Anda di halaman 1dari 4

1.

Definisi
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul pada daerah nasofaring
(area di atas tenggorok dan di belakang hidung). Di Indonesia, karsinoma nasofaring
merupakan salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan ke - 4
kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker paru.
2. Etiologi
Ada 3 faktor penyebab terjadinya kanker nasofaring, yaitu adanya infeksi Virus Epstein Barr
(EBV), faktor genetik, dan faktor lingkungan .
a. Virus Epstein Barr (EBV)
Pada hampir semua kasus kanker nasofaring telah mengaitkan terjadinya kanker
nasofaring dengan keberadaan virus ini. Virus ini merupakan virus DNA yang
diklasifikasi sebagai anggota famili virus Herpes yang saat ini telah diyakini sebagai
agen penyebab beberapa penyakit yaitu, mononucleosis infeksiosa, penyakit Hodgkin,
limfoma-Burkitt dan kanker nasofaring. Virus ini seringkali dijumpai pada beberapa
penyakit keganasan lainnya tetapi juga dapat dijumpai menginfeksi orang normal tanpa
menimbulkan manifestasi penyakit. Virus tersebut masuk ke dalam tubuh dan tetap
tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Jadi, adanya virus ini tanpa
faktor pemicu lain tidak cukup untuk menimbulkan proses keganasan.
b. Faktor Genetik
Telah banyak ditemukan kasus herediter dari pasien karsinoma nasofaring. Penelitian
pertama menemukan adanya perubahan genetik pada ras Cina yang dihubungkan
dengan karsinoma nasofaring adalah penelitian tentang Human Leucocyte Antigen
(HLA). Perubahan genetik mengakibatkan proliferasi sel-sel kanker secara tidak
terkontrol. Beberapa perubahan genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya
kromosom, dan kehilangan sel-sel somatik. Teori tersebut didukung dengan adanya
studi epidemiologik mengenai angka kejadian dari kanker nasofaring. Kanker nasofaring
banyak ditemukan pada masyarakat keturunan Tionghoa.
c. Faktor Lingkungan
Ikan yang diasinkan kemungkinan sebagai salah satu faktor etiologi terjadinya kanker
nasofaring. Teori ini didasarkan atas insiden kanker nasofaring yang tinggi pada nelayan
tradisionil di Hongkong yang mengkonsumsi ikan kanton yang diasinkan dalam jumlah
yang besar dan kurang mengkonsumsi vitamin, sayur, dan buah segar. Faktor lain yang
diduga berperan dalam terjadinya kanker nasofaring adalah debu, asap rokok, uap zat
kimia, asap kayu bakar, asap dupa, serbuk kayu industri, dan obat-obatan tradisional,

tetapi hubungan yang jelas antara zat-zat tersebut dengan kanker nasofaring belum
dapat dijelaskan. Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama juga mempunyai
resiko yang tinggi menderita kanker nasofaring. Belakangan ini penelitian dilakukan
terhadap pengobatan alami (chinese herbal medicine atau CHB) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara terjadinya kanker nasofaring, infeksi Virus Epstein
Barr (EBV), dan penggunaan CHB.
3. Tanda dan Gejala
a. Gejala Dini
Gejala pada telinga dapat dijumpai sumbatan Tuba Eutachius. Pasien mengeluh rasa
penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran.
Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini. Radang telinga tengah sampai pecahnya
gendang telinga. Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat
penyumbatan muara tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi cairan. Cairan yang
diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang
telinga dengan akibat gangguan pendengaran ( Roezin, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009). Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya
rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau
mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan seringkali
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah muda. Selain itu,sumbatan hidung
yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi
koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan gangguan
penciuman dan adanya ingus kental. Gejala telinga dan hidung ini bukan merupakan
gejala yang khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada infeksi biasa, misalnya
pilek kronis, sinusitis dan lain-lainnya. Mimisan juga sering terjadi pada anak yang
sedang menderita radang ( Roezin, 2007 dan National Cancer Institute, 2009 ).
b. Gejala Lanjut
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5 sentimeter di
bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran kelenjar limfe,
sebagai pertahanan pertama sebelum tumor meluas ke bagian tubuh yang lebih jauh.
Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan oleh pasien. Selanjutnya
sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di
bawahnya. Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan ini
merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan

gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter (Nutrisno , 1988 dan Nurlita,
2009 ).
Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran limfe
atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang
disebut metastasis jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini terjadi,
menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk (Pandi, 1983 dan Arima,
2006).
4. Terapi
Terapi standar kanker nasofaring adalah radioterapi. Namun, biasanya sebagian besar
penderita datang dengan stadium lanjut (stadium III dan IV), bahkan sebagian lagi
datang dengan keadaan umum yang jelek. Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi oleh
stadium. Keterlambatan untuk mendapatkan penanganan yang adekuat menyebabkan
hasil terapi jauh dari menggembirakan.
Kemoterapi merupakan alternatif lain untuk mengobati penderita kanker nasofaring, bisa
berupa ajuvan (tambahan) atau dikombinasikan. Kombinasi pengobatan dengan
kemoterapi diperlukan apabila kanker sudah tumbuh sedemikian besarnya sehingga
menyulitkan

radioterapi.

