PENDAHULUAN
I.1
lobular unit (TDLU) (Ellis et al., 2003). Karsinoma duktal invasif atau infiltratif
adalah tipe histologis terbanyak (70% sampai 80%) karsinoma payudara.
Data di Sulawesi Selatan dalam periode 2008-2012, kanker payudara
menempati urutan pertama angka kejadian kanker. Data dari RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar, penderita kanker payudara yang datang berobat dari
tahun 2008-2012 adalah 1497 pasien, dengan rata-rata 299 pasien per tahunnya,
dengan frekuensi usia 40-49 tahun sebesar 39,4%.
Penyebab kanker payudara adalah suatu proses multifaktorial, dan tidak
ada faktor yang dominan, tetapi ada faktor resiko untuk terjadinya KPD antara
lain: usia, usia menarche, usia menopause, usia saat hamil pertama, riwayat
menderita penyakit yang sama dalam keluarga, riwayat tumor jinak payudara,
radiasi, hormonal, dan diet.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Pada
kanker payudara, metastasis limfogen merupakan rute utama penyebaran sel
kanker (Bjrndahl et al., 2005). Metastasis sel tumor dimulai dengan invasi tumor
ke pembuluh limfe, kemudian ke limfonodi, dan selanjutnya ke organ jauh
(Schoppmann et al., 2002; Rosen, 2009). Organ yang paling sering terkena
metastasis karsinoma payudara adalah tulang, paru-paru, hati dan otak (Zhou et
al., 2012).
Namun demikian usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan
dengan baik dengan mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu,
kemajuan dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik
operasi, radiasi, terapi hormonal serta kemoterapi, yang didasarkan pada ketepatan
penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker, semakin membawa
harapan baru untuk penderita kanker payudara ini
Saat ini belum banyak dilaporkan profil kanker payudara di Indonesia
pada umumnya dan Makassar pada khususnya yang memiliki prognosis yang
buruk pada pasien-pasien kanker payudara maka kami melakukan penelitian ini
untuk mengevaluasi pasien-pasien kanker payudara di RS. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
I.2
TUJUAN PENELITIAN
o Untuk melakukan deskripsi mengenai profil kanker payudara di
Makassar.
o Diharapkan menambah data dan sebagai data acuan untuk
mengevaluasi, mendeteksi dan menangani dengan lebih baik
kanker payudara
I.3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif dengan mengambil
data rekam medis dengan mengumpulkan data penderita kanker payudara
dan penderita metastase kanker payudara.
I.4
TEMPAT PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo Makassar.
I.5
WAKTU PENELITIAN
Waktu penelitian periode Januari 2015 Juni 2015 dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Anatomi Payudara
3
A Ductus
B Lobulus
C Sinus lactiferous
D Puting
susu
(nipple)
E Jaringan lemak
F Otot
pectoralis mayor
G Tulang Iga
Pembesaran:
A sel normal
B membrane basal
C lumen (saluran tengah)
Vaskularisasi Payudara2,4,5
perforantes
a.
mammaria
interna
yang
arteri ini sulit dikontrol sehingga daerah ini dinamakan the bloody
angle.
b. Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:
1. Cabang cabang perforantes v. mammaria interna
2. Cabang-cabang v. aksilaris
a. v. thorako-akromialis
b. v. thorako-dorsalis
c. v. thorako lateralis
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara
pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi
di paru).
Persarafan Payudara2,4,5
Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh
sistem simpatis. Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal
dari nervus supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus
interkostal torasik (34 ). Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang
anterior nervus interkostal torasik. Kuadran lateral atas payudara
dipersarafi terutama oleh nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ).
Pada mastektomi dengan diseksi aksila n. interkostobrakialis dan n.
kutaneus brakius madialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan
bagian medial lengan atas sedapat mungkin dipertahankan agar tidak
terjadi mati rasa di daerah tersebut.
2.
3.
Kelompok
superior
setinggi
Kelompok
inferior
setinggi
interkostal II-III
ii.
interkostal IV-VI
2. Kelenjar getah bening skapula
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya, terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak.
Beberapa di antaranya terletak sangat superfisial di bawah kulit dan fascia
kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif paling mudah
diraba.
1. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes)
2. Kelenjar getah bening v. aksilaris
3. Kelenjar getah bening subklavikula
4. Kelenjar getah bening prepektoral
5. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Metastasis
melalui
sistem vena
Melalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paruparu, vertebra, dan organ-organ lain. V. mammaria interna merupakan
jalan utama metastasis kanker payudara ke paru-paru melalui sistem
vena sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil
yang bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam
v. vertebralis.
b.
10
kematian nomor dua, di Indonesia merupakan kanker nomor dua tertinggi pada
wanita.
Pada tahun 2007 diperkirakan 178.480 wanita didiagnosis menderita
kanker payudara invasif, 62.030 dengan kanker payudara in situ, dan lebih dari
40.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Setelah beberapa tahun
konstan, insiden kanker payudara kembali meningkat seiring diperkenalkannya
skrining dengan mammografi. Keuntungan utama skrining dengan mammografi
adalah ditemukannya kanker payudara pada stadium I, bahkan yang masih in situ,
dan berkurangnya insiden kanker payudara stadium II sampai IV, terutama di
negara-negara maju. Sejak tahun 1994 angka kematian akibat kanker payudara
secara perlahan mulai menurun, meskipun angka kejadiannya tetap konstan.
Penurunan angka kematian ini disebabkan oleh ditemukannya kanker payudara
dalam stadium yang
tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta
perubahan pola penyakit (Desen Wan,2011). Menurut profil kesehatan Indonesia
tahun 2005, KPD menduduki peringkat pertama penyakit keganasan berdasarkan
data statistik rumah sakit Indonesia (Pane, 2007).
Data di Sulawesi Selatan dalam periode 2008-2012, kanker payudara
menempati urutan pertama angka kejadian kanker. Data dari RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar, penderita kanker payudara yang datang berobat dari
tahun 2008-2012 adalah 798 pasien, dengan rata-rata 158 pasien per tahunnya,
dengan frekuensi usia 40-49 tahun sebesar 39,4%.
II.2.3 Etiologi
Etiologi kanker payudara sampai saat ini masih belum jelas, tapi data
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara lingkungan, agen penyebab, dan
penderita itu sendiri, yang mungkin merupakan satu atau beberapa faktor resiko
sekaligus. Kurang lebih 5% kasus kanker payudara diturunkan secara herediter.
10-20% kanker payudara mempunyai riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara, dan pada wanita Yahudi suku Askhenazi terdapat mutasi genetik sebesar
25%., ada sekitar 50% penderita kanker payudara tidak diketahui faktor resikonya.
Kanker disebabkan adanya genom abnormal, yang terjadi karena adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan deferensiasi sel. Gen pengatur ini
disebut protoonkogen dan suppresor gen. Terdapat pada semua kromosom dan
banyak jumlahnya, protoonkogen yang telah berubah dan menyebabkan kanker
disebut onkogen. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan gen ini.
Sehingga kanker dapat disebabkan oleh kelainan konginetal atau konstitusi
genetika.
1. Karsinogen
2. Lingkungan hidup
Kelainan genetik telah diketahui merupakan predisposisi terjadinya kanker
payudara, dalam beberapa dekade terakhir ini telah banyak menarik perhatian para
ahli, terbukti dengan banyaknya penelitian yang mengarah ke biologi sel dan
genetik. Secara makroskopis, kebanyakan kanker payudara terjadi pada kuadran
12
lateral atas dari payudara dan biasanya tunggal, tapi dapat juga timbul kanker
multifokal pada salah satu payudara atau keduanya.(Neal, A.J., 2003)
Kanker payudara dapat saja terbatas atau infiltrasi secara difus, permukaan
dan teksturnya dapat sangat bervariasi bergantung pada jenis kankernya, misalnya
kanker jenis Scirrhous mempunyai tekstur yang berpasir dengan permukaan yang
berwarna abu-abu atau putih, sedangkan kanker jenis Colloid mempunyai tekstur
yang lebih gelatinous. Kanker tipe Lobular dengan infiltrasi yang difus, tidak
dapat dibedakan secara makroskopis.(Neal,A.J., 2003)
II.2.4 Karsinogenesis dan Antikarsinogenesis
Kanker adalah salah satu kondisi patologis seluler dengan karakteristik
adanya pembelahan sel yang tidak terkontrol. Pembelahan sel diatur melalui
proses daur sel secara terprogram. Dalam satu siklus daur sel terdapat 4 (empat)
fase yang dilalui, yakni fase G-1 (Gap pertama), fase S (sintesis DNA), fase G-2
(Gap kedua), dan fase M (mitosis). Pada sel normal, peristiwa pada setiap fase
tersebut diatur oleh seperangkat protein regulator yang diaktivasi dan disediakan
(diekspresi) secara ketat. Adanya perubahan dalam sistem aktivasi atau ekspresi
protein pengatur akan mengakibatkan gangguan dalam perjalanan daur sel. Sel
yang demikian inilah yang dinamakan sel yang telah mengalami perubahan
(transformasi) fisiologi dan dapat mengakibatkan rusaknya kontrol secara normal.
