Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana penularan HIV ?

Cara paling umum penularan HIV adalah :


Melalui seks vagina, anal atau mulut tanpa kondom dengan seseorang yang terinfek
si HIV
Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian dengan orang yang terinf
eksi HIV
Dari ibu ke bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama kelahiran atau melalui pembe
rian ASI. Tanpa intervensi, 30 % bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV + akan terinf
eksi HIV. Penggunaan obat tertentu diakhir waktu kehamilan dan selama kelahiran
dapat mengurangi kemungkinan bayi terinfeksi menjadi di bawah 10%, tetapi tidak
akan mencegah infeksi HIV untuk seluruh bayi
Petugas kesehatan seperti perawat, beresiko tertular HIV jika mereka tertusuk ja
rum yang mengandung darah yang tercemar HIV atau terpercik darah yang tercemar H
IV pada mata, hidung, mulut atau pada luka atau radang yang terbuka. Hanya sedik
it orang yang tinggal serumah dengan Odha atau orang yang merawat Odha pernah te
rinfeksi. Infeksi mungkin terjadi melalui pemakaian pisau cukur bergantian, meny
entuh darah Odha pada luka atau radang yang terbuka, atau cara lain yang berhubu
ngan dengan darah Odha.
Bagaimana HIV tidak ditularkan
Kita tidak akan terinfeksi HIV dari udara, makanan, air, gigitan serangga, hewan
, piring, pisau, garpu, sendok, Kloset/WC, cium pipi, bersalaman atau lainnya ya
ng tidak melibatkan darah, air mani, cairan vagina, atau ASI.
Kita tidak akan terinfeksi HIV dari kotoran, cairan hidung, air liur, keringat,
air mata, air seni atau muntah kecuali cairan ini bercampur darah. Kita dapat me
mbantu Odha dengan makan, mengganti pakaian bahkan memandikannya tanpa resiko te
rinfeksi, asal kita dapat melindungi diri kita misalnya pakai sarung tangan seka
li pakai jika harus membersihkan atau menolong Odha yang sedang diare. Cucilah t
angan dengan teliti setelah melepaskan sarung tangan.
Tim yang terlibat dalam penanganan Odha sebaiknya memiliki pengetahuan penting m
engenai HIV/AIDS agar pelayanan yang diberikan dapat lebih efektif. Dengan infor
masi yang lebih lengkap, maka kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia
jukan Odha.
Pemberian perawatan
Sedapat mungkin dan selama mungkin Odha merawat diri sendiri, sehingga dia meras
a lebih mandiri, dapat mengatur rencana sendiri, membuat keputusan sendiri dan m
elakukan apa yang diinginkan semampu Odha. Misalnya mengembangkan program olahra
ga, membuat perencanaan makan, dsb.
Mencegah penularan HIV di rumah
HIV tidak mudah menular, kecuali bila melakukan hubungan seksual yang tidak aman
/terlindungi atau ada kontak darah dengan darah (penularan melalui darah, penggu
naan jarum suntik bersama, transfusi). Virus HIV cepat mati di luar tubuh manusi
a. Prinsipnya resiko penularan tidak akan terjadi pada perawatan Odha, asalkan m
engikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan seperti :
Cuci tangan dengan sabun dan air setelah mengganti seprei , baju atau setelah
terkontaminasi oleh cairan tubuh Odha (misalnya : darah, air kencing, dahak)
Tutuplah luka, baik yang ada pada perawat (keluarga) maupun Odha. Prinsipnya sem
ua luka terbuka yang memungkinkan adanya kontak darah dengan orang lain, dengan
seprei/baju Odha, harus ditutup dengan kain bersih. Gunakan potongan plastik, ke
rtas, sarung tangan untuk menyisihkan cairan-cairan yang mungkin keluar dari luk
a tersebut.
Jagalah agar seprei dan baju tetap bersih agar Odha merasa nyaman dan mencegah k
emungkinan timbulnya masalah kulit. Bila yang merawat bisa mengikuti aturan di a
tas, resiko penularan dari kontak dengan cairan tubuh Odha akan sangat rendah. B

