruf (i atau e)
3. Obstruksi jalan napas setelah operasi, disebabkan oleh hematoma atau trakeomalasia akan
membutuhkan intubasi trakea yang segera.1,2
5. Hipoparatiroidsme1,2
Gejala Hipokalsemi akut akibat pengangkatan kelenjar paratiroid (12 72 jam post
ops)berupa carpo pedal syndrom sampai laringospasme.
6. Pneumothoraks , kemungkinan terjadi akibat eksplorasi leher.2
D. Hipotiroidisme
1. Hipotiroidisme adalah penyakit yang cukup umum (0,5-0,8% dari populasi orang dewasa)
yang terjadi akibat sirkulasi yang tidak adekuat dari T4 dan/atau T3.1
Disebabkan oleh autoimune disease (contoh tiroiditis Hastimoto), tiroidektomi, jodium
radioaktif, obat-obat anti tiroid, defisiensi yodium, atau kelemahan aksis hipotalamos hipofise
(sekunder hipotiroidisme). Hipotiroid selama neonatus menyebabkan kreatinisme (ditandai
dengan retardasi mental dan fisik).2
TABEL. Gejala Hipotiroidisme 1, 2
Berat badan menigkat (gemuk)
Kelemahan otot
Konstipasi
Letargi
Intoleransi dingin
Curah jantung dan denyut jantung berkurang
Reflek-reflek menurun
Vasokonstriksi perifer
Kemampuan adhesi platelet berkurang
Anemia (perdarahan gastrointestinal)
Pasien dengan hipotiroid berat yang tidak terkoreksi (T4 < 1 g/dl) atau koma
myxedema, harus dibatalkan untuk operasi elektif dan harus diterapi segera dengan
hormon tiroid terutama untuk operasi emergensi. 2
Pasien yang telah dieutiroidkan biasanya menerima dosis obat tiroid pada
pagi hari pembedahan, harus di ingat bahwa rata rata preparat yang diberikan
mempunyai waktu paruh yang lama (t1/2 T4 adalah 8 hari).2
Tidak ada bukti yang mendukung untuk menunda bedah elektif (termasuk
bedah by-pass arteri koronaria) menyebabkan perubahan hipotiroidisme ringan ke
hipotiroidisme yang sedang.1
Intraoperatif
Obat non opioid seperti keterolak merupakan pilihan untuk nyeri pasca
operasi.2
3. Koma miksedema adalah kegawatdaruratan medis yang membutuhkan terapi yang cepat.
Ditandai dengan gangguan mental, hipoventilasi, hiponatremia (dari ketidak
tepatan sekresi hormon anti diuretik dan CHF.2
Sering terjadi pada pasien yang lebih tua dan mungkin dipercepat oleh
infeksi, pembedahan dan trauma.2
B. Hiperparatiroidisme
Pengobatan dan pertimbangan anestesi.
Pertimbangan Anestesi. 2
Kaslium harus dinormalkan pada pasien dengan manisfestasi pada jantung
akibat hipokalsemia.
Cegah pemberian zat anestesi yang mendepresi miokardium.
Tranfusi darah sebaiknya tidak diberikan secara cepat pada pasien yang
mengalami hipokalsemia, walupun produk darah yang mengandunng sitrat tidak
selalu menurunkan kalsium secara signifikan.
III.
KELENJAR ADRENAL
korteks
adrenal
adalah
kelebihan
5,0
+/-
4,0
ataupun
Deksametason
30
+/0,75
*
Nilai glukortikoid dan mineralokortikoid dianggap ekuivalen dengan 1.
2. Pemberian anestesi
Tabel. Manajemen Pasien yang Menjalani Adrenalektomi
Regulasi hipertensi
Kontrol Diabetes
Normalisasi volume cairan intravaskuler (diuresis dengan spironolakton membantu memobilisasi cairan
dan normalisasi konsentrasi kalium)
Penggantian glukokortikoid (kortisol 100 mg IV tiap 8 jam)
Penempatan pasien dengan hati-hati pada meja operasi (osteopenik)
Penurunan dosis awal pelemas otot jika kelemahan otot muncul
Meskipun tidak ada bukti yang mendukung peningkatan insidens dari infeksi atau
penyembuhan luka abnormal pada saat pemberian akut steroid tambahan dosis suprafisiologis, tujuan
terapi adalah meminimalkan dosis obat yang diperlukan untuk proteksi adekuat pasien.
MEDULLA ADRENAL 1
2. Pertimbangan anestetik
a. Persiapan preoperatif terdiri dari blokade inisiasi (fentolamin, prazosin) 10-14 hari sebelum
operasi jika memungkinkan, perbaikan volume cairan intravaskuler, dan pemberian blokade.
Blokade diindikasikan hanya jika disritmia kardiak atau takikardi menetap setelah
pemberian blokade . Tujuan terapi medis adalah mengontrol frekuensi jantung, menekan
disritmia kardiak, dan mencegah peningkatan tekanan darah paroksismal.
b. Manajemen anestesi perioperatif
Tabel. Manajemen Anestesi Pasien dengan Feokromositoma 1
Terapi medis preoperatif kontinyu
Pengawasan secara invasif (kateter arteri dan arteri pulmonal, echokardiografi
transesofageal)
Anestesi yang cukup sebelum inisiasi laringoskopi direk sebelum intubasi trakeal
Mempertahankan anestesi dengan opioid dan anestesi volatil yang tidak mensensitisasi
jantung terhadap katekolamin
Memilih pelemas otot dengan efek kardiovaskuler minimal
Mengontrol sistem tekanan darah dengan nitroprusid (magnesium dan kalsium channel
blocker seperti diltiazem dan nicardipin dapat merupakan obat vasodilator alternatif)
Mengontrol takidisritmia dengan propanolol, esmolol, atau labetolol
Mengantisipasi hipotensi dengan ligasi aliran darah vena tumor (awalnya diberikan cairan
intravena dan vasopresor [infus kontinyu noepinefrin merupakan pilihan] jika perlu)
c. Postoperatif, tingkat katekolamin plasma kembali ke normal setelah beberapa hari, dan sekitar
75% pasien menjadi normotensif dalam 10 hari.
IV. KELENJAR PITUITARI 1
1.
Kelenjar pituitari dibagi menjadi pituitari anterior (tiroid-stimulating hormone,
adrenocorticotropic hormone, gonadotropin, growth hormone) dan pituitari posterior
(vasopressin, oxytocin). Keduanya di bawah kendali hipotalamus.
2.
Diabetes Insipidus merefleksikan defisiensi relatif atau absolut hormon
antidiuretik yang berakibat hipovolemia (ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan
urine) dan hipernatremia.
3.
Sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat timbul sebagai hiponatremia
dilusional dan penurunan osmolaritas serum. Perubahan-perubahan ini biasanya
terjadi pada keadaan cedera kepala atau tumor intrakranial. Pengobatan awal adalah
pembatasan masukan cairan hingga 800 mL.
REFERENSI
1.
Barash