PLEURITIS EKSUDATIF TB
Disusun Oleh:
Eli Yulianti, S.ked
110.2011.086
Pembimbing:
dr. Hj. Rizki Drajat, Sp.P
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klnik ilmu Penyakit Dalam di RSUD Kota Cilegon
yang berjudul Pleuritis Eksudatif TB. Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk
memenuhi tugas yang didapat saat kepaniteraan di RSUD Cilegon. Dari laporan kasus ini saya
mendapat banyak hal dan dapat lebih memahami terapi dan keadaan pasien.
Dalam menyusun
membantu saya. Saya mengucapkan terima kasih pada dr. H. Rizki Drajat, Sp.P atas bimbingan,
saran, kritik dan masukan dalam menyusun laporan kasus ini. Saya juga mengucapkan terima
kasih pada orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman dan pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pembuatan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk membuat laporan kasus ini lebih baik. Terima kasih.
Penulis
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar isi .............................................................................................................
Laporan kasus
1. Identitas ..................................................................................................
2. Anamnesis................................................................................................
3. Pemeriksaan fisik......................................................................................
4. Pemeriksaan penunjang.............................................................................
5. Diagnosis..................................................................................................
6. Diagnosis banding.....................................................................................
7. Terapi.......................................................................................................
8. Prognosis..................................................................................................
9. Foto Rontgen Thorax...
10. .Follow up................................................................................................
Analisa kasus......................................................................................................
Tinjauan Pustaka
1.1 Definisi............................................................................................
Epidemiologi........................................................................
Etiologi.................................................................................................
Patofisiologi.........................................................................................
Manifestasi klinik
1.6. Diagnosis.
1.7. Diagnosis banding...
1.8. Tatalaksana..
1.9. Tatalaksana
1.10.Prognosis..
Daftar Pustaka..........................................................................................................
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
3
: Pleuritis Eksudatif TB
Penyusun
: Eli Yulianti
I. Identitas Pasien
Nama
: Tn. A R
Usia
: 31 tahun
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Alamat
No. CM
: 620***
Pembiayaan
: BPJS
Tanggal Berobat
: 11Agustus 2015
Ruangan
II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 11 Agustus 2015 di IGD RSUD Cilegon
pukul 11.30 WIB
o Keluhan Utama:
Sesak sejak 10 hari SMRS, saat sesak dada sakit.
o Keluhan Tambahan:
Batuk kering, demam, dan mual.
4
Bisul
Kuku
(-)
(-)
Rambut
Ikterus
(-)
(-)
(-)
Keringat malam
Sianosis
Lain-lain
Kepala
(-)
(-)
Trauma
Sinkop
(-)
(-)
Nyeri kepala
Nyeri sinus
Nyeri
Radang
Sklera Ikterus
Congjungtiva Anemis
(-)
(-)
(-)
Sekret
Gangguan penglihatan
Penurunan ketajaman penglihatan
Mata
(-)
(-)
(-)
(-)
Telinga
5
(-)
(-)
Nyeri
Sekret
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
(-)
(-)
(-)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
(-)
(-)
(-)
Lidah
Gangguan pengecapan
Stomatitis
(-)
Perubahan suara
(-)
Nyeri leher
(+)
(-)
(+)
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Melena
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Hidung
(-)
(-)
(-)
(-)
Trauma
Nyeri
Sekret
Epistaksis
Mulut
(-)
(-)
(-)
Bibir
Gusi
Selaput
Tenggorokan
(-)
Nyeri tenggorok
Leher
(-)
Benjolan/ massa
Jantung/ Paru
(-)
(-)
(-)
Nyeri dada
Berdebar-debar
Ortopnoe
Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntah darah
Sukar menelan
Nyeri perut
(-)
Benjolan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kencing nanah
Kolik
Oliguria
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Kencing seperti air teh
(-)
(-)
Perdarahan
Disuria
Stranguri
Poliuria
Polakisuria
Hematuria
Batu ginjal
Ngompol
Katamenis
(-)
(-)
Leukore
Lain-lain
Haid(tidak ditanyakan)
()
()
()
Hari terakhir
Teratur
Gangguan menstruasi
()
()
()
()
()
Menarche
Gejala Klimakterium
Anestesi
Parestesi
Otot lemah
Kejang
Afasia
Amnesis
Lain-lain
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan / syncope
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
(-)
(-)
Deformitas
Sianosis
Ekstremitas
(-)
(-)
Bengkak
Nyeri sendi
: Compos mentis
: Sakit Sedang
: 120/80 mmHg
: 100 kali/menit
: 32x kali/menit
: 38,70C
: tidak ditanyakan
STATUS GENERALIS:
- Kulit
: Berwarna coklat muda, suhu demam, dan turgor kulit baik.