ahan-bahan yang terkontaminasi cairan tubuh Odha harus dicuci dan pisahkan dari
bahan yang lain, selalu memegang bagian yang tidak terkena noda/cairan. cucilah
dengan air dan sabun, bilas, keringkan dan setrika seperti biasanya.
Jangan berbagi barang-barang yang tajam seperti alat cukur, sikat gigi, jarum at
au apapun yang memungkinkan terkena darah Odha. Jika terpaksa harus berbagi, ala
t-alat tersebut harus direbus terlebih dahulu dalam air mendidih sebelum digunak
an
Jauhkan barang-barang seperti popok, tissue bekas pakai, saputangan atau apapun
yang memungkinkan terkontaminasi cairan tubuh Odha. Letakkan pada tempat yang te
rtutup dan sulit dijangkau terutama oleh anak-anak
HIV tidak menular melalui kontak sosial, misalnya bersalaman, ngobrol, berpeluka
n. Akan tetapi Odha dan keluarga sedapat mungkin mneghindari infeksi yang bisa d
itularkan melalui kontak sosial seperti Infeksi saluran pernafasan dan diare.
Menghindari Infeksi lainnya
Odha mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terkena infeksi. Infek
si dapat melemahkan daya tahan tubuh Odha. Beberapa cara menjaga kebersihan yang
harus dijalankan oleh semua anggota keluarga termasuk Odha :
Cuci tangan sebelum : memasak, makan, menyuapi makanan dan memberi obat
Cuci tangan setelah : memakai kertas tissu toilet, mengganti popok/pakaian dalam
Gunakan air bersih (matang) untuk makan/minum terutama untuk anak-anak
Cucilah seprei/handuk/baju dengan sabun dan air
Simpanlah makanan dalam tempat tertutup sehingga tidak tercemar oleh kotoran/lal
at
Bila ada anggota keluarga yang sakit, cucilah gelas sebelum digunakan orang lain
Jangan meludah disembarang tempat
Cucilah dengan air bersih buah-buahan dan sayuran segar yang langsung dimakan ta
npa dimasak
Membuang sampah pada tempatnya, kelola dengan benar (ditimbun/dibakar).
Perawatan Paliatif
1.Perawatan paliatif adalah perawatan yang terpusat pada penderita dan keluargan
ya, ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan keluarganya melalu
i semua tindakan yang aktif dan antisipatif, preventif dan pengobatan terhadapse
mua gejala untuk mengatasi penderitaan si sakit. Diperlukan pendekatan secara te
rpadu oleh sebuah tim yang multiprofesional, yang bekerja secara interdisipliner
sepanjang perjalanan penyakitnya, dengan menempatkan upaya membina relasi dokte
r-pasien-keluarga yang saling menghargai dan saling mempercayai sebagai hal yang
utama. Perawatan paliatif harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan penderita bai
k dari segi fisik, maupun segi intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Ia
juga menjaga otonomi penderita, menyediakan informasi yang diinginkan dan kelelu
asaan untuk memilih perawatan yang bagaimana yang diinginkannya.
2.Dalam perawatan paliatif ditekankan bahwa pada penderita dengan penyakit yang
sudah lanjut, selain gejala-gejala fisik dan psikologik, juga timbul penderitaan
yang bermula pada kondisi distress mengenai keberadaan dirinya. Hal ini sering
kali merupakan hal yang kurang dipahami sebagai penyebab penderitaan pada pender
ita karena hal ini terkait dengan pertanyaan sentral tentang makna dan tujuan hi
dup, ketakutan akan kematian yang mengancam serta kenyataan bahwa mereka dalam w
aktu yang tidak terlalu lama akan terpisah dari orang-orang yang dicintainya unt
uk selama-lamanya. Pada kasus HIV/AIDS, hal ini menjadi sangat penting karena st
igma dan penilaian negatif yang melekat pada mereka yang menderita penyakit ini.
Tidak jarang penderita ditolak keberadaannya, dikucilkan atau diisolasi dari ma
syarakat. Perilaku menyimpang seperti penyalahgunaan narkotika, khususnya IDU (i
njecting drug use), hubungan homoseksual, hubungan heteroseksual dengan pasangan
yang berganti-ganti dan lain-lainnya merupakan kondisi yang sering dikaitkan de
ngan HIV/AIDS. Stigma dan penilaian negatif ini juga berdampak pada keluarga yan
g (akan) ditinggalkannya.

