Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN BANGUNAN GROIN PENGAMAN

PANTAI DI BULU TUBAN

Oleh :
Iwan Kusumo
121910301033

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Bulu merupakan salah satu desa yang terletak di ujung barat kabupaten
Tuban. Batas utara desa Bulu merupakan wilayah pantai berpasir sepanjang 4 km
dan memiliki pesisir yang berimpit dengan garis pantai. Sebagian daerah pesisir
dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti kawasan pemukiman, pariwisata,
perdagangan, industri, dan transportasi. Erosi pantai di kawasan pesisir Bulu
berdampak terhadap terganggunya aktifitas sehari-hari dari masyarakat Bulu.
Untuk melindungi pantai di pantai Bulu dari erosi pantai dan gelombang air laut,
maka dibangun bangunan pelindung pantai.
Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus
garis pantai, dan berfungsi untuk menahan transport sedimen sepanjang pantai,
sehingga bisa mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga
digunakan untuk menahan masuknya transport sedimen sepanjang pantai ke
pelabuhan atau muara sungai. Adapun Keuntungan groin diantaranya
yaitu,
1. Memperlebar pantai di bagian updrift dari groin tersebut karena menahan
longshore sediment transport.
2. Pelaksanaan pekerjaan groin lebih mudah karena dapat dilakukan langsung di
darat.
Selain memiliki beberapa keuntungan namun bangunan pengaman pantai
yang berupa groin mempunyai beberapa kerugiannya, diantaranya :
1. Pada bagian downdrift akan terjadi erosi, terutama pada awal pembangunan
yang merupakan suatu proses mencapai keseimbangan.
Potensi perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh bangunan pantai jenis
groin (a) groin tunggal (b) groin parallel.

1. Analisis Data
Data Angin
Data angin digunakan untuk menentukan arah dan tinggi
gelombang. Data yang diperlukan adalah data arah dan kecepatan
angin dimana data tersebut didapatkan dari Stasiun Meteorologi
Maritim Semarang tahun 2002 2011. Dari data tersebut dibuat
dalam bentuk tabel dan gambar windrose seperti pada gambar
berikut ini.

Sumber : BMKG

Dengan melihat windrose yang diperoleh serta memperhatikan arah


pantai yang menghadap utara, maka arah angin yang digunakan untuk
perhitungan selanjutnya adalah dari arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laut.
Angin dari arah Utara meskipun prosentasenya cukup besar namun kecepatan
anginnya relatif rendah. Sedangkan angin dari arah Barat Laut kecepatannya
relatif lebih tinggi.
Fetch
Fetch efektif akan digunakan pada grafik peramalan gelombang untuk
mengetahui tinggi, durasi dan periode gelombang. Perhitungan panjang fetch
disini menggunakan media bantu Google Earth sehingga memiliki ketepatan
yang cukup tinggi dalam menentukan fetch. Dengan ditarik garis panjang
melalui Pantai Bulu, panjang fetch efektif dengan daerah bangkitan Barat.
Laut, Utara, dan Timur Laut dapat dilihat melalui gambar 4.2 sampai 4.4.
Perhitungan fetch efektif dapat dilihat pada tabel 4.3.

Gambar Fetch efektif arah barat laut (Sumber : Google Earth)

Tabel perhitungan Fetch efektif

Pasang Surut
Data pasang surut yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klas II
Maritim Perak Surabaya bulan Maret 2012 diolah sehingga didapat data
pasang surut maksimum dan minimum per hari. Elevasi pasang surut pantai
Tuban bulan Maret 2012 dapat dilihat pada tabel.
Dari data pasang surut tersebut dapat dibuat grafik yang menunjukkan
fluktuasi muka air laut serta dapat digunakan untuk menentukan elevasi muka
air laut. Gambar 4.3 adalah grafik pasang surut selama bulan Maret 2012.
Dalam gambar tersebut ditunjukkan pula beberapa elevasi muka air laut.
Penentuan elevasi muka air:
1. Muka air tinggi tertinggi (HHWL) sebesar 70 cm
2.