- Kepala
: Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat lemah.
- Rambut
: Hitam, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis
: Hitam, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut.
- Mata
: Tidak exopthalmus, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat
- Hidung
dan isokor, tidak terdapat benda asing, pergerakan bola mata baik.
: Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak ada sekret,
- Telinga
- Mulut
- Leher
- Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis dan
dinamis, perbandingan trasversal : antero posterior = 2:1, tidak terdapat
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas jantung kanan pada ICS V linea para sternalis dextra, batas jantung
kiri pada 2cm lateral ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan gallop
Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris, datar, tidak tegang,
ditemukan adanya spider nevy. tidak terlihat massa, tidak pelebaran vena, tidak
terdapat caput medusa.
Auskultasi : Bising usus(+), bising aorta abdominalis tidak terdengar.
Palpasi
: Supel, turgor baik, terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Tidak terdapat nyeri
lepas, tidak teraba massa, hepatomegaly (-) splenomegaly (-), Ballotement (-),
Undulasi (-).
Perkusi
Genitalia
Ekstremitas
5 5
5 5
:
11
agustus
NORMAL
Hematologi
9
GDS
95
Hemoglobin
12,3
14 18 gr/dl
Hematokrit
38,4 %
40 48 %
Leukosit
10.320
Trombosit
372.000
5.000
10.000 /uL
150.000
450.000/uL
Fungsi Hati
SGPT
20
0 37 U/l
SGOT
47
0 41 U/l
Ureum
25
17-43 mg/dl
Creatinin
0,7
0,7 -1,1
Asam urat
3,6-8,2
Natrium
138,5
135-155 mmol/l
Kalium
3,98
3,6-5,5 mmol/l
Chloride
103.0
95-107 mmol/l
Fungsi ginjal
Elektrolit
Rontgen thorak :
10
: Kuning muda
Kekeruhan
: Agak keruh
Bekuan
: Positive halus
Bau
: Tidak berbau
PH cairan
: 8.5
Berat jenis
: 1.020
Rivalta
: Positive
Pengecatan gram
:*
11
Pengecatan BTA
: Negative
Protein
: 3.0 mg/dl
Glukosa Cairan
: 97 mg/dl
V. Diagnosis
o Diagnosis awa l: Dyspnea e.c TB paru + Efusi Pleura
o Diagnosis akhir : Pleuritis Eksudatif TB
VI. Diagnosis Banding
o Efusi Pleura e.c Suspek Pleuritis Eksudatif TB
o Efusi Pleura e.c Suspek Keganasan
ALAMANDA
12
O2 3 lpm
IVFD RL 20 tpm / 6 jam
Inj. Ranitidine 2x1 amp
Drip PCT 500mg
O2 3-4 lpm
IVFD RL 20tpm
Inj. Ceftriaxon 1x2 ampul
Inj. Metilprednisolon 2x62,5 mg
Inj. Ranitidine 2x1 amp
Paracetamol 3x1 tab
Ambroxol 3x1 tab
R/H/Z/E 450/300/1000/1000
Nebulizer combivent 3x
Pungsi pleura
IX. Prognosis
- Quo ad vitam
: ad bonam
- Quo ad functionam
: dubia ad bonam
13
S:
Pasien
O:
mengatakan KU : TSS
KS : CM
A:
P:
Pleuritis Eksudatif TB
-RL 20 tpm
sinistra
TD : 110/70 mmHg
Cairan
N : 84x/menit
1500cc ( ACP)
S :37,3
-Ranitidin 2x1
R : 24x/menit
-Metilprednisolon
Saturasi O2 : 96%
2x62,5 mg
Status generalis
Kepala : normocephal
-Ambroxol 3x1
-nebu combivent 3x
-R/H/Z/E
450/300/1000/1000
Leher
: serous
pembesarn
KGB (-)
Dada : simetris
Cor : BJ I-II regular
gallop (-) murmur (-)
Pulmo : Vesikuler kaki
Rhonki
(-)
Wheezing (-)
Abdomen : BU (+)
normal
Extremitas
Akral
hangat
14
sinistra
berkurang
Cairan
TD : 130/70mmHg
seroxantokrom