Sel ini akan dapat berkembang dengan lebih cepat daripada sel normal dan
membentuk komunitas sel dengan diferensiasi yang rendah. Dengan dasar adanya
ketidaknormalan dalam sistem regulasi daur sel, maka banyak obat antikanker
dikembangkan dengan sasaran (target) pada modulasi daur sel. Obat-obat
antikanker tersebut memiliki sejarah yang unik dalam penemuan dan
pengembangannya.
Untuk memahami kanker juga diperlukan pemahaman mengenai proses
terjadinya penyakit ini,
penyakit yang memiliki masa laten yang relatif panjang. Kanker terjadi karena ada
kerusakan atau transformasi protoonkogen dan supressor gen sehingga terjadi
13
perubahan dalam cetakan protein dari yang telah diprogramkan semula yang
mengakibatkan timbulnya sel kanker.
Karsinogenesis diawali dengan proses inisiasi pada sel oleh agen
karsinogenik yang menyebabkan mutasi genetik pada gen yang berperan pada
proses pertumbuhan sel. Dengan adanya agen pemacu pertumbuhan (promoter),
baik intra maupun ekstra seluler, sel akan berkembang dan membentuk massa
tumor. Fase ini disebut fase promosi yang dapat berjalan selama puluhan
tahun.Pada akhir fase promosi dapat terjadi perubahan genetik yang semakin
banyak pada beberapa sel yang mendorong sel untuk berkembang semakin tidak
terkontrol. Apabila ini terjadi maka sel akan mengalami percepatan pertumbuhan
dengan disertai perubahan genetik yang semakin banyak. Fase ini disebut fase
progresi yang ditandai dengan cepatnya ekspansi, terjadinya invasi, dan
penyebaran sel kanker ke jaringan/organ lain melalui pembuluh darah. Perubahanperubahan genetik dan ekspresi protein yang semakin banyak pada proses
karsinogenesis menjadi dasar penting untuk pengembangan agen kemoprevensi
kanker. Agen ini diharapkan dapat menghambat karsinogenesis dan juga dapat
memacu kematian sel kanker.
II.2.5 Gambaran Klinik
Kanker payudara terjadi sedikit lebih sering pada payudara kiri dibandingkan
payudara kanan dengan perbandingan 1,07:1. Lokasi tersering adalah pada
kuadran lateral atas (40-50%), kemudian secara berturut-turut diikuti oleh area
sentral, kuadran medial atas, kuadran lateral bawah, dan kuadran medial bawah
(Ellis et al, 2003
Gejala dan tanda klinik yang paling sering ditemukan adalah adanya massa
padat, berbatas tidak tegas, terfiksir, dengan atau tanpa nyeri. Tanda lain yang bisa
ditemukan, antara lain gambaran peaud orange pada kulit, ulkus, keluar cairan
dari puting susu dan retraksi puting susu.(Ellis et al, 2003; Rosen, 2009)
Kelainan pada payudara harus dievaluasi dengan triple assessment, yaitu
pemeriksaan fisik, radiologi (mammografi dan ultrasonografi) dan sampel
jaringan (baik dengan biopsi aspirasi jarum halus, needle core biopsy maupun
14
SOCIETY.
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologi berdasarkan :
Malignant ( Carcinoma )
1. Non invasive carcinoma
a) Non invasive ductal carcinoma
b) Lobular carcinoma in situ
15
2. Invasive carcinoma
a) Invasive ductal carcinoma
a1.
Papillobular carcinoma
a2.
Solid-tubular carcinoma
a3.
Scirrhous carcinoma
b) Special types
b1.
Mucinous carcinoma
b2.
Medullary carcinoma
b3.
b4.
b5.
b6.
b7.
Apocrine carcinoma
b8.
b9.
Tubular carcinoma
b10.
Secretory carcinoma
b11.
Others
16
17
payudara yang invasif secara histologis adalah heterogen, dan kebanyakan adalah
Adenocarsinoma, dan terdapat 5 tipe yang paling sering secara histologis. :
o Infiltrasi Duktal Carsinoma, 75% dari semua kasus Kanker payudara.
o Infiltrasi Lobular Carsinoma, 5-10% dari semua kasus Kanker payudara.
o Tubular Carsinoma, 2% dari semua kasus Kanker payudara.
o Medulare Carsinoma, 5-7% dari semua kasus Kanker payudara.
o Mucinous atau Colloid Carsinoma, 3% dari semua kasus Kanker
payudara.
Tabel 1. Grading Ductal Carcinoma In Situ
Grade
High
Intermediate
Low
Diameter
2+
1-2
1-1,5
Morfologi Nukleus
Cromatin/ nukleus
Mitotik index
Vesikular / 1
2+
Coarse / infrequent
1-2
Diffuse / none
1
Nekrosis
+++
+
0
Score
Tubule Formation
>75%
10%-75%
<10%
Nuklear Pleomorphism
Minimal
Moderate
Severe
Mitotic Rate
Pembagian Grading:
3-5 total poin: Grade I- well differentiated
18
Internationale
Contra
Le
Cancer)/(American
Joint
T0
19
Tis
: Karsinoma in situ
Tis (DCIS)
Tis (LCIS)
T1mic
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
: Mastitis karsinomatous
______________________________________________________________
N = Kelenjar getah bening regional
_______________________________________________________________
20
Nx
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
Catatan :
* Terdeteksi secara klinis : terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara
imaging (di luar limfocintigrafi).
M : Metastasis jauh
Mx
M0
M1
Group stadium :
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium I
T1*
N0
M0
21
Stadium IIA :
T0
N1
M0
T1*
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stadium IIIC :
tiap T
N3
M0
Stadium IV
tiap T
tiap N
M1
Stadium IIB :
Stadium IIIA :
Stadium IIIB :
22
23
24
25
Enam sampai 10% penderita kanker payudara telah terjadi metastasis saat
diagnosis pertama kali ditegakkan. Satu sampai 2% penderita kanker payudra
pada saat diagnosis ditegakkan telah terjadi metastasis tulang dan pada penderita
kanker payudara yang mengalami rekuren sepertiganya akan mengalami
metastasis tulang dan 26% metastasis yang pertama kali terjadi adalah metastasis
tulang.
Coleman dan Rubens, hampir 70% penderita kanker payudara yang telah
meninggal ternyata mengalami metastasis ke tulang. Metastasis kanker ke tulang
adalah kejadian yang umum terjadi pada kebanyakan keganasan.
Narcopsy dalam penelitiannya melaporkan insiden metastasis tulang yang
tinggi pada beberapa jenis keganasan yang sering ditemukan seperti Kanker
Payudara 73%, Prostat 68%, mulut Rahim 50%. Thyroid 42%, Buli-buli 40% dan
Paru-paru 36%.
Koizumi dkk dalam penelitiannya terhadap 5538 kasus kanker payudara
mendapatkan insiden metastasis tulang sebesar 2,13% dan insiden metastasis
tulang ada korelasinya dengan ukuran tumor, status kelenjar dan tipe histologik.
Penderita kanker payudara dengan ukuran tumor yang besar memilki resiko yang
lebih tinggi untuk terjadi metastasis ke tulang. Insiden metastasis tulang paling
sering ditemukan pada penderita KP dengan N (+) 4 atau lebih namun beberapa
peneliti menemukan bahwa metastasis pertama pada tulang dengan N (+).
Metastasis tulang juga bisa terjadi pada penderita N (-) yang resiko tinggi.
Colleoni dkk pada penelitiannya mendapatkan bahwa insiden kumulaif
metastasis tulang yang merupakan metastasis pertama adalah 12,2% dalam 2
tahun dan 26,8% dalam 10 tahun. Insiden metastasis tulang pada kanker payudara
stage I: 0,08%, stage II : 1,09%, stage III : 9,96% dan stage IV : 34,04%.
Selain ukuran tumor dan status kelenjar faktor lain seperti status ER
(Estrogen Receptor) dan umur penderita juga merupakan faktor prediktif
terjadinya metastasis tulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan penderita
yang ER nya (+) sedang penderita kanker payudara umur < 35 tahun mempunyai
resiko metastasis tulang yang lebih tinggi. Seperti jenis kanker lainnya, kanker
payudara dapat menyebar ke berbagai organ tubuh lain. Hati merupakan
26
tempat
metastasis
kedua
terbanyak
pada
pasien
tidak
mendapat
terapi
tulang
(osteoclast)
sehingga
lama-lama
akan
menjadikan
27
Metastasis kanker payudara yang tersering salah satunya pada hati dan
dapat menyebabkan beberapa gejala dari yang tidak ada gejala hingga timbulnya
gagal hati yang menyebabkan kematian pada 20% kanker payudara. Sebenarnya
bila ditemukan awal dan masih terlokalisir masih dapat dilakukan reseksi hepar
kuratip dengan hasil yang cukup memuaskan. Keberhasilan tersebut dapat tercapai
disebabkan masing masing pembuluh darahnya yang bila dilakukan reseksi akan
aman dengan sedikit perdarahan. Kemajuan pemeriksaan imaging dan teknik
operasi dapat meramalkan beberapa banyak hati yang masih bisa disisakan dengan
aman. Pembuluh darah hati yang unik tersebut memungkinkan untuk
memeberikan terapi regional tanpa menyebabkan efek toksik sistemik
(chemoembolization, isolated hepatic perfusion, selective internal radiation).
Metastase hati pada KPD sering dilaporkan menempati urutan ketiga
setelah tulang dan paru oleh beberapa studi. Angka kejadiannya berkisar 10 %
kasus KPD stadium 4. Taylor dkk, melaporkan incidens metastasis hati adalah
5,2% dan jarak antara terdiagnosis kanker dan metastasis hepar berkisar 4-192
bulan, dengan gejala klinis hepatomegali (70%) dan nyeri perut (30%).
Raab dkk melaporkan hasil operasi reseksi hepar akibat metastasis kanker
payudara dengan median umur 47 tahun, median interval operasi primer dengan
reseksi hepar 27,3 bulan. Reseksi kuratip pada meta soliter pada 60% kasus dari
semuanya didapatkan mortalitas sebanyak 3%, survival 5 tahun didapatkan 18,4%
dengan median 27 bulan.26 faktor prognosis lain yang menentukan survival
diantaranya komplit reseksi dengan tipe reseksi negatip, ukuran tumor primer dan
kontrol terhadap tumor primer, respon terhadap kemoterapi.
II.3.4. Metastase Otak
Insidens metastase otak pada penderita Kanker Payudara berkisar 1016%..
Hasil
CT-scan
Otak,
metastase
dapat
berupa
multiple
brain
28
29
30
mammae yang baru didiagnosis sudah diteliti oleh Gabos et al bahwa HER-2
overekpressi merupakan faktor prognosis yang paling penting terhadap metastase
ke sistem saraf pusat,yang mana bertentangan dengan hasil penelitian Tham et al.
Pada penelitian ini, metastase otak berkembang 9% pada pasien dengan HER-2
overekpresi dibandingkan dengan hanya 1,9% pada pasien dengan HER-2 negatif.
II.4. Penanganan
Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis.
Terapi utama adalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeting terapi dan
bisphosphonate), pada kondisi tertentu terapi lokal (radiasi dan pembedahan) juga
diperlukan.
