Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan meningkatnya konsumsi ikan segar secara global dewasa ini tentu saja
mendorong perbaikan dan evaluasi dibidang kelautan dan perikanan. Tercatat terjadi
peningkatan konsumsi ikan per kapita dalam tingkat global dari 9,9 kg pada tahun 1960
menjadi 19 kg di tahun 2012 (FAO, 2014), untuk tahun 2002 hingga tahun 2006 sendiri
mengalami peningkatan konsumsi ikan secara global sebesar 9 % (Srinivasan dkk,
2012) . Peningkatan konsumsi ini akhirnya mendorong terjadinya eksploitasi besarbesaran di sektor perikanan. Berdasarkan pendekatan empirikal dapat dianalisis pada
tahun 1950 hingga 2004 terjadi eksploitasi terhadap 16-31 % spesies ikan di Exclusive
Economic Zone

atau EEZ level. Menurut FAO sendiri sekitar 28% grup stok

mengalami eksploitasi dan penipisan dan baru pada tahun 2007 mengalami pemulihan
terhadap penipisan stok (Srinivasan dkk, 2012).
Menurut (World Bank dkk, 2011) dalam (Abass dkk, 2014) losses dapat disebabkan
oleh rendahnya infrastruktur, metode panen, prosedur penanganan paska panen,
distribusi, atau kebijakan pemasaran dan penjualan. Dari semua faktor penting yang
memiliki dampak terhadap penyimpanan makanan, penanganan setelah panen
merupakan faktor paling tinggi dampaknya (Min Aung dan Seok Chang, 2013). Salah
satu kegiatan paska panen ikan adalah pendistribusian ikan dari pangkalan pendaratan
ikan ke pasar atau pabrik sebagai konsumen.
Dalam proses distribusi ikan segar ke konsumen tentu membutuhkan jangka waktu
tertentu tergantung jalur transportasi dan jarak tempuhnya. Hal ini tentu saja
mempengaruhi kualitas ikan yang diterima konsumen dan dapat menimbulkan kerugian
atau losses .

Menurut (Ruiz-Garcia dan Lunadei, 2010) dalam (Min Aung dan Seok Chang,
2013) kehilangan dan kerusakan pada makanan berharga selama pendistribusian
merupakan sebuah masalah yang global. Di Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang di dunia Cold Chain System masih jarang diaplikasikan terhadap distribusi
ikan segar atau ikan beku. Sistem ini telah diaplikasikan dibeberapa negara maju dan
berkembang seperti Rwanda, Kuwait dan beberapa negara di Benua Eropa (Lailossa,
2009).
Cold Chain System itu sendiri merupakan sebuah sistem rantai pasok yang
melibatkan pengontrolan dan pengawasan suhu tertentu untuk menjaga kualitas
makanan tetap terjaga atau mengurangi pertumbuhan bakteri pada makanan selama
pendistribusian makanan berlangsung. Cold Chain diibaratkan supply chain yang
mengontrol, memonitor, dan menjaga suhu yang sangat penting untuk menjaga
keberlangsungan dan cold chain system yang tidak rusak (Abad dkk, 2009).
Berdasarkan data Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan pada periode tahun 2008
hingga 2012, Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi kedua dengan volume produksi
ikan tangkap laut tertinggi setelah provinsi Jawa Timur , dapat dilihat pada lampiran hal
1 tabel 1.1.
Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang merupakan salah satu kota
dengan jumlah penduduk yang tergolong tinggi. Selain itu, menurut data pemerintah
Kota Semarang tahun 2013 Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada
pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa
Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor
Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal
dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan;
dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa
Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya jaringan transport darat
(jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul
transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Peta batas
administrasi Kota Semarang dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.2 Peta Batas Administrasi Kota Semarang (semarangkota.go.id)


3

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang (2015),
total jumlah populasi penduduk di Kota Semarang adalah sebanyak 1.765.396 jiwa yang
tersebar di 16 kecamatan dan di masing-masing kecamatan terdapat 7 hingga 16
kelurahan. Jumlah penduduk Kota Semarang di tiap kecamatan dapat dilihat pada
lampiran hal 3 tabel 1.3.
Tingginya populasi ini membuat tingkat konsumsi ikan segar juga tinggi,
berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan (2015), dalam kondisi normal
kebutuhan ikan di Kota Semarang rata-rata per hari mencapai 205.85 ton dengan
komposisi ikan laut sebesar 76%, dan sekitar 30% 40% dari total pasokan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Total pasokan ini diambil dari 48 pasar
tradisional yang berada di Semarang. Peta sebaran pasar Kota Semarang bisa dilihat
pada lampiran hal 4 gambar 1.1 .
Produksi ikan laut yang dijual di wilayah kota Semarang selama tahun 2013 dapat
dilihat pada lampiran hal 1 tabel 1.2.
Menyusul meningkatnya konsumsi ikan di Kota Semarang, tentu saja keberadaan
pelabuhan dan pangkalan pendaratan ikan menjadi penting. Menurut Direktorat Jendral
Perikanan (1985), pada dasarnya pangkalan pendaratan ikan tidak berbeda dengan
pelabuhan perikanan, hanya jangkauan pelanannya lebih terbatas pada kegiatan
perikanan tradisional setempat ( regional) dengan ukuran kapal yang berlabuh kurang
dari 5 GT dan produksinya kurang dari 10.000 ton per tahun.
Salah satu pangkalan pendaratan ikan yang terkenal di Semarang