N : 108x/menit
500cc
S : 36.6
Ranitidin 2x1
R : 24x/menit
-Metilprednisolon
Status generalis
2x62,5 mg
Kepala : normocephal
-Ambroxol 3x1
-nebu combivent 3x
-R/H/Z/E
Leher : pembesaran
450/300/1000/1000
KGB (-)
BLPL
Dada : simetris
Cor : BJ I-II regular
gallop (-) murmur (-)
Pulmo : Vesikuler kaki
Rhonki
(-)
Wheezing (-)
Abdomen : BU (+)
normal
Extremitas
Akral
hangat
ANALISA KASUS
15
Bekuan
Bau
PH cairan
Berat jenis
Rivalta
Pengecatan gram
Pengecatan BTA
Protein
Glukosa Cairan
: Positive halus
: Tidak berbau
: 8.5
: 1.020
: Positive
:*
: Negative
: 3.0 mg/dl
: 97 mg/dl
transpulmonal sehingga paru-paru berusaha untuk menciptakan tekana yang besar yaitu
dengan meningkatkan otot-otot pernafasan dan terjadilah sesak nafas.
5. Mengapa bisa terjadai efusi pleura ?
pada keadaan over hidrasi : filtrasi meningkat, pemgeluaran tertahan
pada keadaan perdangan pleura: permeabilitas meningkat (pasien ini)
pada keadaan gagal jantung kongesif: cairan tidak keluar karena peningkatan tekanan
secara sistemik .
6. Mengapa torakosentetis dilakukan dua kali?
Pengeluaran cairan pelura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500cc pada setiap kali
aspirasi. Aspirasi lebih baik dilakukan berulang-ulang dari pada satu kali aspirasi sekaligus
yang dapat menimbulkan pleura ahock (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapat
terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. mekanisme sebenarnya belum diketahui
betul, tapi dipikirkan karena adanya tekana intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan
peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.
17
7. Apa perbedaan efusi pleura eksudat dan transudate dalam analisa cairan pleura?
Eksudat
keruh
lebih kental
Warna bermacam-macam
Berat jenis >1018
Protein >4 g/dl
Glukosa << plasma
Jumlah sel banyak
Sering ada bakteri
Transudat
Jernih
Encer
Kuning muda
Berat jenis mendekati 1010 (<1018)
Bekuan (-)
Protein <2,5 g/dl
Glukosa sama dengan plasma
Jumlah sel sedikit
steril
Transudat
<3
<0,5
Eksudat
>3
>0,5
<200
<0,6
>200
>0,6
<1,016
Negative
>1,016
Positive
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pleuritis eksudativa TB
18
1.1 Definisi
Pleuritis adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura) dan terlihat
sebagai efusi yang bersifat eksudat. Pleuritis seringkali dihubungkan dengan akumulasi
dari cairan dalam ruang antara dua lapisan dari pleura (efusi pleura). Penyebab pleuritis
tersering adalah infeksi tuberkulosis dan berkomplikasi menjadi efusi pleura. Efusi pleura
tuberkulosis sering ditemukan di negara berkembang termasuk di Indonesia meskipun
diagnosis pasti sulit ditegakkan. Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit,
oleh karena itu hendaknya dicari penyebabnya. Dengan sarana yang ada, sangat sulit
untuk menegakkan diagnosis efusi pleura tuberkulosis sehingga sering timbul anggapan
bahwa penderita tuberkulosis paru yang disertai dengan efusi pleura, efusi pleuranya
dianggap efusi pleura tuberkulosis, sebaliknya penderita bukan tuberkulosis paru yang
menderita efusi pleura, efusi pleuranya dianggap bukan disebabkan tuberkulosis.