Muka air rendah terendah (LLWL) sebesar -70 cm

3. Muka air tinggi rata-rata (MHWL) didapat dari rata-rata muka air tinggi
sebesar 28 cm
4. Muka air rendah rata-rata (MLWL) didapat dari rata-rata muka air rendah
sebesar -31 cm
5. Muka air rata-rata (MSL) didapat dari rata-rata muka air tinggi rata dan
muka ait rendah rata-rata sebesar -1 cm
Grafik Pasang Surut

Dalam analisis dan perencanaan selanjutnya MSL dipakai sebagai


elevasi acuan dengan kedudukan 0 sehingga elevasi muka air yang lain juga
menyesuaikan. Elevasi-elevasi muka air tersebut adalah sebagai berikut :
1. Muka air tinggi tertinggi (HHWL) + 71 cm
2. Muka air tinggi rata-rata (MHWL) adalah + 29 cm
3. Muka air rata-rata (MSL) adalah 0
4. Muka air rendah rata-rata (MLWL) adalah - 30 cm,
5. Muka air rendah terendah (LLWL) adalah -69 cm
Tinggi dan Periode Gelombang

Berdasarkan hasil perhitungan fetch dapat dilakukan perhitungan


tinggi dan periode gelombang berdasarkan metode Sverdrup Munk
Bretschneider (SMB) yang telah dimodifikasi Shore Protection Manual,
1984. Kecepatan angin yang digunakan adalah kecepatan angin maksimum
dengan arah angin yang berpengaruh adalah barat laut, utara dan timur laut.
Dalam perhitungan tinggi dan periode gelombang laut dalam
diperlukan tambahan faktor koreksi terhadap kecepatan angin yang ada.
Faktor koreksi yang digunakan adalah faktor koreksi yang disebabkan oleh
perbedaan suhu (RT) dimana di daerah perairan pantai Bulu ini digunakan
faktor koreksi sebesar 1 dan faktor koreksi yang disebabkan oleh adanya
perbedaan lokasi antara pencatatan angin di darat dan di laut (RL) yang dapat
ditentukan melalui grafik faktor koreksi perbedaan lokasi dengan kecepatan
angin di darat dan di laut.
Tabel Tinggi gelombang maksimum pertahun yang didapatkan dari
hasil perhitungan metode SMB

Statistik Gelombang
Pengukuran gelombang di suatu tempat memberikan pencatatan muka
air sebagai fungsi waktu. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang sangat
panjang, sehingga data gelombang akan sangat banyak. Mengingat
kekompleksan dan besarnya jumlah data tersebut, maka gelombang alam
dianalisis secara statistik untuk mendapatkan bentuk gelombang yang
bermanfaat dalam bidang perencanaan dan perancangan.
Perhitungan statistik gelombang yang digunakan untuk Metode
Weibull adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. Perhitungan gelombang dengan periode ulang Arah Barat
Laut (Metode Weibull)

Dari tabel diatas 4.8, didapat beberapa parameter yang digunakan


dalam perhitungan gelombang dengan periode ulang, yaitu :
N = 10
K = 10
NT = 10
=1
v = N / NT = 10/10 = 1
Hsm = 20,66 / 10 = 2,07
ym = 16,367/10 = 1,636
Dari berapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter dan B
dengan berdasarkan pada data Hsm dan ysm seperti pada Tabel. Perhitungan
tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu menggunakan persamaan
berikut ini :
Hsm = ym + B^

Persamaan regresi yang diperoleh adalah : Hsr = 0,305 yr + 1,568


Tabel Tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu arah
Barat Laut (Metode Weibull)

Gambar Grafik tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu


arah Barat Laut Metode Weibull

Transpor Sedimen
Angkutan sedimen sepanjang pantai di hitung dengan rumus (US
Army, 2002):

Dalam analisa transport sedimen digunakan beberapa asumsi untuk


menyederhanakan perhitungan, yaitu:
1. Skema dari garis pantai
a. Garis pantai 1, panjang 200 m
b. Garis pantai 2, panjang 170 m
c.

Garis pantai 3, panjang 160 m

d.

Garis pantai 4, panjang 195 m

e. Garis pantai 5, panjang 115 m


f. Garis pantai 6, panjang 165 m
g.

Garis pantai 7, panjang 269 m

h. Garis pantai 8, panjang 247 m


i. Garis pantai 9, panjang 145 m
j. Garis pantai 10, panjang 195 m

k. Garis pantai 11, panjang 166 m


l.

Garis pantai 12, panjang 130 m

m. Garis pantai 13, panjang 233 m


n. Garis pantai 14, panjang 171 m
o. Garis pantai 15, panjang 169 m
p. Garis pantai 16, panjang 209 m
q. Garis pantai 17, panjang 200 m
2. Kontur garis pantai diasumsikan lurus dan paralel.
Dari analisis transpor sedimen didapat hasil perubahan garis pantai
dalam waktu 10 tahun ke depan dan dirangkum pada Tabel.

10

2. Penentuan Layout
Layout Rencana Groin
Dalam perencanaan groin harus ditetapkan terlebih dahulu parameterparameter yang berperan dalan perhitungan struktur. Parameter-parameter
tersebut meliputi parameter geomorfologi dan parameter hidrooseanografi
pantai. Parameter-parameter tersebut dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
pada bab sebelumnya maupun dari hasil penelitian dan literatur yang telah ada
sebelumnya. Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan ini
adalah :
1. Panjang lokasi perencanaan adalah 2,5 km .
2. Gelombang dominan berasal dari arah Barat Laut yang membentuk
sudut sebesar 75 terhadap garis pantai.
3. Nilai gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan
(Ts) disesuaikan dengan jenis bangunan.
Untuk bangunan fleksibel H10=1,27Hs
Tinggi gelombang signifikan (H10) = 1,27 x 1.76 = 2,23 m
Periode gelombang signifikan (T10) = 7,2 dt
4. Elevasi muka air laut berdasarkan analisa pasang surut pada bab
sebelumnya adalah :
a. Muka air laut tinggi tertinggi, HHWL adalah + 71 cm
b. Muka air laut tinggi rata-rata, MHWL adalah +29 cm
c. Muka air laut rata-rata, MSL adalah 0
d. Muka air laut rendah rata-rata, MLWL adalah -30cm
e. Muka air laut randah terendah, LLWL adalah -69 cm
5. Dalam perencanaan ini digunakan durasi angin selama 6 jam. Hal ini
dikarenakan intensitas terjadinya durasi angin selama 6 jam paling
sering.
Untuk perencanan groin perlu ditentukan terlebih dahulu spesifikasi
groin sebagai acuan dalam perencanaan selanjutnya. Spesifikasi-spesifikasi
tersebut adalah :

11

1. Groin merupakan groin parallel yang terdiri dari beberapa segmen.


2.

Groin menggunakan konstruksi tumpukan batu dengan kemiringan


dinding 1 : 2.

3. Gelombang transmisi maksimum adalah 1 meter.


4. Batu lindung menggunakan batu pecah bersudut kasar sebanyak 2
lapis dengan berat jenis batu, r = 2,3 Ton/m3.
5. Berat jenis air laut, w = 1,03 Ton/m3.
6. Tingkat kerusakan struktur pada akhir umur rencana (S) adalah 2
(mulai rusak).
Potongan melintang groin yang direncanakan dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Potongan melintang groin


Layout Groin
Panjang groin akan efektif menahan sedimen apabila bangunan tersebut
menutup lebar surfzone. Namun keadaan tersebut dapat mengakibatkan suplai
sedimen ke daerah hilir terhenti sehingga dapat mengakibatkan erosi di daerah
tersebut. Oleh karena itu panjang groin dibuat 40% sampai dengan 60% dari
lebar surfzone dan jarak antar groin adalah 1-3 kali panjang groin.

