OLEH:
SYAIFUL RAMADHAN HARAHAP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2012
I. PENDAHULUAN
gas
ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah
emisi kenderaan pula. Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya
hubungan yang erat antara tingkat emisi kenderaan perkotaan dengan angka
kejadian (prevalensi) penyakit pernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya
akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit
dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan
berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik
dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung terhirup
melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya.
Makalah ini akan mengulas akar permasalahan, komposisi dan dampak
emisi kenderaan yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor
terhadap kesehatan maupun lingkungan khususnya kendaraan bermotor dengan
bahan bakar fosil.
total emisi SPM dan sebagian besar Pb, CO, HC, dan NOX di daerah perkotaan
(Agenda-21), dimana tingkat emisi kenderaan hampir melampaui standar kualitas
udara ambien. Berdasarkan hasil penelitian di Amerika, industri transportasi telah
membangkitkan setengah dari 200 ton gas buang yang mengotori udara setiap
tahunnya, dengan mobil sebagai kontribusi utama (Tabel 1).
Tabel 1. Tingkat Emisi Emisi Kenderaan pada Transportasi Penumpang di
Amerika
Polutan
Karbon Monoksida
775
630
1.440
155
130
45
25
20
Nitrogen Oksida
990
465
380
Trace
Sulfur Oksida
110
710
250
40
Hidrokarbon
Aldehida
Timbal
NO2
Timah Hitam
Persoalan Kesehatan
- Kematian Dini
- Rawat Rumah Sakit
- Kunjungan ke Gawat Darurat
- Jml Hari Tdk Bekerja
- Ganggguan Tenggorokan pada anak
- Serangan Asma
- Kronik Bronchitis
- Gangguan Tenggorokan
- Kematian Dini
- Darah Tinggi
- Serangan Jantung
Jumlah Kasus
Jakarta Bandung Surabaya
1.160
2.071
40.625
6.380.639
104.121
464.148
10.562
1.773.427
223
135.656
183
17
30
597
93.733
1.530
6.818
155
14.213
28
20.256
28
216
386
7.572
1.189.311
19.408
86.514
1.969
177.989
216
35.156
44
penyakit
yang diderita
oleh tenaga
proses
produksi
(Moestikahadi, 2000)
membutuhkan
pertumbuhan
ekonomi
yang
cukup
tinggi
untuk
berkembang
seperti
Indonesia,
secara
langsung
mengakibatkan
Spesifikasi suatu penataan ruang sangat berpengaruh terhadap tipe dan jumlah
kendaraan yang berada dalam wilayah tersebut sehingga penataan suatu
ruang/wilayah kota secara signifikan akan sangat berpengaruh terhadap emisi
kenderaan. Pengaturan tata ruang wilayah yang salah akan bedampak kepada
penurunan kecepatan arus lalu-lintas dan akan memicu terjadinya kemacetan.
Semakin besar kemacetan yang terjadi maka semakin besar pula pemborosan
energi (penggunaan BBM) dan emisi kenderaan semakin tak terkendalikan.
10
Pada umumnya dalam berbagai kasus emisi kenderaan, dalam hal ini emisi
kenderaan yang diakibatkan oleh gas buang emisi kendaraan bermotor,
dibutuhkan upaya segera dalam penanggulangannya. Pemantauan udara ambien
dan emisi telah dilaksanakan di DKI Jakarta. Hasil pemantauan JICA (1997)
menunjukan bahwa diantara berbagai bahan pencemaran yang dipantau, jenis
pencemar udara yang sering melampaui kriteria mutu udara, adalah partikulat dan
hidrokarbon (non-metan). Walaupun hasil
penelitian mengenai
dampak
11
12
13
14
15
16
4.2. Bahan-Bahan
Pernafasan
Pencemar
yang
Terutama
Mengganggu
Saluran
17
18
19
20
penyakit jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan ka dar yang
dapat membentuk COHb di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh
CO dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam.
Oleh karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 % WHO
menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk
waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3) untuk waktu 8 jam.
4.3.2. Timbal
Timbal ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbal
organik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbal organik
ini berubah bentuk menjadi timbal anorganik. Timbal yang dikeluarkan sebagai
gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran
sekitar 0,01 m. Partikel-partikel timbal ini akan bergabung satu sama lain
membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau
mengendap pada kenalpot (Wardhana, 1999).
