pejabat public yang tamatan S2 hingga S3,. Secara logis istilah tersebut dapat diamini karena
itulah yang terjadi selama ini. Jadi pelibatan panel ahli ada untuk menjawab tantangan tersebut,
jadi yang menyeleksi minimal sederajat tingkatan pendidikannya dengan yang diseleksi bahkan
harusnya lebih dari yang diseleksi, secara hukum hal ini dibenarkan karena tidak ada aturan yang
mengharuskan harus DPR yang langsung memilih dan/atau menyeleksi.
Kesan politis memang senantiasa mewarnai proses pemilihan Jabatan Publik oleh karena
itu perlu ada reformasi sistem menuju mekanisme pemilihan yang lebih ideal sehingga para
pelayan public yang terpilih nantinya benar-benar merupakan orang yang memiliki kredibilitas
dan kompetensi yang mantap sehingga mampu mengarahkan pembangunan nasional dan
pemenuhan hak-hak rakyat secara lebih baik.
Secara pribadi, saya sepakat dengan usulan para ahli dalam artikel di Koran Kompas
Tersebut, menurut saya, walaupun DPR merupakan refresentasi dari rakyat tapi tidak semuaanya
harus dimasuki oleh DPR, jadi saya lebih sepakat jika DPR itu hanya sebatas memberi
pertimbangan dan/atau menyetujui atau tidak menyetujui, sementara proses seleksi dan
pemilihan itu dilakukan oleh Panel Ahli sehinggga hasil yang diperoleh benar-benar ideal, Panel
ahli ini dapat tersusun dari ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli Hukum Tata Negara dan Ahli
Administrasi Negara, serta kalangan Akademisi, sehingga semua aspek sekiranya senantiasa
berupaya diwujudkan untuk menghasilkan pejabat public selaku pelayan rakyat yang sejati.