adalah PPI

Tambak Lorok. PPI Tambak Lorok berada di desa Tambak Lorok kecamatan Semarang
Utara. Dengan letak geografisnya berada di Lintang 6o 56 49 Lintang Selatan dan 110o
26 17 Bujur Timur, PPI Tambak Lorok menyumbang besar volume produksi ikan
hasil tangkap laut di Semarang.
Untuk melihat bagaimana penurunan kualitas ikan segar terjadi selama
pendistribusian ikan dari PPI Tambak Lorok hingga ke pasar-pasar maka dibutuhkan
sebuah simulasi.

Simulasi yang akan dibuat menggunakan software Extend.sim. Dari simulasi inilah
akan diberikan sebuah variabel dari cold chain system berupa teknologi pendingin untuk
mengetahui tingkatan pengaruh teknologi pendingin terhadap distribusi ikan segar yang
sekarang berjalan di wilayah Kota Semarang.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan 3 masalah utama, yaitu :
1. Tidak diketahuinya volume persebaran distribusi ikan di PPI Tambak Lorok,
sehingga membutuhkan identifikasi peta rantai distribusi ikan dari PPI Tambak
Lorok hingga ke pasar.
2. Belum adanya teknologi pendinginan ikan yang sesuai dengan keadaan rantai
distribusi ikan dari PPI Tambak Lorok hingga ke pasar, sehingga butuh identifikasi
alternatif teknologi pendinginan ikan berdasarkan kondisi rantai distribusi ikan yang
berdasarkan kesesuaian tempat spesifikasi teknologi pendingin.
3. Belum diketahuinya presentase peningkatan mutu ikan saat mengaplikasikan
teknologi pendingin ke rantai distribusi sehingga memerlukan pembuatan model
simulasi rantai distribusi ikan dari PPI Tambak Lorok hingga ke pasar.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pola sebaran serta rute distribusi ikan dari PPI hingga ke pasar
2. Mengetahui alternatif teknologi pendingin dengan spesifikasi seperti apa yang dapat
diaplikasikan di titik-titik sebaran distribusi dari PPI hingga ke pasar
3. Melakukan estimasi peningkatan mutu ikan pada rantai distribusi ikan yang
menerapkan cold chain system dengan mendesain model simulasi rantai distribusi
ikan.

1.4 Pembatasan Masalah

1. Identifikasian pola sebaran dan rute distribusi terbatas pada wilayah Kota Semarang
2. Source yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah PPI Tambak Lorok,
Semarang
3. Pembatasan objek pasar adalah terbatas pada pasar-pasar tradisional di wilayah Kota
Semarang
4. Teknologi pendingin yang dijadikan alternatif merupakan teknologi yang sesuai
dengan studi literatur yang telah dilakukan
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan tugas akhir ini menggunakan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,dan sistematika penulisan.
BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendasari penyusunan laporan sesuai
dengan bidang kajian yang diambil dalam pelaksanaan Tugas Akhir, yaitu deskripsi
distribusi ikan, teknologi pendingin dan permodelan sistem simulasi.
BAB III

: METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai urutan penelitian yang akan dilakukan. Terdapat juga
kerangka pikir yang akan menjelaskan gambaran proses penelitian dari awal penelitian
yakni studi pendahuluan hingga selesai dilakukannya penelitian yakni kesimpulan dan
saran.
BAB IV

: PENGUMPULAN DATA

Bab ini membahas mengenai pengumpulan data yang diperlukan yang nantinya akan
digunakan untuk pengolahan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
BAB V

: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang analisis dan pembahasan dari pengolahan data yang
sebelumnya telah dilakukan.
BAB VI

: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
yang telah dilakukan dan pemberian saran-saran yang berhubungan dengan penelitian
agar menjadi bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi pembaca maupun penelitian
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai