Oleh :
Iwan Kusumo
121910301033
Bulu merupakan salah satu desa yang terletak di ujung barat kabupaten
Tuban. Batas utara desa Bulu merupakan wilayah pantai berpasir sepanjang 4 km
dan memiliki pesisir yang berimpit dengan garis pantai. Sebagian daerah pesisir
dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti kawasan pemukiman, pariwisata,
perdagangan, industri, dan transportasi. Erosi pantai di kawasan pesisir Bulu
berdampak terhadap terganggunya aktifitas sehari-hari dari masyarakat Bulu.
Untuk melindungi pantai di pantai Bulu dari erosi pantai dan gelombang air laut,
maka dibangun bangunan pelindung pantai.
Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus
garis pantai, dan berfungsi untuk menahan transport sedimen sepanjang pantai,
sehingga bisa mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga
digunakan untuk menahan masuknya transport sedimen sepanjang pantai ke
pelabuhan atau muara sungai. Adapun Keuntungan groin diantaranya
yaitu,
1. Memperlebar pantai di bagian updrift dari groin tersebut karena menahan
longshore sediment transport.
2. Pelaksanaan pekerjaan groin lebih mudah karena dapat dilakukan langsung di
darat.
Selain memiliki beberapa keuntungan namun bangunan pengaman pantai
yang berupa groin mempunyai beberapa kerugiannya, diantaranya :
1. Pada bagian downdrift akan terjadi erosi, terutama pada awal pembangunan
yang merupakan suatu proses mencapai keseimbangan.
Potensi perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh bangunan pantai jenis
groin (a) groin tunggal (b) groin parallel.
1. Analisis Data
Data Angin
Data angin digunakan untuk menentukan arah dan tinggi
gelombang. Data yang diperlukan adalah data arah dan kecepatan
angin dimana data tersebut didapatkan dari Stasiun Meteorologi
Maritim Semarang tahun 2002 2011. Dari data tersebut dibuat
dalam bentuk tabel dan gambar windrose seperti pada gambar
berikut ini.
Sumber : BMKG
Pasang Surut
Data pasang surut yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klas II
Maritim Perak Surabaya bulan Maret 2012 diolah sehingga didapat data
pasang surut maksimum dan minimum per hari. Elevasi pasang surut pantai
Tuban bulan Maret 2012 dapat dilihat pada tabel.
Dari data pasang surut tersebut dapat dibuat grafik yang menunjukkan
fluktuasi muka air laut serta dapat digunakan untuk menentukan elevasi muka
air laut. Gambar 4.3 adalah grafik pasang surut selama bulan Maret 2012.
Dalam gambar tersebut ditunjukkan pula beberapa elevasi muka air laut.
Penentuan elevasi muka air:
1. Muka air tinggi tertinggi (HHWL) sebesar 70 cm
2.
3. Muka air tinggi rata-rata (MHWL) didapat dari rata-rata muka air tinggi
sebesar 28 cm
4. Muka air rendah rata-rata (MLWL) didapat dari rata-rata muka air rendah
sebesar -31 cm
5. Muka air rata-rata (MSL) didapat dari rata-rata muka air tinggi rata dan
muka ait rendah rata-rata sebesar -1 cm
Grafik Pasang Surut
Statistik Gelombang
Pengukuran gelombang di suatu tempat memberikan pencatatan muka
air sebagai fungsi waktu. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang sangat
panjang, sehingga data gelombang akan sangat banyak. Mengingat
kekompleksan dan besarnya jumlah data tersebut, maka gelombang alam
dianalisis secara statistik untuk mendapatkan bentuk gelombang yang
bermanfaat dalam bidang perencanaan dan perancangan.
Perhitungan statistik gelombang yang digunakan untuk Metode
Weibull adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. Perhitungan gelombang dengan periode ulang Arah Barat
Laut (Metode Weibull)
Transpor Sedimen
Angkutan sedimen sepanjang pantai di hitung dengan rumus (US
Army, 2002):
d.
10
2. Penentuan Layout
Layout Rencana Groin
Dalam perencanaan groin harus ditetapkan terlebih dahulu parameterparameter yang berperan dalan perhitungan struktur. Parameter-parameter
tersebut meliputi parameter geomorfologi dan parameter hidrooseanografi
pantai. Parameter-parameter tersebut dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
pada bab sebelumnya maupun dari hasil penelitian dan literatur yang telah ada
sebelumnya. Parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan ini
adalah :
1. Panjang lokasi perencanaan adalah 2,5 km .
2. Gelombang dominan berasal dari arah Barat Laut yang membentuk
sudut sebesar 75 terhadap garis pantai.