31
1. Kemoterapi
Tidak ada gold standard regimen kemoterapi untuk kanker payudara
dengan metastasis jauh. Pada pasien dengan tripel negatif (ER-,
PR-,HER2/Neu -) belum ada penelitian random (randomized trial) yang
menunjukkan adanya keuntungan survival dari kombinasi kemoterapi
dibanding sequensial singel kemoterapi dari obat yang sama. Kemoterapi
tunggal yang dianjurkan adalah anthracycline, taxane, capecitabine,
vinoralbine, gemcitabine atau vinblastine. Hormonal dan trastuzumab
tidak
dianjurkan.
Pada
penderita
dengan
Her-2/Neu
(+3)
asetate,
fluoxymesterone
premenopause pilihannya
atau
diethylstilbestrol.
Pada
32
Score 2
Ekstremitas bawah
Score 3
Pertrochanteric
Sakit
Ringan
Sedang
Mekanik/ berat
Gambaran
Balstic
Campuran
Lytik
34 - 67
68 -100
radiologis
Ukuran
(%dari 0 33
tulang)
Score
06
Jumlah pasien
11
19
Resiko fraktur
0
5
33
12
33
57
10 -12
18
100
b. Metastasis Otak
Penanganan KPD metastasis otak meliputi pembedahan,
radioterapi atau pembedahan stereotaktik dengan gamma-knife.
Sebagai terapi medikomentosa insial pada pasien dengan manifestasi
klinis yang dicurigai adalah dengan pemberian deksametason 4 mg
setiap 6 jam akan memperbaiki klinis meskipun durasi kerjanya
pendek. Pemberian antikonvulsan dianjurkan meskipun belum ada
manifestasi klinisnya mengingat 20%-30% pasien mengalami kejang.
Radiasi seluruh otak merupakan terapi paliatif inisial untuk
semua KPD metastasis otak tidak terkecuali bila ditemukan lesi yang
multipel. Dosis 30 Gy (grays) dalam 10 fraksi. Radioterapi akan
memperbaiki gejala neurologis yang timbul. Efek samping radioterapi
untuk pasien yang bertahan lebih dari 1 tahun berupa dimensia yang
disertai
ataksia.
Untuk
mengurangi
efek
samping
tersebut
performas
pasien,
respon
terhadap
kemoterapi,
dan
35
Prognosis
Pada umumnya metastases kanker payudara yang ke tulang mempunyai
prognose yang lebih baik daripada metastases ke organ seperti : hepar, paru-paru
dan ke otak. ,Kmietowicz angka ketahanan hidup 5 tahun pada penderita
metastases tulang sekitar 50% bila dibandingkan keadaan metastases ke hepar
20%, 20% pada paru-paru dan ke otak hanya 10%.
36
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah kami lakukan evaluasi kasus kanker payudara di RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode 2011 sampai dengan 2014 didapatkan ada 1289
kasus Ca Mamma diantaranya 340 kasus (26.37%) di tahun 2011 dan 327 kasus
(25.36%) di tahun 2012, 315 kasus (24.43%) di tahun 2013 dan 307 kasus
(23.81%) di tahun 2014 (tabel.1)
Tabel 1. Distribusi Jumlah Kasus Ca
37
340
327
315
307
1289
26.37%
25.36%
24.43%
23.81%
100
Menurut Wendy Vogel tahun 2013, kanker payudara adalah salah satu kanker
yang paling sering. Diperkirakan 234.580 wanita di Amerika Serikat di diagnosis
kanker payudara pada tahun 2013. Akan tetapi hanya 10% atau kurang yang di
diagnosis dengan metastasis kanker payudara. Antara 30%-40% penderita yang
diberikan kemoterapi pada stadium dini akan berkembang menjadi metastasis
kanker payudara. Dan menurut data yang di keluarkan oleh Metastastatic Breast
Cancer Network 2015 yang dikutip dari American Cancer Society disebutkan
bahwa sekitar 6-10% penderita di diagnosa sebagai metastasis kanker payudara
setelah di diagnosa menderita kanker payudara.
Pada tabel 1 terlihat adanya kecenderungan penurunan jumlah penderita
kanker payudara di Makassar, dimana pada tahun 2011 terdapat 26.37% menurun
menjadi 23.81%.
