Anda di halaman 1dari 9

Haidan

Haidan
Widyaiswara Ahli Madya
BPSDM Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM RI
Haidan017@gmail.com

BAHAN AJAR

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


REFORMASI BIROKRASI
METODE E-LEARNING

HAKEKAT
REFORMASI BIROKRASI
A. Pendahuluan
Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI telah
dicanangkan sejak reformasi bergulir dengan mempedomani pada peraturan perundang
undangan baik berupa Ketetapan MPRRI, Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta
Peraturan Menteri Hukum dan HAM. Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma
dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional
dengan karakteristik adaptif, berintegritas, bersih dari perilaku korupsi kolusi dan nepotisme,
mampu melayani publik secara akuntabel, serta memegang teguh tata nilai Kami PASTI dan
kode etik perilaku pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Reformasi birokrasi Kementerian Hukum dan HAM diarahkan untuk memperbaiki
kapasitas lembaga birokrasi. Dimana dalam konteksnya harus mampu menghasilkan sebuah
lembaga birokrasi yang dapat mengakomodasi tuntutan masyarakat. Agar pelaksanaan
reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai dengan arah yang telah ditetapkan, maka perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap 8 area perubahan terdiri dari Organisasi (
Hasil yang diharapkan: Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran ), Tatalaksana ( Hasil
yang diharapkan: Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan,
sesuai prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), Peraturan Perundang-
undangan (Hasil yang diharapkan: Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan
kondusif), Sumber Daya Manusia Aparatur (Hasil yang diharapkan: SDM aparatur yang
berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera.),
Pengawasan (Hasil yang diharapkan: Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang
bebas KKN), Akuntabilitas (Hasil yang diharapkan: Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas
kinerja birokrasi), Pelayanan publik (Hasil yang diharapkan : Pelayanan prima sesuai
kebutuhan dan harapan masyarakat). Mindset dan cultural Set Aparatur (Hasil yang
diharapkan: Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi) .
Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari hasil pelaksanaannya. Hasil pengkajian
menunjukan bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Hukum dan HAM
dicapai melalui pelaksanaan tugas dan fungsi yang terintegrasi melalui 8 area perubahan
sebagaimana yang telah disampaikan dimuka dengan pemanfaatan Teknologi Informasi serta
melakukan inovasi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan membentuk
sumber daya manusia aparatur yang mempunyai inovasi dan kreatifitas perubahan.
Berkaitan dengan Reformasi di Indonesia telah berlangsung sejak terjadi krisis
multidimensi tahun 1998, hingga saat ini tahun 2020, orde reformasi telah berjalan memasuki
tahun ke dua puluh dua, dan telah berhasil meletakkan landasan politik bagi kehidupan
demokrasi di Indonesia. Pasca reformasi tahun 1998, adapun agenda utama yang harus
diselesaikan ialah memberantas korupsi hingga ke akar akarnya untuk menyongsong generasi
emas.
Mencegah korupsi adalah suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan. Pekerjaan
memberantas korupsi harus dilakukan secara bersama-sama dan membutuhkan komitmen
nyata dari mulai pimpinan tertinggi hingga pimpinan di seluruh tingkatan. Selain itu, strategi
pencegahan korupsi diperlukan, agar bahaya korupsi dapat ditanggulangi dan celahnya dapat
ditutup.
Memasuki periode akhir dari RPJPN 2005-2025, dengan periode RPJMN 2020-2024
sebagai periode lima tahun-an akhir, diharapkan dapat diwujudkan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas korupsi, kolusi, serta nepotisme. Selain itu,
diharapkan pula dapat diwujudkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat,
harapan bangsa Indonesia yang semakin maju dan mampu bersaing dalam dinamika global
yang semakin kompetitif, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin baik, SDM
unggul dan semakin profesional, serta mind-set dan culture-set yang mencerminkan integritas
dan berkinerja tinggi.
Bahan ajar Hakekat Reformasi Birokrasi ini merupakan Materi Pelengkap Modul
(MPM) Hakekat Reformasi Birokrasi pada Pelatihan Reformasi Birokrasi melalui metode E-
learning, diharapkan MPM ini dapat menambah kekurangan yang terdapat dalam Modul,
tentunya telah banyak peraturan perundang undangan dan peraturan teknis pelaksanaannya
yang diubah dan atau di ganti sesuai dengan dinamika yang terus berkembang dan
berkesinambungan berkaitan dengan kebutuhan Reformasi Birokrasi di Indonesia, khususnya
di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.

B. Mandat, Makna, Tujuan, dan Sasaran Reformasi Birokrasi


Mandat diberikan kepada seluruh Instansi Pemerintah
Dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilakukan secara bertahap dan menyeluruh baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah untuk melakukan penguatan reformasi birokrasi,
pencapaian dan isu isu strategis reformasi birokrasi serta memahami makna, tujuan dan
sasaran reformasi birokrasi. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan komitmen dari setiap
pemimpin, di semua level jabatan dengan mentaati peraturan perundang-undangan serta
peraturan pelaksnaannya, serta adanya partisipasi aktif seluruh elemen untuk mewujudkan
birokrasi yang bersih dan akuntabel.

Makna Reformasi Birokrasi:


1) Perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia.
2) Pertaruhan besar bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan abad ke-21.
3) Berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih antar fungsi-fungsi pemerintahan,
melibatkan jutaan pegawai, dan memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
4) Menata ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan
terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-
sungguh, berpikir di luar kebiasaan yang ada, perubahan paradigma, dan dengan
upaya luar biasa.
5) Merevisi dan membangun berbagai regulasi, memodernkan berbagai kebijakan dan
praktik manajemen pemerintah pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi
instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru.

Tujuan Reformasi Birokrasi


Tujuan Reformasi Birokrasi sesuai GDRB 2010-2025, yakni untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan birokrasi pemerintah yang
profesional, berintegritas tinggi, menjadi pelayan masyarakat, dan abdi negara. Birokrasi
seperti itu diharapkan akan memberikan kontribusi nyata pada capaian kinerja pemerintahan
dan pembangunan nasional serta daerah. Tujuan Reformasi Birokrasi di atas ialah dalam
rangka mengejar visi Reformasi Birokrasi “terwujudnya pemerintahan kelas dunia”.
Menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi,
berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera,
berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
Reformasi birokrasi di Indonesia dilaksanakan dengan bertujuan untuk menciptakan
birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja
tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
C. Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi
Pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi dilakukan dengan upaya penuh dalam
mewujudkan visi reformasi birokrasi. Visi reformasi birokrasi antara lain adalah
“Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia” Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan
pemerintahan kelas dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi, yang
mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad 21, melalui
tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.
Upaya untuk mewujudkan visi reformasi birokrasi, dilakukan melalui implementasi
Visi-misi yang digariskan melalui arah kebijakan reformasi birokrasi, antara lain:
1. Membentuk dan/atau menyempurnakan perundang-undangan dalam rangka
reformasi birokrasi;
2. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tata laksana, manajemen SDM
aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, mindset dan
culture set;
3. Mengembangkan kualitas kontrol yang efektif; dan
4. Mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien.
Pelaksanaa reformasi birokrasi harus dimonitor secara melembaga untuk memastikan
semua tahapan dilalui denga baik, target dicapai sesuai dengan rencana, dan penyimpangan
segera dapat diketahui dan diperbaiki.
Saat ini upaya pengembangan dan pelaksanaan kegiatan organisasi berbasis e-
government telah dapat berjalan dengan baik ditandai dengan pelaksanaan Work From Home
dalam rangka meminimalisir penyebaran Covid- 19 di Lingkungan Aparatur Sipil Negara
khususnya di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM
Birokrasi sebagai organisasi yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat merupakan
faktor penentu dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Oleh sebab itu cita-cita
reformasi birokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang professional,
memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta
berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan
pertanggungjawaban publik serta integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan
bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
Di mulai dengan di terbitkannya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Pelaksanaan reformasi birokrasi telah
mendapatkan landasan yang kuat
Arah kebijakan reformasi birokrasi tidak dapat dipisahkan dari peraturan yang
mendasari nya, sebagai berikut :
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa tugas pokok bangsa selanjutnya adalah
menyempurnakan dan menjaga kemerdekaan itu serta mengisinya dengan pembangunan
yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan, untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien,
dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan Nasional; maka disusun
perencanaan pembangunan Nasional yang dapat menjamin tercapainya tujuan negara
perlu adanya sistem perencanaan pembangunan Nasional.
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, yang menyatakan
bahwa Indonesia memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah
dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik, di mulai dari pemerintahan pusat hingga pemerintahan daerah agar mampu
mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya.
Dalam rangka mendukung Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, maka perlu melakukan
reformasi birokrasi di seluruh Kementerian / Lembaga / Pemerintah
Daerah; maka diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, untuk melaksanakan reformasi birokrasi di
seluruh Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah dan menjadi acuan bagi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi birokrasi dalam
rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
Dalam Implementasinya dengan mempertimbangkan ketentuan pasal 19 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
maka ditetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah lima
tahun-an, di mulai dengan terbitnya :
1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2014, RPJM Nasional merupakan
penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2009.
Memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program
Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas
kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Berfungsi sebagai: a.
pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga; b. bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan
memperhatikan tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat
dalam RPJM Nasional; c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja.
2) Pemerintah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Kebijakan untuk mewujudkan
Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan Tahun 2015 – 2019. Memuat
strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan
lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk
arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif. Berfungsi sebagai: a. pedoman bagi
Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga; b.
bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan
fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM
Nasional; c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah; d. acuan
dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional. dan dapat menjadi
acuan bagi masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024. Merupakan strategi
pembangunan nasional, kebijakan umum, Proyek Prioritas Strategis, program
Kementerian/ Lembaga dan lintas Kementerian/ Lembaga, arah pembangunan
kewilayahan dan lintas kewilayahan, Prioritas Pembangunan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Berdasarkan Peraturan Presiden No 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi (GDRB) 2010-2025. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ini lalu
dibuatkan Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 melalui Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 Tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 sebagai fase ke-1 di era kepemimpinan Presiden
Soesilo bambang Yudoyono, kemudian dilanjutkan dengan fase ke-2 Road Map Reformasi
Birokrasi 2015-2019 berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2015-2019. Pada tahun 2020.
Reformasi Birokrasi memasuki fase ke-3, yaitu sejak 2020-2024. Mengacu kepada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024, pada
fase ke-2 dan fase ke-3 dengan Pemerintahan yang di pimpin oleh Presiden Joko Widodo.
Dalam rangka menjalankan program Reformasi Birokasi pada kedua fase yang sudah
berjalan, ditetapkanlah delapan area perubahan, yaitu mentalitas ASN, pengawasan,
akuntabilitas, kelembagaan, tata laksana, peraturan perundangan, dan pelayanan publik.
Evaluasi terhadap capaian Reformasi Birokrasi fase pertama dan fase kedua pada kedelapan
area perubahan menunjukkan hasil yang beragam. Namun, tetap menunjukkan kurang
signifikannya perubahan yang terjadi. Reformasi Birokrasi pada area akuntabilitas
pemerintah melalui pembangunan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)
tampaknya merupakan area perubahan yang cukup signifikan.
Area pelayanan publik, walaupun memperlihatkan terjadinya sejumlah perubahan
dengan dibangunnya mal pelayanan publik dan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, masih merupakan area perubahan yang memprihatinkan. Data tentang kepatuhan
pemerintah, terutama pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai ujung tombak pelayanan
publik, terhadap peraturan perundangan di bidang pelayanan publik (UU No 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik) masih belum maksimal.
REFERENSI
______,Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
______,Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025;
______,Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi
______,Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
______,Pemerintah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
______,Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014
______,Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-
2024
______,Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-
2019.
______,Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014

LAIN-LAIN :
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/278422-tantangan-dan-strategi-reformasi-
birokrasi-2020

Anda mungkin juga menyukai