Gambaran klinik dan radiologik antara transudat dan eksudat bahkan antara efusi pleura
tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak dapat dibedakan, sebab itu pemeriksaan
laboratorium menjadi sangat penting.
Pleuritis Tuberkulosis kebanyakan terjadi sebagai komplikasi dari tuberkulosis
paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening dan terlihat
sebagai efusi yang bersifat eksudat. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijauan
kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau kolumna vertebralis
yang menuju rongga pleura
1.2 Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002. 3,9 juta adalah
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. TB ekstra paru berkisar
antara 9,7 sampai 46% dari semua kasus TB. Organ yang sering terlibat yaitu limfonodi,
pleura, hepar dan organ gastro intestinal lainnya, organ genitourinarius, peritoneum, dan
perikardium. Pleuritis TB merupakan TB ekstraparu kedua terbanyak setelah limfadenitis
19
TB. Angka kejadian pleuritis TB dilaporkan bervariasi antara 4% di USA sampai 23% di
Spanyol.
Insiden penyakit pleuritis tuberkulosis eksudat cukup besar di negara berkembang
seperti Indonesia. Selain itu, untuk menegakkan diagnosis penyakit ini masih sangat sulit.
Oleh karena itu, seorang dokter umum harus dapat memahami dengan baik tentang
perjalanan penyakit ini.
1.3 Etiologi
Pleuritis dapat disebabkan oleh apa saja dari kondisi-kondisi berikut:
Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah ke paruparu. Bekuan-bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi darah dan oksigen ke
bagian-bagian dari paru dan dapat berakibat pada kematian pada bagian itu dari jaringan
paru (diistilahkan lung infarction). Ini juga dapat menyebabkan pleuritis.
Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang digunakan
untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada dada.
20
melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu, cairan pleura dapat
melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Proses penumpukan cairan dalam pleura dapat disebabakan olehh peradangan.
Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbenruk pus/nanah, sehingga terjadi
empyema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura
dapat
antar iga yang melebar dan mendatar, getaran nafas pada perabaan menurun, trakea yang
terdorong, suara ketuk yang redup dan menghilangnya suara pernapasan pada
pemeriksaan auskultasi. Gambaran radiologik : posterior
kesuraman pada hemithorax yang terkena efusi, dari foto thorax lateral dapat diketahui
efusi pleura di depan atau di belakang, sedang dengan pemeriksaan lateral dekubitus
dapat dilihat gambaran permukaan datar cairan terutama untuk
efusi pleura dengan cairan yang minimal.
Spesimen diagnostik utama efusi pleura TB adalah cairan pleura dan jaringan
pleura. Biakan TB dari cairan pleura positif pada sekitar 42% kasus, dan dari biopsi
positif sekitar 54%. Beberapa uji khusus seperti kadar adenosine deaminase (ADA)
dalam cairan pleura, interferon , dan konsentrasi lisosim telah diteliti pada diagnostik
efusi pleura TB namun belum digunakan secara rutin.
1.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesis baikl pemeriksaan fisik yang
teliti , diagnosis pasti ditegakkan melalui fungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan
pleura.
Dari anamnesis didapatkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sesak nafas
Rasa berat pada dada
Berat badan menurun pada neoplasma
Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis
Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empilema
Ascites pada sirosis hepatis
22
Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat
oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari
pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal. Nyeri
biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah
lain :
1.
Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G. Nervuis
paru-paru yang
berbatasan dengan permukaan atas diagfragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai
efusi subpulmonik . gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sabagai diafragma
terangkat. Jika terdapaty bayangan dengan udara dalam lambung, ini menunjukan
efusi subpulmonik sring terlihat sebgai bayangan garis tipis (fisura) yang berekatan
dengan diagfragma kanan. Untuk jelasnmya bisa dilihat dengan foto dada lateral
decubitus , sehingga gambaran pertubahan efusi tersebut menjadi nyata.
Cairan dalam pelura kadang kadang menumpuk mengelilingi lobus paru
(biasanya lobus bawah )
parenkim lobus, bisa juga mengumpul di daerah para mediastinal dan terlihat dala m
foto sebgai fisura interlobaris , bisa juga terdapat secara parallel dengan sisi jantung ,
sehingga terliohat sebgaii kardiomegali.
