Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dewasa ini lebih dititikberatkan pada pembangunan ekonomi
dan kualitas sumber daya manusia seutuhnya. Salah satu agenda pembangunan nasional
adalah mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, produktif
dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk merupakan basis pembentukan SDM
yang berkualitas. Melaksanakan pemantauan konsumsi dan status gizi penduduk secara
berkala menjadi sangat penting untuk mengetahui besaran masalah yang perlu segera
ditanggulangi. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa gizi adalah pilar
utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Gizi dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental. Gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial yang menyebabkan terjadinya gangguan belajar (learning
disabilities), kemampuan bekerja kurang, kesakitan sampai kematian.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat,
cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan
fisik dan perkembangan mental.
Kecukupan zat gizi merupakan prasyarat yang sangat penting dalam perkembangan
manusia, termasuk didalamnya perkembangan otak. Gizi yang cukup dan memenuhi
kebutuhan merupakan determinan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan otak
dari sejak dalam kandungan, dimana pertumbuhan otak berlangsung sejak dalam
kandungan hingga usia 0-5 tahun dan perkembangan otak berlangsung mulai usia 6
tahun-usia dewasa, proses pertumbuhan otak hanya berlangsung hingga usia 5 tahun.
Setelah itu, proses pertumbuhan otak akan melambat. Manfaatkan waktu yang sangat
terbatas tersebut dengan memberikan asupan gizi dan energi secara rutin. Dengan asupan
gizi dan energi yang seimbang, otak akan menerima rangsangan yang baik untuk terus
bekerja secara optimal, terutama untuk mengolah semua informasi yang diperoleh saat
beraktivitas Perkembangan dan pertumbuhan otak menentukan bagaimana tingkat
kecerdasan manusia.Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orang
tua memperhatikan beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian
1

kecukupan zat gizi, lingkungan yang sehat dan nyaman dan yang pasti suasana keluarga
yang harmonis. Tidak hanya itu saja, memberikan stimulasi seimbang dapat mengasah
kecerdasan anak, misalnya bermain dengan alat permainan yang dapat merangsang daya
pikir sesuai usia mereka.
B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana dampak pembangunan pangan dan gizi ?

2.

Apakah yang dimaksud dengan pangan ?

3.

Apakah yang dimaksud dengan gizi ?

4.

Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan ?

5.

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan ?

6.

Bagaimana hubungan gizi dan kecerdasan ?

7.

Bagaimana hubungan pangan dan gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan ?

C.

Tujuan

1.

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pangan dan gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan

2.

Tujuan Khusus

a.

Untuk mengidentifikasi dampak pembangunan pangan dan gizi

b.

Untuk mengidentifikasi pengertian pangan.

c.

Untuk mengidentifikasi apa yang dimaksud dengan gizi.

d.

Untuk mengidentifikasi perngertian dan factor factor yang mempengaruhi


pertumbuhan.

e.

Untuk mengidentifikasi pengertian dan jenis jenis kecerdasan

f.

Untuk mengidentifikasi hubungan gizi dan kecerdasan

g.

Untuk mengidentifikasi hubungan pangan dan gizi untuk pertumbuhan dan


kecerdasan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Pembangunan Pangan dan Gizi
Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis modal rohaniah dan mental,
serta potensi efektif bangsa merupakan sebagian dari modal pembangunan. Membangun
SDM seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua
lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup rakyat tercermin pada
kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, dan pendidikan.
Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian
pembangunan. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah
pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi
terutama harus ditunjukkan pada anak-anak dan ibu hamil. Karena pada masa yang akan
datang anak-anak merupakan generasi penerus nusa dan bangsa.
Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat pada anak-anak akan
menurunkan potensi sebagai SDM pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional.
Berbagai alasan mengapa anak-anak memerlukan penanganan serius terutama jaminan
ketersediaan zat gizi, yaitu:
a. Kekurangan Gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini
berarti berkurangnya kuantitas SDM di masa yang akan datang.
b. Kekurangan Gizi berakibat meningkatkan angka kesakitan dan menurunnya
produktifitas kerja manusia. Hal ini berarti dapat menambah beban pemerintah untuk
meningkatkan fasilitas kesehatan.
c. Kekurangan Gizi berakibat menurunnya kecerdasan anak-anak. Hal ini berarti
menurunnya

kualitas kecerdasan manusia pandai yang dibutuhkan dalam

pembangunan bangsa.
d. Kurangnya Gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang
berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia (Budiyanto, 2002).
Kecukupan pangan dan Gizi bukan merupakan landasan untuk semua proses
kemajuan ekonomi dan sosial bangsa. Peningkatan Gizi masyarakat merupakan bagian
integral pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah membuat program perbaikan
Gizi masyarakat yang meliputi penanggulangan kekurangan vitamin A, penanggulangan
anemia Gizi, penanggulangan gondok endemic untuk meningkatkan derajat kesehatan
penduduk.
3