12

Potensi perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh bangunan pantai jenis
groin (a) groin tunggal (b) groin parallel

Pada bagian ujung hilir dari pantai yang dilindungi dibuat groin transisi.
Panjang groin berkurang secara berangsur-angsur di bagian ujung hilir pantai
yang dilindungi, dari panjang groin penuh membentuk sudut sekitar 6
terhadap garis pantai alami, seperti ditunjukkan Gambar 6.3. Jarak antar groin
juga berkurang dengan mempertahankan perbandingan antara Xg dab Lg, yaitu:
Xg = Lg sampai 3 Lg

Layout groin
13

3. Perhitungan Struktur Groin


Umum
Groin yang digunakan dalam tugas akhir ini dipilih groin tipe rubble
mound karena sifatnya yang fleksibel sehingga kerusakan maupun kelongsoran
yang terjadi akibat serangan gelombang tidaklah berakibat fatal karena
bangunan masih dapat berfungsi menahan serangan gelombang. Selain itu
kerusakan yang terjadi masih bisa diperbaiki kembali.
Groin ini dibangun dari kedalaman -1,5 mLWS. Berdasarkan hasil
survey pelaksana pekerjaan, bahan batuan pecah alam tersedia cukup di daerah
Tuban sehingga rencana awal yang menggunakan groin dari tetrapod diganti
menggunakan groin dengan armour batu pecah alam.
Umur Rencana
Groin rubble mound ini dirancang berdasarkan umur rencana groin
dimana untuk Tugas Akhir ini diambil umur rencana 50 tahun. Umur rencana
groin ini dimaksudkan untuk mengetahui tinggi gelombang maksimum yang
mungkin akan terjadi selama periode umur rencana yaitu 50 tahun.
Tinggi gelombang dari laut dalam tersebut selanjutnya direfraksi
menuju kedalaman di depan groin. Tinggi gelombang d idepan groin hasil
refraksi gelombang selanjutnya digunakan dalam penentuan berat dan dimensi
groin dengan sekaligus memperhatikan kondisi gelombang dalam keadaan
normal atau dalam keadaan sudah pecah. Sehingga groin yang direncanakan
mampu menahan gelombang maksimum yang mungkin terjadi selama periode
umur rencana groin.
Wave Run Up
Pada saat gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut
akan naik pada permukaan bangunan. Penentuan tinggi run up gelombang ini
digunakan grafik perbandingan run up gelombang dengan rubble mound pada
beberapa kondisi kemiringan. Grafik ini diambil dari Shore Protection Manual
Vol II, 1984. Data yang dibutuhkan :
H0 = Tinggi gelombang di laut dalam (m)
T0 = Periode gelombang di laut dalam (s)
14

Dari hasil analisa didapatkan:


H0 = 2,76 m
T0 = 7.20 s
H0 / gT02 = 0.0054
R / H0 = 0,85
R = 0,85 H0
= 2,35 m
Digunakan grafik run up gelombang dengan lapisan pelindung
menggunakan batu pecah didapatkan Ru/H = 1,15. Run up yang terjadi setinggi
2,35 m.

Elevasi Puncak
Elevasi puncak groin didasarkan atas boleh tidaknya terjadi limpasan
(overtopping). Hal ini melihat fungsi dari groin itu sendiri, maka groin tidak
boleh terjadi limpasan air laut.

15

Angin dengan kecepatan besar yang terjadi di atas permukaan laut


bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai.
Penentuan elevasi muka air rencana selama terjadinya badai adalah sangat
kompleks yang dipengaruhi interaksi antara angin dan air, perbedaan tekanan
atmosfer dan beberapa parameter lainnya.
Kenaikan elevasi muka air karena badai dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

h : kenaikan elevasi muka air rencana karena badai (m)


F : panjang fetch (m)
c : konstanta = 3,5 x 10-6
V : kecepatan angin (m/s)
d : kedalaman air (m)
Diameter Batu
Diameter armour layer berdasarkan buku Manual on the Use of Rock in
Coastal and Shoreline Engineering (1991) dapat ditunjukkan pada persamaan
berikut :

Dn50 = diameter batu (m)


W = berat butir batu (t)
r = berat jenis armour (t/m2)
Tebal Lapisan
Tebal lapisan armour layer berdasarkan Hudson (1953) (dalam
Triatmojo,1990) dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

t = tebal lapis pelindung (m)


n = jumlah lapis batu dalam lapisan (n = 2).

