Anda di halaman 1dari 6

BRIDGETON INDUSTRIES AUTOMOTIVE COMPONENT

AND FABRICATION PLANT

KELOMPOK 3
Devita Karlina Putri
Doddy Rizqi Anggriawan
Dwi Cahyo Firdaus
Dwi Ratnasari
Fifit Yofita Sari
Hayu Dwi Adiyanti
Idalia Randungan

A. Pendahuluan
Automotif Component and Fabrication Plant (ACF) adalah lokasi pabrik awal dari
Bridgeton Industries yang merupakan pemasok utama dari komponen-komponen untuk
industri automotif. Semua produknya dijual ke Big Three. Sebagian besar pesaing berasal
dari pemasok lokal dan pabrik Bridgeton lainnya. Selama pasar berkembang dan tetap
didominasi oleh USA, strategi yang dibangun oleh ACF berhasil. Strategi tersebut menjadi
kurang efektif ketika ada pesaing asing dan kelangkaan serta mahalnya bensin yang
mengakibatkan kerugian terhadap pangsa pasar lokal. Selama tahun 1980an ACF
mengalami kemunduran yang serius yang diakibatkan oleh tekanan persaingan tersebut.
Bridgeton memiliki dua pabrik manufaktur mesin diesel hemat bahan bakar yang
salah satunya berada di fasilitas ACF. Jika perkembangan mobil dengan tenaga diesel tidak
dapat diteruskan lagi maka salah satu operasi harus ditutup. Sebuah penelitian dilakukan
sehubungan dengan biaya-biaya terkait. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
biaya di fasilitas ACF tidak kompetitif. Saat para pekerja diberi tahu bahwa biaya mereka
tidak kompetitif, mereka melakukan pengurangan pada biaya produksi per unit. Meskipun
hal tersebut telah dilakukan, pabrik di ACF tetap ditutup.
Bridgeton kemudian menyewa konsultan strategi untuk memeriksa semua produk
Bridgeton dan mengklasifikasikannya. Produk tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga
kelas. Kelas I untuk produk kelas dunia, kelas II untuk produk yang memiliki potensi
untuk menjadi kelas dunia dan produk kelas III yang tidak memiliki harapan untuk
menjadi kelas dunia dimana sebaiknya produk tersebut outsource saja.
Untuk tetap bertahan pada akhir tahun 1987 dilakukan outsource atas oil pans dan
muffler-exhaust systems. Beberapa program lain juga dilakukan untuk meningkatkan
kualitas produk dan produktivitas, namun program-program yang diaplikasikan tidak
dapat meningkatkan produksi dan membuat produk manifold yang tadinya berada di kelas
II turun ke kelas III dan perusahaan tidak dapat melakukan apa-apa untuk
mempertahankan bisnisnya.

B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan utama yang ditemui dikasus Bridgeton adalah ketidakmampuan
Bridgeton untuk bersaing harga produk dengan kompetitor lain baik kompetitor lokal
maupun internasional.

2. Kenaikan harga produk di pasar akan memungkinkan terjadinya death spiral yaitu
keadaan dimana harga yang ditawarkan oleh perusahaan tidak dapat mengimbangi atau
mengungguli kompetitornya sehingga akan terjadi penurunan permintaan dan
berimbas juga pada penurunan penjualan pendapatan perusahaan.
3. Jatuhnya level produk manifolds yang sebelumnya berada di kelas II ke kelas III
padahal Bridgeton telah berusaha mengembangkan produksinya dan melakukan
efisiensi dan penurunan biaya unit produk.
C. Analisa Masalah
Permasalahan yang dihadapi Bridgeton Industries adalah terus meningkatnya biaya
produksi meskipun telah dilakukan pengurangan biaya produksi per unit yang
menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya salah satu pabriknya yang berada di
ACF Facility ditutup dan salah satu produknya (manifolds) akan mengalami penurunan
menjadi kelas III (produk yang dioutsource). Menurut kami, peningkatan biaya yang
dialami Bridgeton yang disebabkan oleh:
1. Pengalokasian biaya overhead Bridgeton yang menggunakan single poolrate
Bridgeton tidak hanya memproduksi satu produk, namun beberapa produk,
sehingga jika diterapkan single pool rate untuk semua produk akan menyebabkan
alokasi biaya overhead menjadi kurang tepat. Hal ini dikarenakan setiap produk
membutuhkan waktu yang berbeda dalam aktivitas tiap mesin.
2. Dasar penentuan overhead rate yang menggunakan direct labor merupakan
penyebab terus meningkatnya biaya produksi. Exhibit 1 menunjukkan bahwa
hampir semua produk diproduksi secara terotomatisasi dengan kata lain proses
produksi di bridgeton industries lebih banyak menggunakan tenaga mesin
dibandingkan tenaga kerja manusia atau direct labor, sehingga alokasi biaya
overhead yang saat itu ditetapkan oleh bridgeton tidak dapat menggambarkan biaya
produksi yang sebenarnya dari tiap produk. Selain itu pengalokasian bias yang
artinya produk dengan intensitas yang tinggi namun tidak banyak menggunakan
tenaga kerja akan menyebabkan undercosts karena pengalokasian biaya overhead
berdasarkan direct labor. Jadi menurut kami peningkatan biaya produksi yang
dialami oleh bridgeton industries disebabkan oleh kesalahan dalam penetapan dasar
pengalokasian biaya overhead.
3. Keputusan Bridgeton untuk outsourcing pada produknya tidak efisien. Tahun
1988/1989 produk muffler dan oil pans mulai di outsourcing, pada tahun itu pula