Sutiono (2007) mengatakan bahwa pengaruh Pb pada kesehatan yang
terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun
syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat
menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok dewasa 6080g/100 ml dan kelompok anak > 40 g/100 ml. Pada kadar Pb-darah kelompok
dewasa sekitar 40 g/100 ml diamati telah ada gangguan terhadap sintesa Hb,
seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat (ALA). Pengaruh pada enzim
-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10g/100 ml. Akumulasi
protoporfirin dalam eritrosit (FEP) yang merupakan akibat dari terhambatnya
aktivitas enzim ferrochelatase , dapat terlihat pada wanita edngan kadar Pb-darah
21
20-30 g/100 ml, pada pria dengan kadar 25-35 g/100 ml, dan pada anak dengan
kadar > 15 g/100 ml. Pengaruh Pb terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD
tidak menyatakan adanya keracunan yang membahayakan, tetapi dapat
menunjukkan adanya pajanan Pb terha dap tubuh. Meningkatnya ekskresi ALA
dan akumulasi FEP dalam urin mencerminkan adanya kerusakan fungsi fisiologi
yang pada akhirnya dapat merusak fungsi metokhondrial.
Sutiono (2007) juga menyatakan bahwa pengaruh pada syaraf otak anak
diamati pada kadar 60g/100 ml, yang dapat menyebabkan gangguan pada
perkembangan mental anak. Penelitian pada pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak
telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. Sistem syaraf pusat anak
lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Gangguan terhadap fungsi syaraf
orang dewasa berdasarkan uji psikologi diamati pada kadar Pb darah 50 g/100
ml. Sedangkan gangguan sistem syaraf tepi diamati pada kadar Pb darah 30
g/100 ml. Timbal dapat menembus plasenta, dan karena perkembangan otak
yang khususnya peka terhadap logam ini, maka janinlah yang terutama mendapat
resiko.
22
mesin bensin yang mengandung timbal. Untuk beberapa senyawa lain seperti
benzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit , kadar di dalam
emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan mesin solar.
Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik
diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi
untuk membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan
karena asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan. Dalam banyak kasus,
analisis risiko dibuat berdasarkan hasil studi epidemiologi. Apabila analisisanalisis tersebut cukup lengkap dan dapat mengendalikan berbagai faktor
pengganggu
(confounding)
seperti
misalnya
kebiasaan
merokok,
maka
kesimpulan yang ditarik dapat sangat berharga, tanpa peduli apakah hasil studi
pada umumnya hasil studi seperti itu jarang didapatkan.
Mengesampingkan pengaruh yang langka akibat pencemaran, seperti
penyakit tumor dan kangker semata-mata berdasarkan hasil studi epidemiologi
yang negatif, sebenarnya kurang tepat. Pada studi yang melibatkan populasi kecil
(misalnya 1000 orang) terasa wajar apabila hasil studi tentang sejenis tumor yang
hanya terjadi pada beberapa kasus per 100.000 orang, menjadi negatif. Kesulitan
menjadi lebih besar apabila pengaruh yang dicari tersebut dapat timbul karena hal
lain, dapat diperkirakan bahwa persentase peningkatan dalam prevalensi akan
sangat kecil.
Hal yang sama ditemukan pada studi eksperimental. Di dalam studi
eksperimental, adanya hubungan antara dosis dan respons untuk dosis rendah
sangat sulit untuk dibuktikan, karena kecilnya jumlah orang yang dapat diteliti.
Pengaruh jangka panjang bisa dilaksanakan pada binatang percobaan, tetapi lagi-
23
24
Suratno
(1990),
dampak
lingkungan
adalah
perubahan
akibat
suatu
kegiatan
yang
(secara
kumulatif)
25
26
paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak atau noda
putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan
pada tumbuhan dan bangunan disebabkan oleh SO2 dan SO3 di udara, yang
masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara
ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan
bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada
logam-logam dan rangka-rangka bangunan, merusak bahan pakian dan tumbuhan.
Menurut Sutiono (2007), Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan
adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari
serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi kekuningkuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan adari emisi
industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banayak jenis tanaman.
Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan
kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur
tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2
sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan terus menrus, dapat
menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.
27
mengurangi emisi CO2 negara-negara industri pada tahun 2000 harus sama dengan
tahun 1990, sedangkan pada negara berkembang baru diberlakukan tahun 2010
(United Nation Departement of Public Information, 1990).
28
senyawa SO2 dan NOx (NO2 dan N2O) sebagian terbang ke udara dan sebagian
bercampur dengan oksigen yang kita hirup setiap hari, sebagian juga langsung
mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx
yang menguap ke udara bercampur dengan embun dan dengan bantuan sinar
matahari, embun mengubah senyawa itu menjadi tetesan-tetesan asam yang
kemudian jatuh kembali ke bumi (hujan asam). Hujan asam merupakan istilah
umum untuk menggambarkan turunnya asam dari atmosfer bumi (Gambar 1).
Menurut Poernomosidhi (1995), sebenarnya turunnya asam dari atmosfer
ke bumi bukan hanya dalam kondisi basah tetapi juga kering sehingga dikenal
dengan istilah deposisi (penurunan/pengendapan) basah dan deposisi kering.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam, kabut, dan salju. Ketika hujan asam ini
mengenai tanah, ia dapat berdampak bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari
konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah, buffering capacity (kemampuan
air/tanah untuk menahan perubahan pH) , dan jenis tumbuhan/hewan yang
terkena.