3.Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual sehingga perawatan pe


nderita haruslah menyentuh semua demensi kehidupan ini karena masing-masing dime
nsi akan selalu berinteraksi secara timbal-balik. Adalah manusia yang sakit yang
membutuhkan pertolongan kita, bukan penyakit atau gejala-gejalanya saja yang pe
rlu diatasi (treat the patient not only the disease). Sehingga bila penyakit ter
sebut sudah dalam tahap incurable maka perawatan suportif tidak boleh ditinggalkan
untuk mengupayakan agar penderita tersebut dapat terbebas dari gejala-gejala ya
ng akan membuatnya makin menderita. Spiritualitas disini berbicara tentang panda
ngan hidup seseorang serta perilakunya yang merupakan perwujudan dan expresi dar
i rasa keterkaitannya dengan sesuatu yang memiliki demensi transendental atau se
suatu yang lebih agung daripada dirinya.
4.Tiap manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan dasar dan dalam kondisi termin
al, kebutuhan ini akan semakin terasa. Kebutuhan dasar tersebut antara lain adal
ah sebagai berikut :
Kebutuhan fisik yaitu terbebasnya penderita dari berbagai macam keluhan atau pen
deritaan/gejala fisik yang mengganggu. Perhatian dan pengamatan yang cermat dan
terinci terhadap setiap keluhan yang disampaikan penderita merupakan hal yang pe
nting untuk dapat membuat diagnosa yang tepat dan selanjutnya untuk menentukan t
indakan yang tepat untuk mengatasi keluhan tersebut.
Kebutuhan psikologik berupa:
Rasa aman dan nyaman karena keyakinan bahwa dirinya berada dalam perawatan oleh
para ahli yang kompeten dan keluarga/care givers yang peduli dengan keadaannya
Kebutuhan untuk mengetahui tentang penyakit yang dideritanya serta gejala-gejala
yang sedang/akan dialaminya sehingga penderita tidak berada dalam keadaan ketid
ak-pastian yang berkepanjangan
Penderita juga ingin untuk tetap dihargai dan dianggap mampu, dengan cara meliba
tkannya dalam mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan dirinya terutama
bila secara fisik ia menjadi sangat tergantung pada orang lain.
Kebutuhan sosial :
Perasaan tetap diterima oleh keluarga/care-givers-nya walaupun penampilan /peril
akunya sering kali tidak menyenangkan.
Perasaan tetap dibutuhkan, dilibatkan dan diperhitungkan dalam keluarganya sehin
gga penderita tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya.
Kesempatan bagi penderita untuk membebaskan diri dari keterikatannya dengan oran
g lain dan dibebaskan dari berbagai tanggung jawab dalam pekerjaan/keluarga yang
sebelumnya dipikul penderita dengan menyerahkannya kepada orang lain.
Kebutuhan spiritual :
Kasih sayang yang diexpresikan secara nyata seperti jabat tangan, sentuhan, stro
kes atau belaian.
Kesempatan untuk memperbaiki hubungan-hubungan interpersonal yang terganggu diwa
ktu yang lalu, serta mendapatkan pengampunan atas kesalahan-kesalahannya dimasa
lalu.
Keyakinan bahwa dirinya tetap dicintai dan dihargai.
Perasaan bahwa hidupnya tetap mempunyai arah/tujuan yang jelas dan berarti bagi
sesamanya.
5.Perawatan akhir hayat/perawatan terminal adalah suatu proses perawatan medis l
anjutan yang terencana melalui diskusi yang terstuktur dan didokumentasikan deng
an baik, dan proses ini terjalin sejak awal dalam proses perawatan yang umum/bia
sa. Dikatakan sebagai perawatan medis lanjutan karena penderita biasanya sudah m
asuk ke tahap yang tidak dapat disembuhkan (incurable). Melalui proses perawatan
ini diharapkan penderita dapat meng-identifikasi dan meng-klarifikasi nilai-nil
ai dan tujuan hidupnya serta upaya kesehatan dan pengobatan yang diinginkannya s
eandainya kelak ia tidak lagi mampu untuk memutuskan sesuatu bagi dirinya sendir
i. Atau, penderita dapat pula menunjuk seseorang yang akan membuat keputusan bag
inya sekiranya hal itu terjadi. Dalam perawatan ini, keluarga ikut dilibatkan se
hingga dengan demikian diharapkan semua kebingungan dan konflik dikemudian hari
dapat dihindari. Proses ini perlu senantiasa dinilai kembali dan di-up date seca
ra reguler karena dalam perjalanannya tujuan perawatan dan prioritasnya sering k

ali berubah-ubah tergantung pada situasi/kondisi yang dihadapi saat itu.

Anda mungkin juga menyukai