laba perusahaan turun drastis sebesar 35%. Selain itu, keputusan tersebut juga
mengakibatkan produk manifolds mengalami penurunan kelas dari kelas II menjadi
kelas lll. Jika dilihat berdasarkan data exhibit 2, kontribusi laba dari produk
manifolds negatif dari tahun 1987/1988 ke tahun 1988/1989. Kemudian naik lagi
tahun berikutnya meski tidak sebesar 2 tahun sebelumnya. Dengan kata lain meski
sudah melakukan outsource namun laba justru menurun, hal ini karena total
penjualan juga ikut menurun meski total biaya juga menurun, indikasi ini
menunjukan bahwa klasifikasi yang dilakukan konsultan ACF kurang tepat karena
keputusan outsourcing justru membuat laba perusahaan menurun. Berdasarkan
analisis kami hal ini dikarenakan:
Struktur biaya produksi pada ACF menunjukkan porsi biaya overhead,
terutama biaya fixed overhead yang besar (biaya dengan biaya kode akun
1000, 4000, 5000, 9000, 11000) dibandingkan biaya material dan biaya tenaga
kerja, hal ini menunjukkan keputusan outsourcing tidak akan berpengaruh
besar terhadap biaya produksi perusahaan, karena sebagian besar produksi
perusahaan merupakan biaya yang tetap atau tidak berubah ketika ada
perubahan jumlah produksi. Porsi biaya fixed overhead terhadap biaya
overhead dan total biaya:
Overhead by
Account Number
1000
1500
2000
3000
4000
5000
8000
9000
11000
12000
14000

Total Overhead

1986/87

1987/88

1988/89

1989/90

7713
6743
3642
2428
8817
24181
5964
6708
5089
26954
9733

7806
6824
3794
2529
8888
24460
5946
6771
5011
28077
9784

5572
5583
2031
1354
7360
20063
3744
5948
3150
15027
8025

5679
5928
2115
1410
7433
20274
3744
5987
3030
15683
8110

1986/87

1987/88

1988/89

1989/90

107,954

109,890

78,157

79,393

Total Fixed
Overhead
Total Costs
Persentase total
fixed overhead
terhadap total
overhead
Persentase total
fixed overhead
terhadap total cost
Persentase total
overhead terhadap
total cost

53,383

53,871

42,687

43,117

255,001

262,547

158,650

163,041

49%

49%

55%

54%

21%

21%

27%

26%

42%

42%

49%

49%

Terlihat bahwa setelah dilakukan outsourcing persentase biaya fixed overhead


meningkat baik terhadap biaya overhead maupun total biaya. Hal ini menunjukkan
bahwa struktur biaya overhead produksi perusahaan sebagian besar berasal dari biaya
tetap overhead. Selain itu proporsi biaya overhead lebih meningkat justru setelah ada
produk yang di produksi pihak lain dengan proporsi 42% dan 49%. Hal ini
menunjukkan pula bahwa biaya overhead merupakan bagian biaya yang signifikan
dalam perusahaan. Karena biaya overhead signifikan, maka berdasarkan teori biaya
overhead yang sgnifikan ini menunjukkan proses produksi ACF lebih banyak
menggunakan mesin atau terotomastisasi.

D. Saran
Sebaiknya Bridgeton menggunakan dasar alokasi biaya overhead berdasarkan jam
kerja mesin karena pada model produksi exhibit 1 semua produk sudah terotomatisasi
menggunakan mesin. Jika jam kerja mesin digunakan sebagai dasar alokasi biaya
overhead, maka biaya produksi per unit akan menggambarkan alokasi biaya overhead
yang sebenarnya. Bridgeton dapat juga menggunakan sistem activity Based-Costing

(ABC) dalam aktifitas produksi tiap produknya agar didapatkan alokasi biaya

overhead yang akurat.


Struktur biaya overhead perusahaan didominasi oleh biaya fixed overhead, tidak
tepatnya proses alokasi biaya overhead, serta adanya informasi bahwa produk
manifolds akan meningkat prospek permintaannya di masa yang akan datang sebagai
imbas dari program mobil emisi gas buang ramah lingkungan. Oleh karena itu akan
lebih baik jika tidak dilakukan outsourcing karena struktur biaya ACF didominasi
oleh biaya fixed overhead sehingga tidak terlalu banyak mengalami penurunan jika
produk dioutsource.

Anda mungkin juga menyukai