Sementara di Indonesia khususnya Makassar terdapat 191 (14.81%) kasus
metastase kanker payudara selama periode tahun 2011 2014 dengan rincian 64
kasus (33.50%) pada tahun 2011, 41 kasus (21,46%) pada tahun 2012, 60 pasien
(31.41%) pada tahun 2013 dan 26 kasus (13.61%) pada tahun 2014 ( Tabel 2)
Tabel 2. Distribusi Jumlah Kasus Metastase Kanker Payudara
PeriodeTahun 2010 2014 Di RS. Wahidin Sudirohusodo
Tahun
Makassar
Jumlah
38
2011
64
33.50%
2012
41
21.46%
2013
60
31.41%
2014
Total
26
191
13.61%
100
Sejalan dengan penurunan jumlah kasus penderita kanker payudara, pasien yang
mengalami metastasis kanker payudara juga mengalami penurunan yang cukup
signifikan yakni pada tahun 2011 dari 33.50% menjadi 13.61% pada tahun 2014
walaupun di satu tahun sebelumnya (2013) terlihat meningkat 31.41%
Dari beberapa literatur menyatakan bahwa perkiraan metastasis kanker
payudara dapat terjadi pada tulang 19,6%, paru 12.2%, hepar 12,2% dan otak
1.7%.
Sudirohusodo Makassar
Jumlah
24
115
36
16
191
%
13.00%
60.00%
19.00%
8.00%
100
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah kasus metastasis kanker payudara
selama periode 2011 hingga 2014 adalah 191 kasus dengan rincian metastase pada
paru 115 kasus (60%), metastase tulang 36 kasus (19%), metastase hepar 24 kasus
(13%) dan metastase otak 16 kasus (8%) . Berbeda dengan literatur yang
menyatakan bahwa metastasis kanker payudara pada paru sekitar 12.2%, di
39
Makassar justru kanker payudara metastasis paru justru tertinggi yaitu 60%.
Metastase terendah terjadi di otak yaitu 16 kasus (8%) sejalan dengan literatur
yang menunjukkan angka kejadian terendah yang hanya 1.7% kasus.
2011
153
187
340
2012
144
183
327
2013
126
189
315
2014
129
178
307
Total
552
737
1289
Pada tabel 4 dari jumlah keseluruhan 1289 kasus kanker payudara selama
4 tahun tersebut didapatkan kelompok umur
sebanyak 552 orang (42.82%) dan kelompok umur penderita di atas 50 tahun
sebanyak 737 orang (57.17%). Terlihat bahwa angka kejadian kasus kanker
payudara usia >50 tahun lebih tinggi dibanding pada usia < 50 tahun.
2011
2012
2013
2014
Total
203
134
3
340
148
177
2
327
202
106
7
315
172
130
5
307
725
547
17
1289
Sejalan dengan lokasi kanker payudara yang tersering mengenai payudara kanan
sebanyak 56.24% dibandingkan payudara kiri sebanyak 42.43%, walaupun di satu
tahun sebelumnya (2012) terlihat payudara kiri lebih tinggi sebanyak 54.12%
dibandingkan payudara kanan 45.25%.
282
246
281
282
1091
340
327
315
307
1289
Pada tabel 6 dari jumlah keseluruhan 1289 kasus kanker payudara selama
4 tahun tersebut didapatkan hasil pemeriksaan histopatologi Invasif ductal
carcinoma mamma penderita kanker payudara sebanyak 1091 orang (84.63%) dan
hasil pemeriksaan histopatologi Adenocarcinoma mamma sebanyak 198 orang
(15.36%).
41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Dari evaluasi kasus kanker payudara di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode 2011 sampai dengan 2014 didapatkan ada 1289 kasus Ca
Mamma diantaranya 340 kasus (26.37%) di tahun 2011 dan 327 kasus (25.36%)
di tahun 2012, 315 kasus (24.43%) di tahun 2013 dan 307 kasus (23.81%) di
tahun 2014. Adanya kecenderungan penurunan jumlah penderita kanker payudara
di Makassar, dimana pada tahun 2011 terdapat 26.37% menurun menjadi
23.81%di tahun 2014.