23
Cairan seperti empyema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat adalah
sebgai bayangan dengan densitas keras diatas diagfragma, keadaan ini sulit dibedakan
dengan tumor paru.
Pemerikasaan ultrosonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan dalam
rongga pleura . pemriksaan ini sangat membantu sebgai penuntun waktu melakukam
aspirasi cairan terutama pada efusi yang terlokalisasi. Pemeriksaan CT scan dada
dapat membantu . adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya ,
dipikirkan karena adanya tekana intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan
peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.
Komplikasi lain torakosentesis adalah oneumotoraka ( ini yang paling sering
udara masuk melalui jarum ), homotoraks (karena trauma pada pembuluh
darahinterkostalis) dan emboli udara.
Menegakkan diagnosis cairan pleura dilakukan oemeriksaan :
Warna cairan dan biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudate dan eksudat :
Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat. Transudate terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotic menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan
pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terdapat pada :
1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmonal
24
Eksudat
keruh
lebih kental
Warna bermacam-macam
Berat jenis >1018
Protein >4 g/dl
Transudat
<3
<0,5
Eksudat
>3
>0,5
<200
<0,6
>200
>0,6
<1,016
Negative
>1,016
Positive
Transudat
Jernih
Encer
Kuning muda
Berat jenis mendekati 1010 (<1018)
Bekuan (-)
25
biopsy ulang.
Pendektan pada efusi yang tidak etrdiagnosis
Analisa terhadap cairan pleura dilakukan satu kali kadang-kadang tidak dapat
mengakkan diagnosis. Dianjurkan aspirasi dan analisisinya di ulang kembali sampai
diagnosis menjadi jelas.
dengan
obat-obat
anti
tuberkulosis
Rifampisin,
INH,
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI;
2006
2. Itqiyah N. Tuberkulosis. http://www.statcounter.com . [diakses 19 September 2008].
3. Bagshaw SM, George C, Bellomo R. A comparison of the RIFLE and AKIN criteria for
acute kidney injury in critically ill patients. Nephrol Dial Transplant. 2008;23:1569-74
4. Anonym.
Pulmonary
Tuberculosis.
Available
From
URL
:www.thenewstoday.info/2006/12/08/pulmonary.tuberculosis.html
5. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: PusatPenerbitan FKUI;
2006
6. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik, Jakarta: Pusat PenerbitanFKUI; 2006
7. Bagshaw SM, George C, Bellomo R. A comparison of the RIFLE and AKIN criteria for
acute kidney injury in critically ill patients. Nephrol Dial Transplant. 2008;23:1569-74
8. Rahajoe N dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi PP
9. IDAI : Jakarta. 2005, 51-52.
10. Harun S. Efusi Pleura Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.id. [diakses 19
11. September 2008].
28
12. Suryanto E, Subroto H, Suradi, Siswarni. Penatalaksanaan Efusi Pleura Ganas (Malignant
Pleural Effusion), Paru 1985; 5 (3): 8284
13. Samsul, HA. Efusi Pleura Tuberkulosis. Cermin Dunia Kedokteran 1990 ; 62
14. Valdez L, Alvarez D, Valle JM, et al. The etiology of pleural effusions in an area with
high insidence of Tuberculosis. Chest 1996; 109:158-162
15. Gopi A, Madhavan SM, Sharma SK, et al. Diagnosis and Treatment of Tuberculosis
Pleural
effusion
in
2006.
Chest
2007;
131:
880-889.
Available
at
http://www.mdconsult.com/das/article/body/791574825/jorg=journal&source=MI&sp=18
253710&sid=629243738/N/576778/1.html (online) accesed at October 5th 2008
16. Kim, HJ, Lee H J, Kwon S, et al. The prevalence of Pulmonary Parenchymal
Tuberculosis in Patients With Tuberculous Pleuritis. Chest 2006; 129:1253-1258
17. Khatami, K. Pleural Tuberculosis. Shiraz E-Medical Journal 2002; Vol 3, No.3. Available
at : http://pearl.sums.ac.ir/semj/vol3/jul2002/PleuralTB.htm
29