OLEH:
RANIANSYAH
B111 13 082
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena dengan berkat, rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga Tim penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum
Kelembagaan
Negara
dengan
judul
Mahkamah
Agung
dalam
Kekuasaan
1. Kedua orangtua penulis dan segenap keluarga tercinta atas segala bantuan,
dukungan, semangat, dan doa yang terus menyertai;
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Akhir kata, tim penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan
perhatiannya, Besar harapan tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
pembaca dalam memahami Hukum Sumber Daya Alam ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
1. KEKUASAAN KEHAKIMAN.............................................................................4
2. PEMBAGIAN KEKUASAAN MAHKAMAH AGUNG DAN MAHKAMAH
KONSTITUSI YANG IDEAL............................................................................. 6
3. MAHKAMAH AGUNG DAN KOMISI YUDISIAL..............................................9
4. KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM UUD NRI 1945..................10
5. PEREKRUTAN HAKIM AGUNG......................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 12
PEMBAHASAN
1. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Sistem penyelenggaraan pemerintahan
kekuasaan
adalah
penyelesaian
setiap orang
suatu
dilingkungan
atau
sengketa.
peradilan
yang
pejabat
Hakim
diangkat
yang
melakukan pemutusan
secara
dan
khusus
diberi
adalah
wewenang
atau
pejabat
memutuskan
Artinya
independen tanpa
hakim
konstitusional
merupakan
kekuasaan
pun,
baik
yang
harus bersifat
itu
Presiden
sebagai kekuasaan eksekutif maupun DPR dan DPD sebagai kekuasaan legislatif.
Hal ini dipertegas pada pasal 24 ayat (1)
kehakiman adalah kekuasaan yang mandiri. Hal ini lebih meguatkan konsep negara
hukum Indonesia.Pasca
perubahan
amademen
UUD
NRI
1945
telah
memberikan
perubahan,
ketentuan kekuasaan
kehakiman
dan
UUD
NRI
1945
hanya diatur dalam dua pasal yang terdiri atas tiga ayat. Sedangkan setelah
perubahan, ketentuan tersebut menjadi lima pasal yang terdiri
melahirkan
dua
lembaga
kekuasaan
yudikatif
yaitu
dari
19
Mahkamah Agung
ayat
dan
Mahkamah Konstitusi. Sebagaimana dalam pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah dan bada peradilan
yang
berada
di
bawahnya
dalam
lingkungan
peradilan
umum,
lingkungan
tidak
boleh
diintervensi
atau
dipengaruhi
oleh
Sebagian
besar
demokrasi
yang
sudah
mapan,
tidak
satu
contohnya
dibayangkan
sebagai
ialah Amerika
fungsi
Serikat.
Fungsi-fungsi
yang
dapat
Akan
tetapi,
di
lingkungan
Mahkamah
Agung
yang
Mahkamah
Konstitusi,
maka
Mahkamah
Agung
namanya
Agung
dapat
agar
untuk pengertian
nomenklatur
yang
mencakup
Mahkamah
Mahkamah
supremasi
konstitusi
dan
menjamin harmonisnya
sistem
hirarki
2 Lihat pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3 Lihat Jimly Asshiddiqie dan Mustafa Fakhry, Mahkamah Konstitusi: Kompilasi Ketentuan
UUD, UU, dan Peraturan di 78 Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI dan
Asosiasi Pengajar HTN dan HAN Indonesia, 2002
semua
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
d ibawah Undang-Undang
Konstitusi, sedangkan
yang lainnya
diajukan
pada
tingkat
pertama
kepada
bertugas
mengawasi
pelaksanaan
kehakiman,
yang
dikenal Komisi Yudisial (KY). Hal itu terkait dengan kondisi peradilan di
Indonesia
pada
masa
lalu
yang
dinilai
sarat
dengan
KKN
serta
mafia
tanpa
intervensi
dari
lembaga
luar
Kehormatan
Hakim
atau
Dewan
Kehormatan
MA
saja.
Namun
korps,
Judicial Review
mengawasi
perilaku
karena
MK
berada
yang
lingkup
MA
membatalkan
sendiri.
Terlebih
kewenangan
KY
pada
untuk
dimuat
dam
satu
Bab
No Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi
.
1.
Menguji undang-undang
kasasi.
terhadap undang-undang
Menguji peraturan
dasar
Memutus sengketa
perundangundangan
kewenangan lembaga
dibawah undang-undang
negara yang
terhadap undang-undang
kewenangannya diberikan
2.
oleh undang-undang
3.
4.
dasar.
Memutus pembubaran
partai politik
undang.
Mengajukan tiga hakim
Memutus perselisihan
umum
5.
Memeriksa, mengadili,
dan memutus mengenai
pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau wakil
presiden telah melakukan
pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau
perbuatan tercela,
dan/atau pendapat
presiden dan/atau wakil
presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai
presiden dan/atau wakil
presiden
di
bawah
undang-undang
terhadap
undang-
dengan
keabsahan
materiel
PP
No.
110
Tahun
2000
1999,
sementara
saat
yang
sama
Mahkamah
Konstitusi
perudang-undangan
disatuatapkan
dalam
kewenangan
undang-undang
dan
yang
dilakukkannya
dalam
masa
hukum
dan
organisasi
nonpemerintah,
yaitu
6 Wim Voermans, Komisi Yudisial di Beberapa Negara Uni Eropa (Council for the
Judiciary in EU Countries), diterjemahkan oleh Adi Nugroho dan M. Zaki Hussein,
Jakarta: Lembaga Kajian dan Advokasi untuk independensi Peradilan-LeIP 2002, hlm.
IX.
11
Dalam
Hal
pemberian
grasi
dan
rehabilitasi
oleh
Presiden,
Agung
juga
berwenang
menyaksikan
proses
tersebut kemudian disampaikan kepada presiden. Presiden kemudian akan menyampaikan caloncalon hakim agung tersebut kepada DPR untuk dimintai persetujuan. Presiden menyampaikan
jumlah hakim agung sebanyak yang dibutuhkan sehingga DPR tidak melakukan pemilihan,
melainkan hanya menyetujui atau tidak menyetujui. Bila DPR tidak menyetujui, presiden harus
mengajukan calon-calon hakim yang lain sebanyak yang tidak disetujui. Untuk mengantisipasi
7 Lihat Pasal 14 ayat (1) UUD NRI 1945 Presiden Memberi Grasi dan rehabilitasi
dengan memerhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
8 Lihat Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Dasar NRI 1945.
9 Lihat pasal 24A ayat (3) UUD NRI 1945
12
hal ini, KY harus menyampaikan jumlah hakim agung lebih banyak dari yang diperlukan,
misalnya dua kali dari yang dibutuhkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim Garuda Nusantara, Mahkamah Konstitusi: Perspektif Politik dan
Hukum, Kompas, 24 September 2002
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keyword
Kekuasaan Kehakiman.
J. C. T. Simorangkir (et.al), Kamus Hukum, Aksara Baru, 1983
Mustafa Fakhry, Mahkamah Konstitusi: Kompilasi Ketentuan UUD, UU, dan Peraturan
di 78 Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI dan Asosiasi
Pengajar HTN dan HAN Indonesia, 2002.
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Wim Voermans, Komisi Yudisial di Beberapa Negara Uni Eropa (Council for the
Judiciary in EU Countries), diterjemahkan oleh Adi Nugroho dan M. Zaki
Hussein, Jakarta: Lembaga Kajian dan Advokasi untuk independensi PeradilanLeIP 2002, hlm. IX.
14