Di Makassar terdapat 191 kasus (14.81%) metastase kanker payudara
selama periode tahun 2011 2014 dengan rincian 64 kasus (33.50%) pada tahun
2011, 41 kasus (21,46%) pada tahun 2012, 60 kasus (31.41%) pada tahun 2013
dan 26 kasus (13.61%) pada tahun 2014. Sejalan dengan penurunan jumlah kasus
penderita kanker payudara, pasien yang mengalami metastasis kanker payudara
juga mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni pada tahun 2011 dari
33.50% menjadi 13.61% pada tahun 2014 walaupun di satu tahun sebelumnya
(2013) terlihat meningkat 31.41%
Dari beberapa literatur menyatakan bahwa perkiraan metastasis kanker
payudara dapat terjadi pada tulang 19,6%, paru 12.2%, hepar 12,2% dan otak
42
1.7%. Di Makassar terdapat 191 kasus metastasis kanker payudara dengan rincian
metastase pada paru 115 kasus (60%), metastase tulang 36 kasus (19%), metastase
hepar 24 kasus (13%) dan metastase otak 16 kasus (8%), Berbeda dengan literatur
yang menyatakan bahwa metastasis kanker payudara pada paru sekitar 12.2%, di
Makassar justru kanker payudara metastasis paru justru tertinggi yaitu 60%.
Metastase terendah terjadi di otak yaitu 16 kasus (8%) sejalan dengan literatur
yang menunjukkan angka kejadian terendah yang hanya 1.7% kasus.
Terdapat 1289 kasus kanker payudara selama 4 tahun didapatkan
kelompok umur penderita di bawah 50 tahun sebanyak 42.82% dan kelompok
umur penderita di atas 50 tahun sebanyak 57.17%, sehingga terlihat bahwa angka
kejadian kasus kanker payudara usia >50 tahun lebih tinggi dibandingkan pada
usia < 50tahun. Dan distribusi lokasi kanker payudara selama 4 tahun paling
sering mengenai payudara kanan sebanyak 56.24% dibandingkan payudara kiri
sebanyak 42.43% dan kedua payudara 1.31%. Juga didapatkan hasil pemeriksaan
histopatologis selama 4 tahun dimana histopatologi Invasif ductal carcinoma
mamma 84.63% lebih banyak dibandingkan hasil pemeriksaan histopatologi
Adenocarcinoma mamma sebanyak 15.36%.
Maka dapat disimpulkan bahwa di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar
dari 1289 kasus kanker payudara selama 4 tahun yang dirawat dari tahun 2010
hingga 2014 terdapat kecenderungan penurunan jumlah penderita kanker
payudara, dan sejalan dengan penurunan jumlah kasus penderita kanker payudara,
pasien yang mengalami metastasis kanker payudara juga mengalami penurunan
yang cukup signifikan, dimana metastase tersering pada paru, kemudian metastase
ke tulang menempati urutan kedua tersering, kemudian hepar dan otak. Hal ini
berbeda dengan beberapa literatur yang menyebutkan bahwa selama ini metastase
tersering adalah metastase tulang kemudian metastase pada hepar menempati
urutan kedua di ikuti oleh paru dan otak. Dari 1289 kasus kanker payudara
selama 4 tahun didapatkan angka kejadian kasus kanker payudara usia >50 tahun
lebih tinggi dibanding pada usia < 50 tahun dan payudara kanan paling sering
terkena dibandingkan payudara kiri atau yang mengenai kedua payudara. Dan
43
Makassar:
Bagian
Patology
Fakultas
Kedokteran,
Universitas Hasanuddin,.
44
45
46
EGC: Jakarta.
Mazhar, D., Ang, R., & Waxman, J. (2006). Cox Inhibitors and breast cancer.
British journal of cancer, 94, 346-350.
McGraw-Hills., & Skandalakis. Surgical Anatomy. Breast.
McPherson, K., Steel, C., & Dixon, J. (2000). ABC of breast diseases: breast
cancerepidemiology, risk factors, and genetics. BMJ: British Medical
Journal, 321(7261), 624.
Meiyanto,
E.
(2011).
Harapan
dan
Tantangan
Pengembangan
Agen
47
48