16

k = koefisian lapis
W = berat butir batu (t)
r = berat jenis armour (t/m2)
Lebar Puncak Tiap Lapisan
Lebar puncak tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi
limpasan diijinkan, lebar puncak minimum adalah sama dengan lebar dari tiga
butir batu pelindung yang disusun berdampingan. Untuk bangunan tanpa limpasan
bisa lebih kecil dari itu. Selain itu lebar puncak juga harus menyesuaikan
keperluan operasi peralatan pada waktu pelaksanaan dan perawatan.
Lebar puncak tiap lapis ditunjukkan pada persamaan berikut ini :

B = lebar puncak tiap lapis pelindung (m).


n = jumlah lapis batu dalam lapisan (nmin = 3).
k = koefisian lapis.
W = berat butir batu (t).
r = berat jenis armour (t/m2).

17

4. Stabilitas Groin
Umum
Suatu bangunan dengan berat massa yang sangat besar memiliki
kemungkinan yang sangat tinggi pula terhadap ketidakstabilan suatu bangunan
baik dari fisik bangunan itu sendiri maupun dari tanah pendukung bangunan
itu. Groin tipe rubble mound yang berbentuk trapesium dengan dimensi yang
cukup besar akan berpengaruh terhadap kestabilan tanah dasar dan fisik groin
itu sendiri maka groin yang direncanakan perlu dilakukan kontrol kestabilan
terhadap daya dukung tanah, kelongsoran (sliding) dan penurunan tanah
(settlement).
Stabilitas Daya Dukung Tanah
Groin rubble mound memiliki berat sendiri yang sangat besar karena
penampangnya yang berbentuk trapesium. Maka semakin dalam perairan,
semakin besar pula berat sendiri breakwater. Berat sendiri groin ini
berpengaruh secara langsung terhadap tanah di bawah groin. Sehingga untuk
mengetahui apakah tanah di bawah groin dapat menahan berat sendiri
konstruksi groin digunakan perhitungan daya dukung tanah. Perhitungan daya
dukung yang digunakan adalah perhitungan daya dukung tanah pondasi

dangkal, hal ini dikarenakan

D
B

<4

D = Bagian pondasi yang masuk ke dalam tanah (m)


B = Lebar pondasi (m).
Stabilitas Terhadap Sliding
Kontrol sliding pada struktur groin perku dilakukan untuk mengetahui
apakah struktur groin yang direncanakan tersebut sudah aman terhadap
kemungkinan bahaya longsor (sliding) atau sebaliknya. Perhitungan stabilitas
terhadap sliding ini menggunakan media bantu program Xstable. Program ini
akan menghasilkan angka keamanan tertentu berdasarkan data yang
dimasukkan.

18

Stabilitas Terhadap Penurunan Tanah

Penambahan beban vertikal diatas tanah akan menyebakan tanah


dibawah struktur bangunan terbebani dan tanah di bawah struktur bangunan
tersebut akan mengalami penurunan (settlement). Besarnya penurunan yang
terjadi pada lapisan tanah dasar akibat beban yang berada diatasnya adalah
merupakan penjumlahan dari tiga komponen penurunan tanah, yaitu :
St = Si + Sc + Ss
Dimana :
St = Total settlement
Si = Immediate settlement
Sc = Primary / consolidation settlement
Ss = Secondary settlement
Stabilitas Terhadap Puncture Failure
Kontrol terhadap puncture failure ini bertujuan untuk mengetahui
apakah tanah dibawah timbunan akan ambles apabila dibebani.

19

DAFTAR PUSTAKA
Diposaptono, Subandono. 2001. Erosi Pantai dan Klasifikasinya. BPPT. Prosiding
Konferensi Esdal 2001.
Direktorat Rawa dan Pantai, Ditjen Pengairan. 2009. Pedoman Perencanaan
Bangunan Pengaman Pantai di Indonesia.
Triatmojo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Triatmojo, Bambang. 2008. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Triatmojo, Bambang. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Beta
Offset.
Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dangkal.
Surabaya: Penerbit Jurusan Teknik Sipil ITS.
Yuwono, Nur. 1992. Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta:
PAU-IT-UGM.

20

Anda mungkin juga menyukai