Poernomosidhi (1995) juga menyatakan bahwa deposisi kering mengacu
pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfer
jatuh kembali melalui deposisi kering. Kemungkinan angin membawa gas dan
partikel asam tersebut mengani bangunan, mobil, rumah dan pohon. Ketika hujan
turun partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan
terbilas, menghasilkan air permukanaan (run off) yang asam.
Sutiono (2007) berpendapat bahwa angin juga dapat membawa material
asam pada desposisi kering dan basah melintasi batas kota dan negara sampai
ratusan kilometer. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki PH dibawah
29
5,0. Makin rendah PH air hujan tersebut makin berat dampaknya bagi mahluk
hidup.
30
31
smog fotokimia adalah adanya bau, iritasi mata, kerusakan tanaman dan material
seperti barang-barang yang terbuat dari karet. Smog fotokimia pertama ditemukan
oleh Haagen-Smit pada tahun 1952 di Los Angeles, Amerika Serikat (Miller,
1985). Hal ini kemudian dikenal sebagai L.A. smog, untuk membedakannya
dengan smog yang ditemukan di Inggris. Pada saat ini smog fotokimia sering
dijumpai di kota-kota besar dengan tingkat emisi kendaraan bermotor yang tinggi,
terutama pada saat cuaca panas dan radiasi matahari yang tinggi.
Reaksi fotokimia dimulai dengan oksidasi precursor ozon, yaitu NOx dan
VOC oleh radiasi matahari. Reaksi ini diawali dengan dengan fotolisis NO2 yang
menghasilkan radikal O yang selanjutnya bereaksi dengan O2 di udara lalu
memproduksi O3. Reaksi NO2 yang memproduksi O3 akan meningkat dengan
tajam dengan adanya HC reaktif, seperti olefin, senyawa aromatic dan aldehida,
yang merupakan senyawa-senyawa yang ditemukan pada emisi pembakaran ahan
bakar fosil. C reaktif berasksi di atmosfer untuk memproduksi radikal bebas,
terutama OH (hidroksil), HO2 hidroperoxi) dan radikal organic peroxi (RO2).
Peroksi radikal dihasilkan sebagai senyawa intermedia pada oksidasi fotokimia
32
33
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Armely M, R.S. Diah dan H.S. Moekti, 2004. Bumi Makin Panas: Ancaman
Perubahan Iklim di Indonesia. www.pelangi.or.id (4 Desember
2007).
Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan
Kota. IPB Press, Bogor.
Graedel, T.E., and P.J. Crutzen. 1990. The Changing Atmosphere. Managing
Planet Earth. Reading from Scientific Magazine. W.H. Freeman and
Company. New York.
Haeruman, H. 2007. Sistem Kota-kota dan Penataan Ruang dalam Pengelolaan
Fungsi Kota. www.bktrn.org (4 Desember 2007)
Hayashi, Y and J. Roy (Editors). 1996. Transport, Land-Use and The
Environment. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. Netherlands.
Japan International Cooperation Agency, 1997. The Study on The Integrated Air
Quality Management for Jakarta Metropolitan Area, Jakarta.
Manahan, S.E. 1972, Environmental Chemistry, Willard Grant Press, Boston.
Miller, G.T. 1985. Living in The Environment: An Introduction to Environmental
Science, 4th Ed. Wadsworth Publishing Company Inc., Belmont.
Moestikahadi, S. 2000. Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran Udara,
ITB, Bandung.
Menteri
No.
dan
37
38
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat merampungkan makalah yang mengambil
topik mengenai manifestasi permasalahan emisi gas buang dari kegiatan
transportasi dan dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan.
Makalah ini berisi mengenai telaahan sebuah manifestasi mengenai
permasalahan emisi dari kegiatan transportasi yang menjadi akar permasalahan
polusi udara terutama di kota-kota besar. Makalah ini juga akan membahas
mengenai dampak emisi gas buang dari kegiatan transportasi bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam
sebuah pengelolaan kualitas udara terutama di lingkungan perkotaan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh daripada kesempurnaan,
tetapi diharapkan dapat memberi bantuan dan informasi bagi pembaca mengenai
permasalahan emisi gas buang dari kegiatan transportasi dan dampaknya terhadap
kesehatan dan lingkungan.
Terimakasih pada semua stakeholders yang telah berupaya membantu
dalam penyempurnaan makalah ini. Diharapkan kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang. Save Our
Planet..!!!!
Penulis
39
DAFTAR ISI
Isi
I.
Halaman
PENDAHULUAN......................................................................................... 1
40
41
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
42
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman