ANGGOTA :
1.Irsyad Arrais P
2.M Arif Rahman
3.Masagus Moh. Edsel
4.Riska Kueniawati
5.Rahma Rufaida
6.Gina Novita Sari
7.Hana Fathia Ardi
8.Karlita R
9.Puti A.R
10.Sundari Mahendrasari
11.Ganang Aji Handoko
12.Sabilla Sheridan
drg.Neni
: 10.10.211.082
: 10.10.211.084
: 10.10.211.142
: 10.10.211.051
: 10.10.211.137
: 10.10.211.107
: 10.10.211.???
: 10.10.211.072
: 10.10.211.???
:10.10.211.144
: 09.10.211.145
:10.10.211.068
TUTORIAL A-3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA 2013
DAFTAR ISI
Page | 1
Kasus Tutorial............................................................................................................................1
Mikrobiologi...............................................................................................................................4
Diare Dewasa...........................................................................................................................33
Diare Anak...............................................................................................................................39
Dehidrasi..................................................................................................................................50
Pemeriksaan Bakteri.................................................................................................................55
Daftar Pustaka..........................................................................................................................64
TUTORIAL I
Page | 2
Seorang anak berumur 7 tahun, bernama Vito dating ke UGD dengan keluhan diare
sejak 1 hari yang lalu. An. Vito mengeluh BAB cair dengan frekuensi 10 kali/hari. BAB cair
tersebut seperti air cucian beras, tidak disertai darah dan lender. Keluhan disertai mual,
muntah, An.Vito mengalami muntah 4 kali/hari yang timbul tiap kali makan atau minum.
Selain itu pasien mengalami perut kram dan lemas seluruh badan. Keluhan tidak disertai
nyeri perut bagian bawah dan tenesmus. An.Vito tinggal dengan keluarganya di daerah pantai
di pelabuhan Cirebon, setiap hari berenang bersama teman-temannya mencari kerang untuk
dimakan sebagai lauk bersama keluarganya. Keluhan juga disertai demam. Keluhan batuk
dan pilek sebelum diare disangkal.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda vital
RR:24x/menit BB; 25 kg
Nadi: 100x/menit
suhu: 38C
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata cekung, mukosa mulut dan lidah
kering
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks: bentuk dan gerak simetris
Pulmo; vesicular breathsound kiri=kanan
Cor: BJ I-II murni, regular, tidak ada murmur
Abdomen: distensi, NT(+) a/r umbilicalis et inguinal sinistra
Bising usus meningkat, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali lambat
Ekstremitas: akral hangat, capillary refill time <2detik
Pemeriksaan penunjang
Page | 3
Darah:
Hb
: 11,0 g/dl
Leukosit:18.000 sel/mm3
Trombosit: 450.000
Hematokrit: 48%
Hitung jenis: -/5/20/53/21/1
Elektrolit:
Na: 128 mEq/L
K :3.0 mEq/L
Cl : 98 mmol/l
HCO3 : 20 mmol/l
Feses:
Warna : keruh air cucian beras
Bau
: indol skatol
eritrosit(-)
leukosit: >5/LPB
Konsistensi cair
Lender(-)
MIKROBIOLOGI
Page | 4
Saat lahir usus steril, mo masuk bersama makanan, tdd Streptococcus asam laktat dan
Lactobacillus .
Untuk dapat menginfeksi, mikroorganisme harus tertelan pada jumlah yang cukup atau
memiliki sejumlah alat untuk dapat menghindari pertahanan GI system hingga mencapai usus
Perkembangan pola makan merubah flora normal usus
Asam lambung menjaga jumlah mo seminimal mungkin [103-105/g isi lambung]
Seiring pH usus menjadi basa flora normal meningkat.
Duodenum orang dewasa 108-1010 bakteri/g isi usus
Jejunum dan ileum 105-108 bakteri/g
Caecum dan kolon transversum 103-105 bakteri/g
Kolon sigmoid dan rektum 1011 bakteri/g
Page | 5
1. ESCHERICHIA COLI
a. Famili: Enterobactericeae
Genus: Escherichia
Spesies: Escherichia coli
b. Identifikasi
Page | 6
Bentuk : kokobasil
Susunan: tunggal
Warna : Merah
Sifat
: Gram -
d. pyuria
b. Dysuria
c. Hematuria
3. Patogenesis : Nefropatogenik E.coli secara khas memproduksi
hemolisin. Kebanyakan infeksi disebabkan oleh E.coli dari
sejumlah kecil tipe antigen O. pielonefritis dihubungkan
dengan pilus tipe spesifik, yaitu pilus Pi yang mana dapat
mengikat zat kelompok darah P.
Diare
The diarrhea produced by E. coli varies from mild to severe,
depending upon the strain and the underlying health of the host.
EIEC and EHEC strains both cause bloody diarrhea
Kelompok E.coli penyebab diare ada 5:
1. Enteropathogenic E. coli (EPEC)
a. Merupakan penyebab penting diare pada bayi
khususnya di negara berkembang
b. EPEC melekat pada sel usus halus
c. Menghasilkan bundle-forming pili (Bfp), intimin
(adhesin), dan protein terkait (translocated intimin
Page | 8
menghasilkan
e. Pemeriksaan laboratorium
Page | 11
2. SHIGELLA DYSENTRIAE
Page | 12
a. Famili : Enterobactericeae
Genus : Shigella
Spesies: Shigella dysentriae
b. Identifikasi:
Bentuk: Batang pipih
Susunan: tunggal
Warna: merah
Sifat: Gram Metoda:pewarnaan Gram
c. Morfologi
Bakteri tidak berflagel
Bersifat fakultatif anaerob, tetapi tumbuh baik scr aerob
Semua Shigella memfermentasi glukosa,kecuali S.sonnei yg tdk
memfermentasi laktosa
Tidak berkapsul, tidak membentuk spora
Pada perbenihan SSA bentuk koloni konveks, bulat, transparan, dengan
pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm dlm 24 jam
Page | 13
d. Pathogenesis:
Infeksi peroral, terutama melalui makanan jenis sayuran, susu dan
protein tinggi
Dosis infeksi 103 kuman
Berat ringannya tergantung spesies yang menginfeksi paling berat S.
dysentriae, kemudian berturut-turut S. flexneri, S. boydii dan yang
paling ringan S. sonnei.
e. Gejala klinis:
Demam
Diare
Page | 14
Tenesmus
Feses mengandung darah dan lendir
Frekuensi diare sering
Dehidrasi
f. Pemeriksaan laboratorium:
Spesimen: tinja, bintik-bintik lendir pada kulit, dan kain penyeka anus
untuk kultur. Sejumlah besar leukosit anus dan beberapa sel darah
merah sering dilihat dengan mikroskop.
Kultur: spesimen ditanam diatas media diferensial misalnya MCA dan
diatas media selektif SSA (Salmonella Shigella Agar)
g. Pencegahan:
Penularan:4F(food,fingers,faeces,flies)
Makanan harus bersih
Cuci tangan
Asepsis
Cegah tercemar lalat
3. GIARDIA LAMBLIA
Page | 15
e. Daur hidup
Page | 16
h. Pemeriksaan laboratorium:
PEMERIKSAAN FESES dengan ELISA menggunakan perangkat yg
sensitif yaitu Seradyn color vue- Giardia.
Hasil penemuan: Kista dalam feses yg padat atau kista dan trofozoit
dalam feses yang cair
Pemeriksaan feses berseri 3 hari berselang-seling
Vibrio Cholera
Famili
Vibrionaceae
Genus
Vibrio
Spesies
Vibrio cholerae
Vibrio parahaemolyticus
Bentuk
Susunan
: tunggal
Warna
: Merah
Susunan
: Gram (-)
Page | 18
Menyebabkan peningkatan aktivitas Adenil siklase dan konsentrasi AMP siklik serta
hipersekresi usus kecil sehingga menyebabkan diare massif dengan kehilangan cairan
mencapai 20 lliter per hari .