Pemenuhan kebutuhan pangan dan pemenuhan gizi akan membantu permasalahan


krisis Sumber Daya Manusia Indonesia. Dengan pemberantasan masalah ini maka
permasalahan rendahnya mutu SDM Indonesia dapat lebih ditingkatkan. Dampak
pembangunan pangan dan gizi adalah pangan dan gizi untuk pertumbuhan dan
kecerdasan, pangan dan gizi sebagai pencetus daya saing bangsa dan dampak gizi buruk
dan lost generation.
B. Pengertian Pangan
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada
gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagai tubuh, mengatur proses dalam
tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa
diatara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi esensial, mengingat
kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidaktidaknya dalam jumlah diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal, jadi
zat esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah
zat gizi yang tiak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan
diataranya adalah asam amino esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan
yang baik.
Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi
langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala
macam buah, ikan, air segar.
b. Pangan olahan tertentu
Makanan/pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi
kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan
kelompok tersebut.
c. Pangan siap saji
4

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
C. Pengertian Gizi
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa
pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan
makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang. Maka pangan dan gizi
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang memiliki elemen
dalam makanan dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan
kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk
variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001). Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan
tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan
serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan
tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak
dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk
tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk
dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam
amino essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan
terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk
di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi
makanan seimbang.
Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan
yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan
5

zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu
pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain.
Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan
sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan
standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi.
Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup.
Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka
waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit
defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih ringan dan
kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi.
D. Pertumbuhan
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan perubahan, dalam besar, jumlah, ukuran, dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan mtabolik
(reteni kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Jellife D.B. (1989) pertumbuhan adalah
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ, dan jaringan masa konsepsi sampai
remaja
2.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Faktor faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pertumbuhan Menurut Ali

Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seseorang dipengaruhi oleh dua faktor dominan
yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika
didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud dengan factor
lingkungan di sini adalah intake gizi. Apabila terjadi tekanan terhadap dua faktor di atas,
maka muncullah growth faltering. Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih
(2001) bahwa faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan.
Faktor internal seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal seperti status gizi.
Faktor internal (genetic) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis kelamin,
obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan
lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan gangguan pertumbuhan. Gangguan
6

pertumbuhan di Negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Di Negara
sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga
dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara
optimal. Faktor eksternal (lingkungan) antara lain faktor prenatal dan pasca natal. Faktor
lingkungan prenatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu
masih dalam kandungan. Lingkungan prenatal yang mempengaruhi gangguan
pertumbuhan adalah :
a. Gizi pada saat hamil
Apabila gizi ibu buruk akan menyebabkan berat badan bayi lahir rendah, terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir.
b. Mekanis
Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan yang kurang.
Demikian posisi janin yang tidak normal dapat menyebabkan berbagai kelainan pada
bayi yang dilahirkan dan pertumbuhan terhambat.
c. Toksin
Berbagai jenis obat yang bersifat racun.
d. Endokrin / hormon
Produksi hormone pertumbuhan terganggu.
e. Radiasi
Seperti radiasi dari bom atom dan bocornya pipa gas beracun.
f. Infeksi Intrauterine
Seperti varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza.
g. Stres pada ibu hamil
Apabila ibu hamil stress akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
h. Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat.
Faktor lingkungan pascanatal yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan adalah
lingkungan biologis, lingkungan fisik, factor psikososial dan faktor keluarga dan adat
istiadat. Lingkungan biologis meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan ksehatan,
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism. Lingkungan fisik
meliputi cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi.