3. Nilai gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan
(Ts) disesuaikan dengan jenis bangunan.
Untuk bangunan fleksibel H10=1,27Hs
Tinggi gelombang signifikan (H10) = 1,27 x 1.76 = 2,23 m
Periode gelombang signifikan (T10) = 7,2 dt
4. Elevasi muka air laut berdasarkan analisa pasang surut pada bab
sebelumnya adalah :
a. Muka air laut tinggi tertinggi, HHWL adalah + 71 cm
b. Muka air laut tinggi rata-rata, MHWL adalah +29 cm
c. Muka air laut rata-rata, MSL adalah 0
d. Muka air laut rendah rata-rata, MLWL adalah -30cm
e. Muka air laut randah terendah, LLWL adalah -69 cm
5. Dalam perencanaan ini digunakan durasi angin selama 6 jam. Hal ini
dikarenakan intensitas terjadinya durasi angin selama 6 jam paling
sering.
Untuk perencanan groin perlu ditentukan terlebih dahulu spesifikasi
groin sebagai acuan dalam perencanaan selanjutnya. Spesifikasi-spesifikasi
tersebut adalah :
11
12
Potensi perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh bangunan pantai jenis
groin (a) groin tunggal (b) groin parallel
Pada bagian ujung hilir dari pantai yang dilindungi dibuat groin transisi.
Panjang groin berkurang secara berangsur-angsur di bagian ujung hilir pantai
yang dilindungi, dari panjang groin penuh membentuk sudut sekitar 6
terhadap garis pantai alami, seperti ditunjukkan Gambar 6.3. Jarak antar groin
juga berkurang dengan mempertahankan perbandingan antara Xg dab Lg, yaitu:
Xg = Lg sampai 3 Lg
Layout groin
13
Elevasi Puncak
Elevasi puncak groin didasarkan atas boleh tidaknya terjadi limpasan
(overtopping). Hal ini melihat fungsi dari groin itu sendiri, maka groin tidak
boleh terjadi limpasan air laut.
15
16
k = koefisian lapis
W = berat butir batu (t)
r = berat jenis armour (t/m2)
Lebar Puncak Tiap Lapisan
Lebar puncak tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi
limpasan diijinkan, lebar puncak minimum adalah sama dengan lebar dari tiga
butir batu pelindung yang disusun berdampingan. Untuk bangunan tanpa limpasan
bisa lebih kecil dari itu. Selain itu lebar puncak juga harus menyesuaikan
keperluan operasi peralatan pada waktu pelaksanaan dan perawatan.
Lebar puncak tiap lapis ditunjukkan pada persamaan berikut ini :
17
4. Stabilitas Groin
Umum
Suatu bangunan dengan berat massa yang sangat besar memiliki
kemungkinan yang sangat tinggi pula terhadap ketidakstabilan suatu bangunan
baik dari fisik bangunan itu sendiri maupun dari tanah pendukung bangunan
itu. Groin tipe rubble mound yang berbentuk trapesium dengan dimensi yang
cukup besar akan berpengaruh terhadap kestabilan tanah dasar dan fisik groin
itu sendiri maka groin yang direncanakan perlu dilakukan kontrol kestabilan
terhadap daya dukung tanah, kelongsoran (sliding) dan penurunan tanah
(settlement).
Stabilitas Daya Dukung Tanah
Groin rubble mound memiliki berat sendiri yang sangat besar karena
penampangnya yang berbentuk trapesium. Maka semakin dalam perairan,
semakin besar pula berat sendiri breakwater. Berat sendiri groin ini
berpengaruh secara langsung terhadap tanah di bawah groin. Sehingga untuk
mengetahui apakah tanah di bawah groin dapat menahan berat sendiri
konstruksi groin digunakan perhitungan daya dukung tanah. Perhitungan daya
dukung yang digunakan adalah perhitungan daya dukung tanah pondasi
D
B
<4
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Diposaptono, Subandono. 2001. Erosi Pantai dan Klasifikasinya. BPPT. Prosiding
Konferensi Esdal 2001.
Direktorat Rawa dan Pantai, Ditjen Pengairan. 2009. Pedoman Perencanaan
Bangunan Pengaman Pantai di Indonesia.
Triatmojo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Triatmojo, Bambang. 2008. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Triatmojo, Bambang. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Beta
Offset.
Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dangkal.
Surabaya: Penerbit Jurusan Teknik Sipil ITS.
Yuwono, Nur. 1992. Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta:
PAU-IT-UGM.
20