Struktur antigen
a. Antigen flagel H
bersifat heat labile . Antibodi terhadap Antigen H tidak bersifat protektif . Pada uji
aglutinasi berbentuk awan
b. Antigen somatic O
terdiri dari lipopolisakarida . Pada reaksi algutinasi berbentuk seperti pasir.
Antibodi terhadap antigen O bersifat protektif
Patogenesis
Tidak bersifat invasive , kuman tidak pernah masuk dalam sirkulasi darah tetapi
menetap/ terlokalisasi dalam usus .
Gejala Kliniis
Ricewater stools yang terdiri dari mucus , sel epitel dan kuman vibrio dalam jumlah
besar .
Gejala kehilangan cairan dan elektrolit : dehidrasi , kolaps sirkulasi dan anuri
Diagnosis Laboratorium
Perbenihan :
Agar pepton
TCBS
Tes fermentasi
Tes aglutinasi
Kekebalan
Asam lambung dapat membunuh kuman yang masuk dalam jumlah kecil
Antibodi yang terbentuk : IgA dan IgG yang hanya ada dalam waktu yang relative singkat
Pengobatan
Prinsip :
Page | 20
Antibiotika
Pencegahan
Vaksinasi dapat melindungi orang orang yang kontak langsung dengan penderita .
Berapa lama efek proteksinya belum diketahui
Penyebaran :
Penularan
Salmonella typhi
Bentuk : Batang
Susunan : Tunggal
Warna : merah
Page | 21
Morfologi
Fisiologi
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob , pada suhu 15-41 derajat
celcius dan pH pertumbuhan 6-8 .
Hanya membentuk H2S dan tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa
Pada agar SS , Endo , MacConkey koloni kuman berbentuk bulat , kecil dan tidak
berwarna
Struktur Antigen
Antigen somatic serupa dengan antigen somatic O : Antibodi yang terbentuk IgM
Antigen Vi
: polimer dari polisakkarida bersifat
asam terdapat pada bagian luar dari badan kuman .
Patogenesis
Daya invasi
Kuman Salmonella di usus halus melakukan penetrasi ke dalam epitel , lalu kuman
terus melalui lapisan epitel masuk ke dalam jaringan subepitel sampai lamina propria .
Page | 22
Pada saat kuman mendekati lapisan epitel , brush border berdegenerasi dan kemudian
kuman masuk ke dalam sel . Mereka dikelilingi membrane sitoplasma (vakoul
fagositik) .
Setelah penetrasi organisme di fagosit oleh makrofag , berkembang biak dan dibawa
oleh makrofag ke bagian tubuh yang lain
Antigen Permukaan
Salmonella dapat hidup intraceluler oleh karena adanya antigen permukaan (antigen
Vi)
Enterotoksin
Menghasilkan enterotoksin yang termolabil , toksin diduga berasal dari dinding sel /
membrane luar .
Epidemiologi
Gambaran Klinis
Salmonellosis pada manusia dapat dibagi dalam 4 sindrom
1.gastroenteritis / keracunan makanan
2. Demam Tifoid
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu demam ,, nyeri kepala , pusing , nyeri otot , mual muntah ,
anoreksia , diare/obstipasi , perasaan tidak enak di perut .
Page | 23
Karakteristik demam
Dalam minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas berupa demam , bradikardia
relative (peningkatan suhu 1 derajat celcious tidak diikuti dengan peningkatan denyut
nadi 8 kali per menit ) , lidah yang berselaput ( kotor di tengah , tepi dan ujung merah
serta tremor ) , hepatomegali splenomegali .
Pemeriksaan fisik
metode paling spesifik dan lebih dari 90 persen penderita yang tidak diobati , kultur
darah positif dalam minggu pertama dan kultur sumsum tulang memperlihatkan hasil
yang tinggi yaitu 90 persen positif .