Faktor psikososial meliputi kualitas interaksi antara orang tua dan anak. Faktor keluarga
dan adat istiadat meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah tangga.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga berperan menyebabkan
kasus gizi kurang. Juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yaitu kemiskinan yang
tidak memungkinkan orang tua memberikan makanan bergizi tingkat tinggi pada
anaknya. Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peranan ibu dalam ekologi anak,
yaitu peran ibu sebagai genetik faktor yaitu pengaruh biologis terhadap pertumbuhan
janin dan pengaruh psikologisnya terhadap pertumbuhan postnatal. Memberikan ASI
sedini mungkin segera setelah lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang
anak. Keuntungan untuk bayi selain gizi ASI yang tinggi, juga adanya zat anti pada ASI
yang melingungi bayi terhadap berbagai macam infeksi.
Hasil penelitian Satoto (1990) mengatakan bahwa growth faltering oleh hampir
semua anak sejak usia 2 6 bulan lebih awal dari pada tumbuh kembang anak dalam
jangka panjang. Growth faltering ini sangat dipengaruhi oleh pola pemberian ASI,
pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dalam bentuk makanan yang rendah
energi dan sangat rendah protein menurunkan pemberian ASI yang pada gilirannya
menurunkan pertumbuhan gizi anak dan peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi,
kerentanan terhadap infeksi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan keluarga
dan perilaku perawatan kesehatan anak yang kurang baik. Jadi factor determinan kuat
yang mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh anak dan konsumsi makanan
anak terutama masukan energi, protein, dan Fe. Sedangkan faktor yang secara tidak
langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah keadaan gizi dan
kesehatan ibu serta keadaan sosial ekonomi keluarga.
E. Kecerdasan
1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat
juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan
memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.
2. Jenis jenis Kecerdasan

Jenis-jenis kecerdasan yang secara umum terdiri dari ; kecerdasan intelektual atau
Intelegent Quotient (IQ), kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), dan
8

kecerdasan spritual atau Spiritual Quotient (SQ). Berikut ini penjelasan masing-masing
jenis kecerdasan tersebut:
a.

Kecerdasan Intelektual atau Intelegent Quotient (IQ): adalah bentuk kemampuan


individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal
serta bertindak secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan
masalah logika maupun strategis.

b.

Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ): adalah kemampuan untuk


mengenali, mengendalikan dan menata perasaan sendiri dan perasaan orang lain
secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan orang
lain. Kecerdasan ini memberi kita kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri
dan juga perasaan milik orang lain, memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan
kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.

c.

Kecerdasan Spritual atau Spiritual Quotient (SQ): adalah sumber yang mengilhami
dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai
kebenaran tanpa batas waktu. Kecerdasan ini digunakan untuk membedakan baik
dan buruk, benar dan salah, dan pemahaman terhadap standar moral.

F.

Hubungan Gizi dan Kecerdasan

1.

Pengaruh Makanan Terhadap Perkembangan Otak


Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan

keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak,
berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan
kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil
diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi
ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini
berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak.
Ada dua cara untuk menerangkan bagaimana kurang gizi berpengaruh terhadap
perilaku dan kecerdasan anak. Cara pertama adalah berupa efek langsung dari keadaan
kurang gizi terhadap fungsi sistem neuron dari susunan pusat syaraf. Penelitian pada
hewan telah dilakukan berdasarkan model ini, yang dilaksanakan pada periode
perkembangan yang dianggap rentan terhadap pengaruh lingkungan. Suatu model
penelitian yang paralel telah dilakukan pada bayi manusia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perilaku yang berbeda antara bayi yang anemi dan non anemi dalam
9

fungsi neurotransmitter. Zat besi diketahui berperan sangat penting dalam metabolisme
transmitter pada sistem susunan pusat syaraf.
Cara kedua tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan adalah efek tidak langsung.
Kurang Gizi menyebabkan isolasi diri, yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan
energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku
eksploratori, perhatian, dan motivasi. Pada keadaan kurang energi dan protein (KEP),
anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya anak
dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu
sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik yang mampu melakukannya
dalam waktu yang lebih lama. Akibatnya perkembangan kognitif terhambat, ditekan oleh
mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.
2. Zat gizi untuk kecerdasan
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, tentu
saja seorang ibu harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu
pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua tahun.
Artinya, pada masa emas itulah, balita selayaknya mengonsumsi makanan bergizi
lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya. Di dunia banyak sekali
aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, namun ada beberapa yang
paling penting. Di antaranya adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein,
zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
a. Asam lemak tak jenuh

Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk
asam lemak tak jenuh itu adalah:
1) DHA (asam dokosaheksaenoat) atau yang kita kenal sebagai omega-3. Asam
lemak omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak, dan
penglihatan. Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan sistem saraf.
Akibatnya, mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya
ingat, mental, dan penglihatan.
2) AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas sebagai

10

pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk
ke otak.
3) Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan,
asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak
kedelai, dan minyak bunga matahari.
b. Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal
dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam
proses metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf
baru, termasuk otak. Sumber kedua zat gizi ini antara lain adalah daging sapi, ayam,
ikan, telur, serta susu dan produk olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
c. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana ia
mengangkut dan membagikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ia juga berperan
dalam pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun
yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumbersumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau
tua.
d. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak,
yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat,
B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan
sel darah merah, serta membantu tubuh dalam proses penyerapan karbohidrat, protein,
dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung
pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah
kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 juga
membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B adalah serealia, kacangkacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran
berwarna hijau.
e. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain
itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak.
Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan
11

gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu,
biji-bijian, dan kacang-kacangan.
G. Pangan dan Gizi Untuk Pertumbuhan dan Kecerdasan
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi
kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang. Gizi pada ibu hamil sangat
berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari minggu ke empat pembuahan
sampai lahir dan sampai anak berusia 2 tahun. Sejumlah penelitian telah menunjukkan
peran penting zat gizi tidak saja pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam
pertumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan kecerdasan. Martorell pada
tahun 1996 telah menyimpulkan kekurangan gizi pada masa kehamilan dan anak usia
dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan
gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak
pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar
sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Penelitian lain juga menyimpulkan
bahwa intervensi gizi hanya akan efektif jika dilakukan selama kehamilan dan 2-3 tahun
pertama kehidupan anak.
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010
secara konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita
masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG). Akibat dari keadaan tersebut, anak balita
perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masingmasing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek daripada standar rujukan WHO 2005, bahkan
pada kelompok usia 5-19 tahun kondisi ini lebih buruk karena anak perempuan pada
kelompok ini tingginya 13,6 cm di bawah standar dan anak laki-laki 10,4 cm di bawah
standar WHO. Kelompok ibu pendek juga terbukti melahirkan 46,7 persen bayi pendek.
Karena itu jelas masalah gizi intergenerasi ini harus mendapat perhatian serius karena
telah terbukti akan mempengaruhi kualitas bangsa. Anak yang memiliki status gizi
kurang atau buruk (underweight) berdasarkan pengukuran berat badan terhadap umur
(BB/U) dan pendek atau sangat pendek (stunting) berdasarkan pengukuran tinggi badan
terhadap umur (TB/U) yang sangat rendah disbanding standar WHO mempunyai resiko
kehilangan tingkat kecerdasan atau intelligence quotient (IQ) sebesar 10-15 poin.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang paling sesuai untuk bayi karena
mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang.
12

