Materi
: Trauma Okuli
A.
Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga, pengunjung dan penjaga pasien
mengerti tentang penyakit trauma okuli.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E.
Setting
Setting waktu
1
.
2
.
WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN
5 Menit
Pembukaan :
1) Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5) Melakukan kontrak waktu
penyuluhan
Pelaksanaan :
Mengevaluasi pengetahuan
peserta sebelum diberi
penyuluhan
Menjelaskan
tentang
pengertian trauma okuli
Menjelaskan
tentang
penyebab trauma okuli
Menjelaskan tentang tanda
dan gejala trauma okuli
Menjelaskan
tentang
penanganan trauma okuli
Menjelaskan
tentang
pencegahan trauma okuli
15 Menit
3
.
10 Menit
KEGIATAN PESERTA
PELAKSANA
6) Menjawab salam
Penyuluh/
penyaji
7) Mendengarkan
Memperhatikan
8) Memperhatikan
9) Memperhatikan
Menjawab
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memberi
kesempatan
kepada
peserta
untuk
bertanya
Penyuluh/
penyaji
Mengajukan
pertanyaan
mengenai materi
yang
kurang
dipahami
Moderator :
Menjawab
pertanyaan
Mendengarkan
F.
Menjawab salam
Media
1. LCD/flipchart
2. Leaflet
G.
Pengorganisasian
1. Penyuluh/Penyaji
H.
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1)Peserta hadir ditempat penyuluhan minimal 5 menit sebelum acara
dimulai
2)Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang kelas
s1keperawatan 4a
3)Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 jam
sebelum acara dengan mempersiapkan LCD/flipchart, layar dan kursi .
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta mengetahui tentang trauma okuli dengan menanyakan kembali
kepada peserta tentang materi. Peserta menjawab pertanyaan yang
diajukan penyaji.
2) Peserta dapat mendemonstrasikan cara pemberian obat tetes dan salep
mata.
BABII
Materi Penyuluhan Trauma Mata/Okuli
1.
Definisi
Trouma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering menyebabkan
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering
mengalami trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan
kelompok yang paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacammacam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan
kecelakaan lalu lintas.
Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui dengan
pasti, namun pada Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun
1993-1996 didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan
lain-lain sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. Trauma
okuli juga bukan merupakan 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan.
2.
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena
robeknya pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak
bulat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
5. Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan
pericorneal injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah
sentral. Hal ini dapat pula ditemui pada trauma mata dengan perdarahan
subkonjungtiva.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada
palpebra. Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri
pada mata.
7. Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga
menimbulkan nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat
menyebabkan sakit kepala.
8. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun
segmen anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan
mengganjal. Jika terdapat benda asing hal ini dapat menyebabkan
peningkatan produksi air mata sebagai salah satu mekanisme perlindungan
pada mata.
9. Fotopobia
Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama
adanya benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea,
benda asing pada segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang
masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau
pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah
lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil
dan cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa manifestasi klinis yang
dapat muncul akibat trauma benda tumpul pada okuli diantaranya antara lain:
1.
Hematoma palpebra
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan
darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Hematoma palpebra merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma
tumpul okuli. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam (racoon eye) yang sedang
dipakai, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda
fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk
kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Penanganan pertama
dapat
diberikan
kompres
dingin
untuk
menghentikan
perdarahan.
Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi
kemotik (edema) pada setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila
palpebra terbuka dan konjungtiva secara langsung terekspose dengan dunia
luar tanpa dapat mengedip maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan
edema
pada
konjungtiva.
Edema
konjungtiva
yang
berat
dapat
Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri
episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma
tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah. Bila tekanan
bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun
dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola
mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.
4.
Edema kornea
Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur
dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.
8
Kornea dapat terlihat keruh. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan
masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi ke dalam jaringan
stroma kornea.
5.
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang
dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi
tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu singkat epitel sekitar dapat
bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut. Erosi di kornea
menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewatu mata dan
kelopak mata digerakkan. Pola tanda goresan vertikal di kornea
mengisyaratkan adanya benda asing tertanam di permukaan konjungtiva
tarsalis di kelopak mata atas. Pemakaian berlebihan lensa kontak
menimbulkan edema kornea.Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali
akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak,
mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang
keruh.
Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi
fuorosein akan berwarna hijau .
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan
dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan
dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel, yang lebih
tepatnya jangan pernah memberi larutan anestetik topikal kepada pasien
untuk dipakai berulang setelah cedera kornea, karena hal ini dapat
memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea permanen. Erosi yang
kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.
Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran
basal. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan
membran basal epitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal
epitel kornea. Umumnya membrane basal yang rusak akan kembali normal
setelah 6 minggu. Permukaan kornea perlu diberi pelumas untuk
membentuk membran basal kornea. Pemberian siklopegik bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangi gejala radang uvea yang
9
mungkn timbul. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata
ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah infeksi
skunder. Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi
rekuren pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada
ditempatnya.
6.
Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma
tumpul pada uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau
midriasis. Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan
merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil.
Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat
menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.
7.
Iridodialisa
Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya
sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang.
Saat mata kita berkontak dengan benda asing, maka mata akan bereaksi
dengan menutup kelopak mata dan mata memutar ke atas. Ini alasannya
mengapa titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada temporal bawah
pada mata. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti peripheral iris tears
(iridodialisis). Saat mata tertekan maka iris perifer akan robek pada akarnya
dan meninggalkan crescentic gap yang berwarna hitam tetapi reflek fundus
masih dapat diobservasi.
10
berdekatan dengan badan silier gampang robek. Lubang pupil pada pangkal
iris tersebut merupakan lubang permanen karena iris tidak mempunyai
kemampuan regenerasi.
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris
sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun
perubahan ukuran pupil akibat trauma tumpul tidak banyak mengganggu
tajam penglihatan penderita. Pasien akan melihat ganda dengan satu
matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya
iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila
keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan
10
Hifema
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan (camera okuli
anterior/COA) yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Trauma tumpul sering merobek
pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar dan merusak sudut kamera
okuli anterior. Darah di dalam cairan dapat membentuk suatu lapisan yang
dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah
menyebabkan sumbatan pupil.
Hifema dibagi dalam 4 grade berdasarkan tampilan klinisnya :
1. grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli Anterior)
2. grade II: menutupi 1/3-1/2 COA
3. grade III: menutupi 1/2-3/4 COA
4. grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien
duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan
dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang
terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis lain berupa tekanan
intraokuli
(TIO)
normal/meningkat/menurun,
bentuk
pupil
Iridosiklitis
Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan
uvea pada post trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya
darah yang berada di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan
pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun. Sebaiknya
pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus
dengan midriatika.
10.
Subluksasi Lensa
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat
putusnya sebagian zonula zinii ataupun dapat terjadi spontan karena
11
trauma atau zonula zinii yang rapuh (sindrom Marphan). Pasien pasca
trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Akibat pegangan lensa
pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan
menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke
depan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.
11.
penglihatan
menurun
mendadak.
Muncul
gejala-gejala
13.
14.
Ablasi Retina
Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena
trauma. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi
retina. Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun,
12
Ruptur Koroid
Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi
perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid. Bila ruptur koroid terletak
atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan
ketajaman penglihatan.
16.
17.
Katarak traumatik
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi
ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Katarak
traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Pada trauma tumpul akan terlihat
katarak
subkapsular
anterior
ataupun
posterior.
Kontusio
lensa
menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak
tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus akan
menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup
dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas
kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya
katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam
bilik mata depan.
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa
yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan
bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja
yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa
yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi
13
3,4,10
hifema yang mengisi lebih dari 5% kamera anterior diharuskan bertirah baring
dan harus diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 5
hari. Mata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder,
glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmen besi. Perdarahan ulang
terjadi pada 16-20% kasus dalam 2-3 hari. Penyulit ini memiliki resiko tinggi
15
penelitian
dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak
sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukimia dan retinoblastoma.
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan
darah atau nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat
insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan
iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik
mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan
dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis
tidak perlu dijahit.
2. Iridoplegia
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk
terjadinya kelelahan sfingter dan diberi roboransia. Untuk mencegah silau
sebaiknya pasien memakai kacamata gelap, atau mata yang sakit diperban.
3. Luksasi Lensa posterior
Pada luksasi lensa posterior, mata akan menunjukkan gejala mata tanpa
lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 Dioptri untuk
melihat jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama
berada pada polus superior dapat menimbulkan komplikasi akibat degenarasi
lensa, yaitu berupa glaukoma fakolitik dan uveitis fakotoksik. Bila luksasi lensa
telah menimbulkan komplikasi sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.
17
5. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya trauma mata, hendaknya :
1) Menghindari perkelahian
2) Memakai alat pelindung saat bekerja
3) Setiap pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia, mengerti bahan apa
yang ada di tempat kerjanya.
4) Pada pekerja las, memakai kaca mata
5) Awasi anak yang sedang bermain.
18
BABIII
KESIMPULAN
Trouma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering menyebabkan
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering
mengalami trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan
kelompok yang paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacammacam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan
kecelakaan lalu lintas.
19
Daftar Pustaka
Asbury T, Sanitato JJ. 2000. General Ophthalmology. Alih bahasa:
Oftalmologi Umum ed. 14. Jakarta. Widya Medika.
Depkes RI, Ditjen Binkenmas. 1998. Hasil Survey Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran 1996.
Ilyas, Sidharta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga: Trauma Mata.
Hal 259-276. Penerbit: FKUI, Jakarta'
Ilyas, Sidarta. 2001. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Balai Penerbit
FK UI, Jakarta.
Kuhn F, Morris R, Witherspoon CD. 1995. BETT: The Terminology of
Ocular Trauma
Yanoff M, Duker JS. 2004. Ophtalmology. 2nd ed, p. 416-419. St Louis,
MO: Mosby
20