Pada minggu selanjutnya hasi kultur darah menurun , kultur tinja dan kultur urin
meningkat yaitu 85 persen dan 25 persen berturut turut positif pada minggu ke 3 dan 4
.
b. Diagnosis serologic
tergantung pada antibody yang timbul terhadap antigen O dan H yang dapat dideteksi
dengan reaksi aglutinasi (tes widal) .
c.Diagnosis Klinik
Komplikasi
Miokarditis
Penatalaksanaan
Page | 24
Istirahat dan perawatan dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan
Diet dan terapi penunjang
Bubur saring agar menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi
usus , hal ini disebabkan bahwa usus harus diistirahtkan .
Pemberian antimikroba
Kloramfenikol
Dosis : 4x500 mg per hari ( oral atau iv) diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas .
Tiamfenikol
Dosis : 4x500 mg
Entamoeba histolytica
Epidemiologi : tersebar luas, paling banyak di daerah tropik dapat juga di daerah
subtropik.
Morfologi: memiliki 2 bentuk utama yaitu trofozoit (bentuk vegetatif/histolytica) dan
bentuk kista serta 1 peralihan yaitu bentuk prekista (peralihan sebelum menjadi kista.
Bentuk trofozoit
- bergerak aktif dan diameter 10-60 mikron, namun sebagian besar 15-30 mikron.
Ektoplasma tampak dalam pseudopodium dan jernih. Endoplasma bergranula halus dan
kadang-kadang ditemukan sel darah merah. Inti tunggal dan tampak samar-samar.
Prekista
- Berbentuk bulat atau bujur, ukurannya lbh kecil dari trofozoit namun lebih besar dari
kista.
Page | 25
Bentuk kista
- Kista kecil disebut minuta (<10 mikron) dan tidak patogen
- Kista matang : berukuran 10-20 mikron , bentuk bulat atau oval dan memiliki inti 4
buah, berdinding halus . merupakan stadium infektif
Siklus Hidup
Gejala
disentri berat
tinja sedikit
berdarah berlendir
sakit perut
Page | 26
demam
dehidrasi
lemah
sumber :
1. Mikrobiologi FKUI
2. Parasit FKUI
3. mikrobiologi kedokteran, jawetz
A. ROTAVIRUS
Klasifikasi
Group
: III (dsRNA)
Family
: Reoviridae
Subfamili
: Sedoreovirinae
Genus
: Rotavirus
Spesies
: Rotavirus A, B, C, D, E, F, G
VP1 terletak di inti partikel virus dan merupakan enzim polimerase RNA.
Page | 27
VP2 membentuk lapisan inti dari virion dan mengikat genom RNA.
VP3 adalah bagian dari inti dari virion dan enzim yang disebut guanil
transferase.
VP4 adalah yg mengikat molekul pada permukaan sel yang
disebut reseptor dan tempat masuknya virus ke dalam sel.
VP6 adalah protein penanda infeksi Rotavirus.
VP7 adalah glikoprotein utama virion yg berfungsi sebagai kekebalan virus.
komposisi
genom
protein
amplop
Tidak ada
replikasi
sitoplasma
Ciri khas
Page | 28
REPLIKASI ROTAVIRUS
(4) BiosintesaTahap ini terdiri dari produksi protein-protein struktural virus dan
enzim-enzim serta replikasi genom virus.Messenger RNA ini akan ditranslasi untuk membuat
protein-protein struktural dan enzim-enzim yang diperlukan oleh virus. Replikasi virus RNA
terjadi di sitoplasma) dengan menggunakan DNA polymerase inang.
(5) Maturasi (assembly) Diawali dengan perakitan protein kapsid yang diikuti
dengan melengkapi genom virus.
(6) Pelepasan (release) Lepas melalui ruptur membran plasma sel inang (sel inang
mati).
DEFINISI
Rotavirus adalah penyebab utama penyakit diare pada bayi dan hewan muda,
termasuk anak sapi dan anak babi.
Infeksi Rotavirus biasanya selama musim dingin, masa inkubasinya selama 1-4.
GEJALA KLINIS
Gejala yang timbul antara lain diare, demam, nyeri perut, dan muntah-muntah,
sehingga terjadi dehidrasi.
Pada bayi dan anak-anak, kehilangan banyak elektrolit dan cairan dapat menyebabkan
kematian jika tidak diobati.