Pentingnya memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan
dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan telah memiliki bukti yang kuat.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif
menunjukkan perkembangan sosial dan kognitif yang lebih baik dari bayi yang diberi
susu formula . Efek jangka panjang dari pemberian ASI pada anak dan kesehatan mental
remaja telah diteliti secara cohort pada 2900 ibu hamil yang diteliti selama 14 tahun di
Australia. Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2009 ini menyimpulkan bahwa
pemberian ASI yang singkat (kurang dari 6 bulan) menjadi predictor dari berbagai
masalah kesehatan mental yang akan muncul pada masa anak dan remaja, seperti autis,
kenakalan remaja, agitasi, dan lain sebagainya. Bahkan IQ anak yang diberi ASI
ditemukan 13 poin lebih baik daripada bayi yang tidak diberikan ASI.
Kekurangan yodium pada saat janin yang berlanjut dengan gagal dalam
pertumbuhan anak sampai usia dua tahun dapat berdampak buruk pada kecerdasan secara
permanen. Anemia kurang zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko bayi yang
dilahirkan menderita kurang zat besi, dan berdampak buruk pada pertumbuhan sel-sel
otak anak, sehingga secara konsisten dapat mengurangi kecerdasan anak. Di Indonesia,
telah lama dibuktikan bahwa kejadian anemia pada anak berhubungan dengan
berkurangnya prestasi kognitif sehingga berakibat rendahnya pencapaian tingkat
pendidikan pada anak sekolah. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) disertai
dengan anemia, selain dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental
anak, juga dapat mengakibatkan penurunan kecerdasan sampai 12 poin. Selain itu BBLR
meningkatkan resiko pada usia dewasa menderita diabetes mellitus, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kegemukan (obesity), kanker, dan stroke. Keadaan gizi yang buruk
sewaktu janin di dalam kandungan dan setelah dilahirkan, mempunyai pengaruh sangat
besar terhadap perkembangan otaknya. Pada saat janin dalam kandungan sampai bayi
dilahirkan, 66 persen dari jumlah sel otak dan 25 persen dari berat otak dewasa telah
tercapai. Sisanya akan ditentukan oleh keadaan gizi setelah lahir. Pertumbuhan otak yang
sangat cepat terjadi pada minggu ke 15-20 dan minggu ke 30 masa kehamilan, serta
bulan ke 18 setelah kelahiran. Penelitian pada BBLR menunjukkan penurunan berat otak
besar 12 persen dan otak kecil 30 persen, juga mengalami penurunan jumlah sel otak
besar 5 persen dan otak kecil 31 persen. Pengukuran tingkat kecerdasan pada anak umur
tujuh tahun yang sebelumnya pernah menderita kurang energy protein (KEP) berat
memiliki rata-rata IQ sebesar 102, KEP ringan adalah 106 dan anak yang bergizi baik
13

adalah 112. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan gizi pada masa lalu dapat
mempengaruhi kecerdasan di masa yang akan datang.

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan

14

Pangan dan gizi adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang
memiliki elemen dalam makanan dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh.
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan perubahan, dalam besar, jumlah, ukuran, dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu.

Kecerdasan adalah kemampuan general

manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir


dengan cara rasional.
Zat gizi untuk kecerdasan makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Zat gizi
yang berperan penting bagi perkembangan otak, namun ada beberapa yang paling
penting. Di antaranya adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat
besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi
kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Akibat kekurangan
gizi dapat berdampak pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan
kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar yang akan
mempengaruhi sumber daya manusia yang cerdas dan produktif. Maka dari itu
pentingnya pangan dan gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan demi kemajuan bangsa.
Dampak pembangunan pangan dan gizi di Indonesia akan mempengaruhi pertumbuhan
dan kecerdasan sumber daya manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Khomsan. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. PT Grasindo.
Jakarta
15

Anonim. 2011. Pentingnya Gizi Untuk Kecerdasan. Tersedia online pada :


http://vgizi.blogspot.co.id/2011/12/pentingnya-gizi-untuk-kecerdasan-dan.html.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015.
Anonim. 2012. Pangan dan Gizi. Tersedia online pada : http://pangandangizitpg.blogspot.co.id/2012/09/apa-itu-pangan-dan-gizi.html. Diakses pada tanggal
12 Oktober 2015.
Anonim. 2013. Pengertian dan Jenis Jenis Kecerdasan. Tersedia online pada :
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis.html.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015.
Anonim.

Definisi

Gizi.

Tersedia

online

pada

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21811/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015.
Anonim. Tersedia online pada : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimusgdl-mustofiyah-5979-2-babii.pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015
Anonim.

2008.

Pertumbuhan.

Tersedia

online

pada

https://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/kep_tumbang.pdf.

Diakses

pada

tanggal 16 Oktober 2015


Anonim.

Gizi.

Tersedia

online

pada

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21811/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015
Ghaidayasmin.

2009.

Gizi

dan

Kecerdasan.

Tersedia

online

https://ghaidayasmin.wordpress.com/2009/10/11/gizi-dan-kecerdasan/.

pada

Diakses

pada tanggal 16 Oktober 2015.


Nirmala, D, 2010, Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga: PT Media Nusantara, Jakarta
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011 2015.

Tersedia online pada :

https://extranet.who.int/nutrition/gina/sites/default/files/IDN
%202011%20Rencana%20Aksi%20Nasional%20Pangan%20dan%20Gizi.pdf.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015.
Vavayosa,

Valentino.

Gizi

dalam

Pembangunan.

Tersedia

online

pada

https://www.scribd.com/doc/9710143/Gizi-Dalam-Pembangunan. Diakses pada


tanggal 28 Oktober 2015

16

Anda mungkin juga menyukai