Selain

itu,

pemberian

kemoterapi

diharapkan

dapat

meningkatkan kepekaan jaringan tumor terhadap radiasi serta membunuh sel-sel kanker
yang sudah berada di luar jangkauan radioterapi.
Imunoterapi dilakukan dengan memberikan vaksin anti virus Epstein Barr pada populasi
yang rentan sebelum terinfeksi virus Epstein Barr untuk mencegah terjadinya kanker
nasofaring.
Pembedahan diseksi leher radikal dilakukan jika masih ada sisa kelenjar paska radiasi
atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi, serta
tidak ditemukannya metastasis jauh.
5. Komplikasi
Toksisitas dari radioterapi dapat mencakup xerostomia, hipotiroidisme, fibrosis dari leher
dengan hilangnya lengkap dari jangkauan gerak, trismus, kelainan gigi, dan hipoplasia
struktur otot dan tulang diiradiasi. Retardasi pertumbuhan dapat terjadi sekunder akibat
radioterapi terhadap kelenjar hipofisis. Panhypopituitarism dapat terjadi dalam beberapa
kasus. Kehilangan pendengaran sensorineural mungkin terjadi dengan penggunaan
cisplatin dan radioterapi. Toksisitas ginjal dapat terjadi pada pasien yang menerima
cisplatin. Mereka yang menerima bleomycin beresiko untuk menderita fibrosis paru.

Osteonekrosis dari mandibula merupakan komplikasi langka radioterapi dan sering


dihindari dengan perawatan gigi yang tepat (Maqbook, 2000 dan Nasir, 2009).
6. Pencegahan
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan risiko
tinggi. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta mengubah cara memasak
makanan untuk mencegah kesan buruk yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya.
Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan
sosial-ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinankemungkinan
faktor penyebab. Akhir sekali, melakukan tes serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA
bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring lebih dini (Tirtaamijaya, 2009).
Daftar Pustaka
1. Protokol Kanker Nasofaing. PP. POI. Depkes.
2. Maqbook,M,2000.Tumours Of Nasopharynx.In:Textbook

Of

Ear,Nose

And

Disease.Edition 9,Srinagar:Jay Pee Brothers,250-253


3. Nasopharingeal Cancer Treatment. National Cancer Institute (NCI). 2009.
4. Tirtaamijaya,N,2009.PencegahanKanker Nasopharing.Wordpress.com. Available

Throat

from:

http://tirtaamijaya.wordpress.com/2009/03/04/pencegahan- kanker - nasopharing/.Accesed


[15 April 2010]
5. UICC TNM System. 2002.

Anda mungkin juga menyukai

  • RKM
    RKM
    Dokumen4 halaman
    RKM
    GadisMutiaraPuspitaIka
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen1 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Cara Menyimpan Asi Fix
    Cara Menyimpan Asi Fix
    Dokumen2 halaman
    Cara Menyimpan Asi Fix
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Rencana Kegiatan Mingguan
    Rencana Kegiatan Mingguan
    Dokumen3 halaman
    Rencana Kegiatan Mingguan
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • SAP Dan Materi
    SAP Dan Materi
    Dokumen14 halaman
    SAP Dan Materi
    Meida Untari
    Belum ada peringkat
  • LP Combustio
    LP Combustio
    Dokumen18 halaman
    LP Combustio
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Aldretere Score
    Aldretere Score
    Dokumen1 halaman
    Aldretere Score
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Case Finding
    Case Finding
    Dokumen3 halaman
    Case Finding
    Giovanny Sumeinar
    100% (9)
  • Konsul Demam Typoid
    Konsul Demam Typoid
    Dokumen3 halaman
    Konsul Demam Typoid
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Case Finding
    Case Finding
    Dokumen3 halaman
    Case Finding
    Giovanny Sumeinar
    100% (9)
  • Resume ISPA
    Resume ISPA
    Dokumen1 halaman
    Resume ISPA
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • LP Gerontik
    LP Gerontik
    Dokumen22 halaman
    LP Gerontik
    Gita Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Resume ISPA
    Resume ISPA
    Dokumen1 halaman
    Resume ISPA
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen25 halaman
    ISPA
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Indika Tor
    Indika Tor
    Dokumen21 halaman
    Indika Tor
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Rencana Intervensi Dan Plan of Action
    Rencana Intervensi Dan Plan of Action
    Dokumen8 halaman
    Rencana Intervensi Dan Plan of Action
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Materi Konseling SINUSITIS
    Materi Konseling SINUSITIS
    Dokumen6 halaman
    Materi Konseling SINUSITIS
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • RKM
    RKM
    Dokumen4 halaman
    RKM
    GadisMutiaraPuspitaIka
    Belum ada peringkat
  • Konsul Demam Typoid
    Konsul Demam Typoid
    Dokumen3 halaman
    Konsul Demam Typoid
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Materi Konseling Demam Typhoid
    Materi Konseling Demam Typhoid
    Dokumen6 halaman
    Materi Konseling Demam Typhoid
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Trauma Thorax
    Laporan Pendahuluan Trauma Thorax
    Dokumen20 halaman
    Laporan Pendahuluan Trauma Thorax
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Konsul Demam Typoid
    Konsul Demam Typoid
    Dokumen3 halaman
    Konsul Demam Typoid
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Leaflet TB2
    Leaflet TB2
    Dokumen2 halaman
    Leaflet TB2
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen9 halaman
    PPOK
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Konseling TBC
    Konseling TBC
    Dokumen4 halaman
    Konseling TBC
    fitriohp
    Belum ada peringkat
  • Konsul Demam Typoid
    Konsul Demam Typoid
    Dokumen3 halaman
    Konsul Demam Typoid
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • (ISOS) Pengkajian
    (ISOS) Pengkajian
    Dokumen5 halaman
    (ISOS) Pengkajian
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • (Isos) Intervensi
    (Isos) Intervensi
    Dokumen6 halaman
    (Isos) Intervensi
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat
  • Leaflet TB
    Leaflet TB
    Dokumen2 halaman
    Leaflet TB
    Giovanny Sumeinar
    Belum ada peringkat