Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan.

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilicus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fascia umbilikalis.

Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup
peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis.

Kulit kantung hernia tidak pernah ruptur dan sangat jarang terjadi inkarserasi. Umumnya
hernia umbilikalis dapat menutup spontan tanpa pembedahan setelah bayi berumur 2-3 tahun.
Hernia yang tetap ada sampai umur 5 tahun umumnya memerlukan tindakan bedah, meskipun
jarang ditemukan terjadinya komplikasi pada hernia umbilikalis.

Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini berbeda lebih tinggi lagi pada
bayi premature. Tidak ada perbedaan angka kejadian pada bayi laki-laki dan perempuan. Di
Amerika, insiden hernia umbilikalis 8 kali lebih sering pada bayi kulit hitam dibanding bayi kulit
putih.2

Inisidensi Hernia umbilikalis pada orang dewasa sering terjadi akibat operasi hernia
insisional, lebih sering terjadi pada wanita di banding pria. Hernia umbilikalis pada orang dewasa
lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada
klien gemuk dan wanita multipara.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
2.1.1 Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut.
2.1.2 Hernia Umbilikalis adalah penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra abdomen, Hernia
umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi Hernia
merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang
menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin,
kantong dan isi hernia.

2.2 Anatomi

2
Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian
belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga dan di
bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut terdiri dari beberapa lapis dari luar ke
dalam antara lain lapisan kulit (kutis dan subkutis), lemak subkutan dan fascia superfisial
(fascia scarpa), ketiga otot perut (m.obliquus abdominis eksternus, m.obliquus abdominis
internus dan m.transversus abdominis) dan akhirnya lapisan preperitoneum dan
peritoneum yaitu fascia transversalis, lemak preperitoneal dan peritoneum parietal. Otot di
bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fascianya di mana
di garis tengah nya dipisahkan oleh linea alba.
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas
lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah terjadinya
hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah untuk
pernapasan, proses berkemih dan buang air besar dengan meningkatkan tekanan
intraabdomen. Dinding perut di perdarahi oleh cabang aa. intercostales VI s/d XII dan
a.epigastrika superior, caudal diperoleh dari a. iliaca sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda
eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding perut secara segmental oleh
n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I.2

2.1 Klasifikasi

a. Hernia secara umum

3
1. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosaekalis atau defek dapatan pada
mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus. Hernia yang terjadi di dalam tubuh
pasien sehingga tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diafragmatika,
hernia obturatoria dan hernia winslowi.

Gambar 2.1 klasifikasi hernia

2. Hernia eksterna yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang
atau peritoneum. Hernia ini dapat dilihat oleh mata disebabkan benjolan hernia
menonjol keluar secara lengkap. Misalnya hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
epigastrium, hernia umbilikus dan hernia lumbalis.
b. Hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada semenjak
pertama kali lahir.
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir, tetapi hernia
yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
c. Hernia menurut sifatnya
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri.
2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi

4
usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponible dibandingkan usus halus. Kadang juga
disebabkan oleh perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang disebut
hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat perlekatan.
3. Hernia incarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara klinis, hernia incarserata
merupakan hernia irreponible dengan gangguan pasase. Pada keadaan ini akan
timbul gejala ileus antara lain perut kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan vaskularisasi
sudah mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai tingkat gangguan mulai
dari bendungan sampai nekrosis. Disebut hernia ritcher bila strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.

5
d. Hernia menurut letaknya
1. Obturatorius
Hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap. Tahap pertama
mula – mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam canalis obturatoria. Tahap
kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap ketiga, kantong hernianya
mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap keempat mengalami incarserata parsial,
sering secara Ritcher atau total.
3. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba di mana hernia keluar melalui defek di linea
alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Penderita sering mengeluh kurang
enak pada perut dan mual, mirip keluhan kelainan kandung empedu, tukak peptik atau
hernia hiatus esophagus.
4. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Faktor
predisposisinya ialah infeksi luka operasi, teknik penutupan luka operasi yang kurang
baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra abdomen.
5. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum yaitu
trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk segitiga.
Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang tepi bawah tulang
rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi cranial dipanggul dorsal.
6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel.
7. Perienalis
merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul yang dapat
secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah operasi melalui
perineum seperti prostatektomi atau reseksi rectum secara abdominoperienal.
8. Diafragma
9. Inguinalis

