LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
1. No RM
2. Nama
3. Umur
4. Jenis Kelamin
: 15345766
: Tn. T
: 23 tahun
: Laki-laki
5. Pekerjaan
: Buruh
6. Alamat
: Bungursari
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,50 C
Kepala
: Normocephal
Mata
: Anemis -/-, ikterik -/-, pupil bulat, reflek +/+ isokor
Hidung & Mulut
: Mukosa bibir kering
Telinga
: dalam batas normal
Leher
: KGB tidak teraba
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Datar
: BU + normal
: NT (-), NL (-), DM (-), Massa (-), H/L
tidak teraba
: Timpani
Perkusi
: ulkus (+)
: Akral superior dan inferior hangat
CRT < 2 detik
Vertebra
Ekstremitas
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Motorik
+5
+5
Sensorik
Parastesi
Parastesi
Reflek fisiologis
Reflek patologis
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Nilai Normal
Satuan
Hemoglobin
9,1
P: 12-16, L: 14-18
gr/dl
Hematokrit
29
P : 35-45, L: 40-50
22.700
Dws : 5.000-10.000
/mm3
Hematology
Leukosit
150.000 350.000
/mm3
111
76-110
Mg/dL
15-45
Mg/dl
0,55
P 0,5-0,9; L 0,7-1,20
Mg/dl
SGOT
65
P 9-32; L 10-38
U/L/37
SGPT
23
P 9-32; L 9-40
U/L/37
Natrium
130
135-145
Mmol/L
Kalium
4,5
3,5-5,5
Mmol/L
Kalsium
1,14
1,10-1,40
Mmol/L
Trombosit
Glukosa sewaktu
Ureum
Kreatinin
Foto Rontgen
E. Diagnosa
Spondilitis TB
Ulkus decubitus
F.
Penatalaksanaan
Infus RL
Cefotaxime inj 2x1 gram
Ranitidin 3x1
OAT lanjutkan
Ambroxol 3x1
Rawat luka
G. Follow Up
Follow up pasien di ruangan
Tan
Keadaan Klinis
ggal
23
Program
Vital sign
KS : CM
bedah
TD : 100/60
Perawatan luka
N : 80 x /menit
Terapi : lanjutkan +
R : 22 x / menit
S: 37,0 o C
Permasalahan :
Os menhgeluh nyeri pada luka
24
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
Terapi Lanjutkan :
TD : 100/60 mmHg
N : 78 x/ menit
R : 18x/menit
S : 36,3 o C
Permasalahan :
Albumin : 2,45
25
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
Terapi lanjutkan
TD : 110/60 mmHg
Foto thorax
N : 80x/ menit
R : 18x/menit
S : 36,4 o C
Permasalahan :
Hb : 7, albumin : 2,5
26
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
TD : 100/70 mmHg
amp
N : 76x/ menit
R : 20x/menit
S : 36,7 o C
Permasalahan :
Hb : 7, albumin : 2,5
27
Vital sign
Konsul spesialis
KS : compos mentis
TD : 100/60 mmHg
Perawatan luka
N : 78x/ menit
Terapi lanjutkan
R : 20x/menit
S : 36,5 o C
Permasalahan :
Hb : 7,6, albumin : 2,84
28
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
Konsul orthopaedi
TD : 110/70 mmHg
Terapi lanjutkan
N : 70x/ menit
Necrotomi debridement
R : 22x/menit
lokal
S : 36,0 o C
Permasalahan :
Hb 7,6, albumin 2,84
29
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
Konsul orthopaedi
TD : 100/70 mmHg
Terapi lanjutkan
N : 72x/ menit
R : 24x/menit
S : 36,8 o C
Permasalahan :
Hb 7,6, albumin 2,84
30
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
Konsul orthopaedi
TD : 100/70 mmHg
Terapi lanjutkan
N : 78x/ menit
R : 20x/menit
S : 36,7 o C
Permasalahan :
Hb 8,4, albumin 2,9
31
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
Konsul RM
TD : 100/60 mmHg
N : 80x/ menit
1 amp
R : 24x/menit
S : 36,3 o C
Permasalahan :
Os mengeluh nyeri pada luka
1
Vital sign
Perawatan luka
KS : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/ menit
R : 20x/menit
S : 36,5 o C
Permasalahan :
Os mengeluh nyeri pada luka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis
tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik
destruktif oleh mikobakterium tuberkulosa. Tuberkulosis tulang belakang
selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh.
Percivall Pott (1793) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas
tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai
penyakit Pott.
Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis
tulang dan sendi yang terjadi. Di Ujung Pandang insidens spondilitis
tuberkulosa
ditemukan
sebanyak
70%
dan
Sanmugasundarm
juga
10
2.2 ETIOLOGI
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari
tuberkulosis
di
tempat
lain
di
tubuh,
90-95%
disebabkan
oleh
mikobakteriumn tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe
bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Lokalisasi
spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan
lumbal atas1, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu
tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson
pada vena paravertebralis.
2.3
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra.
Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan atau daerah epifisial
korpus
vertebra.
Kemudian
terjadi
hiperemi
dan
eksudasi
yang
dan
menyebar
ke
lateral
di
belakang
muskulus
11
12
Derajat IV
Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi
dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi
secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.
Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena
13
belakang
kepala,
gangguan
menelan
dan
gangguan
14
Pemeriksaan radiologis
1. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
15
16
17
2.6.
DIAGNOSIS
Diagnosis
spondilitis
tuberkulosa
dapat
ditegakkan
2.7 PENGOBATAN
Prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus
dilakukan sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas
penyakit serta mencegah paraplegia.
Pegobatan terdiri atas:
1. Terapi konservatif berupa:
a. Tirah baring (bed rest)
b. Memperbaiki keadaan umum penderita
c. Pemasangan brace pada penderita, baik yang dioperasi ataupun yang
tidak dioperasi
d. Pemberian obat antituberkulosa
Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:
18
Asam para amino salisilat Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan.
diberikan
maka
diberikan
kombinasi
beberapa
obat
Kategori 1
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-)/rontgen (+), diberikan
dalam dua tahap, yaitu:
o
Kategori 2
Untuk penderita baru BTA .(+) yang sudah pernah minum obat
selama lebih sebulan, termasuk penderita dengan BTA (+) yang
kambuh/gagal yang diberikan dalam dua tahap, yaitu:
19
Rifampisin
450 mg,
Pirazinamid
1.500 mg dan
2. Terapi Operatif
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama
bagi penderita tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan
operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal,
yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa,
paraplegia dan kifosis.
fokal
20
b. kosto-transversektomi
c. debridemen
Paraplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
a.
b.
Laminektomi
c.
Kosto-transveresektomi
d.
Operasi radikal
e.
lndikasi operasi
a. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau
malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan
operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat
tuberkulostatik.
b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara
terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft
c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun
pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada
medula spinalis
Operasi kifosis
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat. Kifosis
mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak.
Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
JA.
2008.
Pott
Disease
(Tuberculous
http://emedicine.medscape.com/article/226141-overview
23
Spondylitis).