Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rezky Pratama

Koas : Pediatri
Mengapa keracunan makanan bisa menyebabkan diare?
Biasanya karena mengandung kuman atau mikroorganisme. Kuman yang sering menyebabkan
keracunan makanan antara lain: Campylobacter enteritis, kolera, , Staphylococcus aureus,
Shigella, Listeria monocytogenes dan Salmonella. Disamping itu dapat disebabkan oleh virus:
Norovirus dan Rotavirus.
Campylobacter enteritis, sering menyebabkan infeksi di saluran pencernaan. Bakteri ini sering
menjadi penyebab diare dan keracunan makanan. Masuk ke tubuh melalui air yang diminum,
makanan ternak, produk olahan segar, dan susu yang tidak dipasteurisasi. Dapat pula melalui
kontak yang erat dengan binatang peliharaan.
Bila dicurigai terdapat infeksi oleh Campylobacter enteritis maka diperlukan pemeriksaan darah
rutin lengkap dengan hitung jenis, pemeriksaan feses rutin adakah ditemukan sel darah putih, dan
pemeriksaan kultur feses yang ditemukan Campylobacter enteritis.
Infeksi oleh kuman ini seringkali sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan antibiotic.
Akan tetapi dalam keadaan berat (gejala yang menonjol: muntah, diare, demam, dan lemah).
Penyebab keracunan berikutnya adalah E. coli enteritis, Kuman ini menyebabkan peradangan
(inflamasi) usus halus. E coli enteritis yang menyebabkan keracunan makanan biasanya jenis
(strain) E. coli. Ini dapat menimbulkan keracunan makanan yang berat.
Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui daging atau peternakan ayam, air yang tercemar
kotoran hewan, dan pengolahan makanan yang tidak higienis, baik di rumah maupun restoran.
Melalui makanan yang disimpan terlalu lama di lemari es atau suhu lemari es yang kurang
optimal.
Salmonellosis salah satu bentuk keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.
Terdapat beberapa macam jenis bakteri ini, diantaranya Salmonella serotype Typhimurium dan
Salmonella serotype Enteridis.
Keracunan
makanan
dapat
disebabkan
oleh Shigella (Shigelosis),
bakteri
yang
menghasilkan toksin (racun) yang dapat menyerang permukaan usus besar, sehingga
menimbulkan ulkus (luka lecet) di dinding usus. Akibatnya timbul diare bercampur darah.
Inilah khasnya keracunan makanan akibat Shigelosis: diare disertai darah, kram pada perut,
demam tinggi, nafsu makan menurun, mual muntah dan nyeri pada pergerakan usus. Pada
kasus Shigelosis yang berat, pasien dapat mengalami kejang, leher kaku, sakit
kepala, nglungkrah (merasa sangat lelah), dan kesadaran menurun. Hal ini sering
menyebabkan dokter menduga sebagai meningitis (infeksi di selaput otak).

Pada sebagian kasus, dapat memicu dehidrasi berat (kekurangan cairan) atau komplikasi lain
berupa artritis (nyeri sendi), bintik-bintik merah (rash) di kulit, dan gagal ginjal akut. Oleh
karena itu, bila keracunan makanan dicurigai ke arah Shigelosis, maka harus segera dirawat di
Rumah Sakit.
Disamping bakteri, penyebab keracunan makanan adalah Norovirus dan Rotavirus. Bagaimana
virus tersebut dapat masuk ke tubuh kita? Biasanya melalui air yang tercemar, makanan yang
terkontaminasi oleh kotoran tinja, makanan yang dimasak setengah matang (telur, daging, ikan
laut, susu), dan saat berbagi tempat atau sarana bermain anak.
Dapat pula masuk melalui makanan mentah seperti: sayuran untuk lalapan, telur mentah yang
dimanfaatkan untuk jamu ,susu yang langsung diminum setelah diperah. Atau melalui makanan
dalam keleng yang terkontaminasi, serta penyaji atau juru masak yang kurang memperhatikan
hygiene dan sanitasi saat mengolah masakan.
Siapa saja yang mudah terkena keracunan makanan? Terutama bayi dan orang tua serta individu
dengan penurunan daya tahan tubuh, penderita penyakit ginjal kronik, pasien kencing manis
(Diabetes mellitus), ibu hamil atau seseorang yang bepergian ke luar negeri (travellers).

Anda mungkin juga menyukai