6
10. Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti
celana.
11. Umbilikal
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin
umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia umbilikalis merupakan
hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit
12. Femoralis
merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau
ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang berjalan melalui canalis femoralis
yang berada di bawah ligamentum inguinale. Pintu masuknya adalah annulus
femoralis dan keluar melalui fossa ovalis di lipatan paha. Batas – batas annulus
femoralis antara lain ligamentum inguinale (tempat vena saphena magna bermuara di
dalam vena femoralis) di anterior, medial ligamentum lacunare gimbernati, posterior
ramus superior ossis pubic dan m. pecnitus beserta fascia, lateral m.illiopsoas dan
v.femoralis beserta fascia locus minoris resistantnya fascia transversa yang menutupi
annulus femoralis yang disebut septum cloquetti serta - caudodorsal oleh pinggir os.
pubic dari ligamen iliopectineale (ligamentum couper)

12. Hernia scrotalis


Merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk ke dalam
scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila isinya omentum
maka pada perabaan konsistensi kenyal lembut seperti adonan dan bila hernia ini
reponible, maka mula-mula mudah dimasukkan kemudian sulit karena biasanya ada
perlengketan dengan kantong hernia. Bila isi hernia adalah usus maka akan
memberikan bunyi seperti bising usus di mana hernia ini mula-mula akan sulit
dimasukkan lalu lebih mudah dan disertai bunyi gelembung udara. Gejala dari hernia
scrotalis antara lain timbul benjolan atau massa yang semakin membesar pada posisi
berdiri dan akan mengecil pada posisi tidur. Pada anak kecil sering menangis,

7
mengejan, batuk dan buang air kecil tidak lancar. Pada usia lanjut bisa disebabkan
pekerjaan dan aktivitas, penyakit kronis, BPH dan sering partus.

2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :
a. Kongenital
Terjadi sejak lahir.
b. Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites
dan sebagainya.
c. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
d. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih
di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
f. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
2.4 Patofisiologi
Yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu mengangkat
beban berat,kehamilan,kegemukan atau batuk kronis.Adanya peningkatan tekanan intra

8
abdominal dapat menimbulkan defek dinding otot abdominal. Defek ini terjadi karena
adanya kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal karena adanya defek
dinding otot abdomen menyebabkan lubang embrional serta cincin hernia tidak menutup
atau melebar dimana dalam keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Karena
adanya pelebaran lubang embrional atau cincin hernia menyebakan penonjolan isi perut
atau usus dari rongga yang normal.
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup.
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi
ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren
karena kekurangan suplai darah
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan
gangguan menyebabkan ganggren.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Adanya benjolan di bagian abdomen
2. Nyeri bila benjolan ditekan
3. Nyeri membesar atau timbul bila waktu diteksi atau miksi, batuk dan mengendor.
4. Adanya mual, muntah dan otot perut kembung.
2.6 Komplikasi

9
1. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak dapat
dimasukkan lagi
2. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang rusak
3. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan daerah
benjolan merah.
4. Orang dewasa dengan hernia umbilikalis lebih mungkin mengalami obstruksi usus.
Pembedahan darurat biasanya diperlukan untuk mengatasi komplikasi ini. Selalu ada
kemungkinan bahwa hernia bisa kembali, namun untuk pasien yang sehat, risiko nya
untuk hernia rekuren sangat rendah.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan
dilakukan
2. X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi hernia
kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya
hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
3. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
4. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia obturator)
5. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri perut
yang tidak dapat didiagnosa.
6. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
7. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
8. Data laboratorium, meliputi:
A. Darah
B. Leukosit 10.000 – 18.000/mm3
C. Serum elektrolit meningkat
2.8 Penatalaksanaan

10
Hernia pada orang dewasa pembedahan sangat dianjurkan untuk menghindari
kemungkinan komplikasi terutama jika hernia umbilikalis menjadi lebih besar dan terasa
sakit.
Jenis pembedahan tergantung pada ukuran hernia dan lokasinya serta jika
termasuk hernia berulang (kambuh). Pembedahan hanya satu-satunya pengobatan untuk
memperbaiki hernia. Pembedahan dapat dilakukan dengan teknik pembedahan perbaikan
terbuka dan Laparoskopi. Perbaikan dapat dilakukan dengan menggunakan jahitan saja
atau dengan menambahkan jaringan.
1. Perbaikan terbuka pada hernia (Herniotomi)
Membuat sayatan pada lokasi hernia dan jaringan yang menggelembung di
dorong kembali dengan lembut kedalam perut. Jahitan dan penambahan jaringan
(Mesh) digunakan untuk menutup otot.

 Perbaikan dengan jahitan: Kantong hernia dibuang. Kemudian jaringan


disepanjang tepi otot di jahit bersama-sama. Umbilikus kemudian
diperbaiki kembali ke otot. Prosedur ini sering digunakan untuk
kecacatan yang kecil.

11
 Perbaikan dengan penambahan jaringan (Mesh): Kantong hernia dibuang.
Penambahan jaringan diletakkan pada lokasi hernia. Mesh dipasang
menggunakan jahitan yang lebih kuat pada jaringan disekitar hernia.
Mesh memanjang 3-4 cm di luar tepi hernia. Umbilikus diperbaiki
kembali ke otot. Mesh sering digunakan untuk perbaikan hernia yang
besar dan juga mengurangi risiko bahwa hernia akan kembali lagi.

12
 Untuk semua jenis perbaikan terbuka, kulit bekas letak hernia ditutup
menggunakan jahitan, staples atau lem bedah.
2. Perbaikan hernia dengan Laparoskopi (Herniorafi)
Akan dibuat beberapa tusukan atau sayatan kecil pada perut. Ports atau
Trocar (tabung berongga) akan dimasukkan kedalam tusukan/sayatan. Alat-alat
bedah dan kamera yang menyala diletakkan pada Port. Perut akan mengembang
oleh karena gas karbondioksida yang memudahkan dokter bedah untuk melihat
letak hernia. Mesh dapat dijahit atau menggunakan staples pada otot sekitar
hernia. Bekas Port dapat ditutup dengan jahitan, stapler atau lem bedah.

13
BAB III
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas
Nama : Ny. FP
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 Tahun
Status : Menikah
Alamat : Jln. Argapura
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : wiraswasta
MRS : 07 – 06 – 2015
Berat badan : 110 kg
1.2 Anamnesis
1. Keluhan utama: Muntah lebih dari 10 kali
2. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan muntah muntah lebuh dari 10 kali sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Muntah pasien berwarna kuning dan terkadang bening, muntah tidak
bercampur darah, pasien juga mengeluhkan ada munculnya benjolan di daerah umbilikus
pasien sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.benjolan yang dirasakan sakit. Namum

14
pasien mengaku ketika awal muncul benjolan tersebut tidak sakit, namun lama kelamaan
jadi bertambah sakit. Pasien juga tidak ingat bagaimana bisa benjolan di perut tersebut
bagaimana muncul.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sebelumnya sering mengalami sembelit
4. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
1.3 Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesadaran : Compos mentis
TD : 70/40 mmHg
RR : 32 x/menit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 35,8 C
a. Kepala
Mata : konjungtiva tidak anemis
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat
b. Leher : peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
I : simteris, tidak ada retraksi
A: vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-, S1S2 tunggal
P :Vocal fremitus raba normal, Nyeri Tekan (-)
P :sonor
d. Abdomen
I : cembung
+
A: bising usus menurun
+
P : supel, Nyeri tekan (+)
P : sulit dievaluasi karna nyeri

15
e. Ekstermitas : akral hangat
Status lokalis
Regio umbilikal
Tampak benjolan dengan diameter 2 cm, hiperemis, konsistensi keras seperti massa
padat dan berbatas tegas

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Rutin (tanggal 07-06-2015)
Hemoglobin : 19.1 gram/dl
Leukosit : 24.700/mm3
Hematokrit : 58,9 %
Trombosit : 436.000/mm3
DDR : Negatif
Pemeriksaan Kimia Darah (tanggal 08-06-2015)
Kreatinin : 5,6 mg%
Ureum : 178 mg%
SGOT : 32 U/L
SGPT : 27 U/L

16
Pemeriksaan radiologis BNO dan foto thorax (08-06-2015)

1.5 Resume
Pasien seorang wanita 36 tahun, datang ke UGD RSUD Jayapura dengan keluhan utama
muntah lebih dari 10 kali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di daerah umbilikalis
dengan diameter 2 cm dan terdapat nyeri tekan perut pada regio umbilical dan epigastrium,
benjolan tersebut teraba keras dan berbatas tegas.
1.6 Diagnosis Banding
1. Omfalokel
2. Lipoma umbilical
3. Tumor umbnilikal
4. Abses umbilikal
1.7 Diagnosis Kerja

17
Hernia umbilikalis inkarserata + suspect AKI

1.8 Penatalaksanaan
Infus RL 3500cc/24 jam
Inj. Ceftriaxon 1x2 gr
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp k/p
Pro laparatomi explorasi

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien seorang wanita 36 tahun, datang ke UGD RSUD Jayapura dengan keluhan utama
muntah lebih dari 10 kali dan adanya benjolan di perutnya. Pasien didiagnosa Hernia umbilikalis
inkarserata + suspect AKI. Diagnosa di tegakkan sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
a) Anamnesis
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga, diketahui bahwa keluhan utama
pasien adalah Muntah lebih dari 10 kali sejak 3 hari yang lalu. Ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa pada pasien dengan hernia dengan jenis inkarserata mempunyai
gejala yang sama dengan gejala pada pasien dengan obstruksi usus yaitu mual dan muntah
hebat. Dan sesuai anamnesa pasien memiliki berat badan 110 kg yang termasuk dalam
kategori obesitas. Dalam hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan berat badan yang
berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa
menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah. Pada
anamnesis juga di dapatkan bahwa pasien juga sebelumnya mengalami sulit buang air
besar dan ketika buang air besar harus mengedan. Ini merupakan salah satu factor
pendukung terjadinya hernia umbilikalis karena saat pasien sering mengedan akan terjadi
adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama, dan di
tambah faktor obesitas yang menyebabkan dinding perut pasien menjadi lemah dan
tekanannya intra abdomen nya tinggi
b) Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik pada pasien di dapatkan adanya benjolan di daerah umbilical
dengan diameter 2 cm, selain itu di sekitar benjolan tampak kemerahan. Ini sesuai teori
yang menyebutkan bahwa pada hernia dengan inkarserata atau strangulasi biasanya di
dapatkan pada kulit di daerah banjolan terlihat eritema. Selain itu dari pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan berdiameter 2 cm dengan pinggiran hiperemis, selain itu benjolan

19
tersebut keras dan berbatas tegas. Selain itu pada perabaan di dapatkan nyeri tekan di
daerah benjolan yang menunjukkan adanya
c) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang darah rutin di dapatkan adanya peningkatan leukosit,
hemoglobin, hematokrit, dan adanya peningkatan trombosit. Ini mungkin di sebabkan
adanya obstruksi usus karna adanya hernia umbilikalis tadi. Selain itu pada pasien hernia
biasanya di temukan perubahan hemo konsentrasi yang bermakna dengan menurunnya
hematocrit dan serum elektrolit pasien.
d) Penatalaksanaan pada pasien ini di berikan antibiotik ceftriaxone 1x2 gr dikarnakan
adanya peningkatan leukosit, selain itu di berikan ranitidine 2x1 amp untuk mengurangi
mual muntah dari pasien tadi. Serta di tambahkan antrain 1x 2 amp sebagai analgetik.
Selain itu pada pasien dengan hernia umbilikalis pada orang dewasa perlu dilakukan
tindakan operatif seperti operasi terbuka atau bedah minimal invasive dengan laparoskopi.

20
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon. 2013. Adult Umbilical Hernia Repair (Reviewer: Strand
N., Malangoni M., Heniford B). Akses:
https://www.facs.org/~/media/files/education/patient%20ed/adultumbilical.ashx
(15-07-2015)
https://www.scribd.com/doc/252759347/Hernia-Umbilikalis (15-06-2015)
Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Akses:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002935.htm (15-07-2015)
Mayo Clinic Staff. 2012. Umbilical Hernia. In: Mayo Foundation for Medical Education
and Research 1998-2015. Akses: http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/umbilical hernia/basics/definition/con-20025630 (15-07-2015)
Thalut K.(2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi ke 3. R Sjamsuhidayat & Wim de Jong
ed.Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

21

Anda mungkin juga menyukai