Gejala akan muncul selama 3-8 hari dan kemudian sembuh sempurna
TRANSMISI VIRUS
Rotavirus ditularkan melalui fekal-oral, yaitu melalui kontak dengan tangan yang
terkontaminasi, permukaan dan benda-benda.
Tinja orang yang terinfeksi dapat berisi lebih dari 10 triliun/gram partikel yg dapat
menular, untuk menularkan infeksi kepada orang lain diperlukan kurang dari 100.
PATOFISIOLOGI
Page | 29
DIAGNOSTIK LABORATORIUM
PENATALAKSANAAN
Prinsip : Mengkoreksi kehilangan cairan dan elektrolit
Bisa dilakukan dengan memberikan cairan oralit atau cairan pengganti oralit.
Cairan pengganti oralit ini bisa berupa kuah sayur, air teh manis yang ditambahkan
garam seujung sendok. Apabila anak muntah, ditunggu lebih dahulu 5-10 menit, agar
anak tenang. Setelah itu, baru diberikan cairan pengganti dari sendok secara perlahanlahan.
PENCEGAHAN
B. ADENOVIRUS
Klasifikasi
Group
Family
Genus
Spesies
: I (dsDNA)
: Adenoviridae
: Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, Siadenovirus
: Adenovirus manusia ABCDEF
Page | 30
STRUKTUR ADENOVIRUS
Virion juga memiliki unit "spike" atau serat yang terkait dengan setiap dasar penton
dari kapsid yang membantu dalam penempelan ke sel inang melalui reseptor
coxsackie-adenovirus pada permukaan sel inang.
ANTIGEN ADENOVIRUS
Antigen Serat (Fiber) terdiri dari serat kapsomer setelah dioalh dengan tripsin
Page | 31
Besar 70-80nm
Genom terdiri dari double strain DNA dengan berat molekul 20 25 juta
TRANSMISI VIRUS
Adenovirus biasanya menyebar dari orang yang terinfeksi kepada orang lain melalui :
kontak pribadi yang dekat, seperti menyentuh atau berjabat tangan
udara melalui batuk dan bersin
menyentuh suatu obyek atau permukaan dengan adenovirus di atasnya
kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum Anda mencuci tangan.
DEFINISI
Adenovirus adalah virus umum yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%) yaitu Adenovirus
(type 40, 41)
EPIDEMIOLOGI
Infeksi terjadi sepanjang tahun dengan sedikit peningkatan pada musim panas.
Virus juga dapat menyebabkan demam, diare, mata merah ( konjungtivitis ) , infeksi
kandung kemih (sistitis), atau penyakit ruam.
DIAGNOSTIK LABORATORIUM
Page | 32
PENCEGAHAN
Anda dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari infeksi adenovirus dengan
mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air
menutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin
tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut
menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit
Sering mencuci tangan sangat penting dalam pengaturan perawatan anak.
PENGOBATAN
Tidak ada terapi spesifik untuk adenovirus. Infeksi adenovirus serius hanya dapat
dikelola dengan mengobati gejala dan komplikasi kesehatan infeksi.
Diare Dewasa
Definisi
1. Hippocrates : diare adl BAB dg frekuensi yg tdk normal (meningkat) dan konsistensi
tinja yg lbh lembek atau cair
2. WHO (1999) : diare adl bertambahnya defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah
3. Depkes RI 2005 : diare adl suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dari konsistensi tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi BAB tiga kali / lebih dalam sehari
Etiologi
1. Infeksi
Page | 33
a. Bakteri
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Escherichia coli
Salmonella typhi
Salmonella paratyphi
Salmonella spp.
Shigella dysentriae
Shigella flexneri
Vibrio cholera
Vibrio parahemolyticus
Clostridium perfingens
Campylobacter jejuni
Staphyllococcus spp
Streptococcus spp
Yersinia intestinalis
b. Virus
a)
b)
c)
d)
Rotavirus
Adenovirus
Norwalk virus
Astrovirus
c. Protozoa
Page | 34
a)
b)
c)
d)
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Trichomonas hominis
Isospora sp.
d. Cacing
a) Trichuris trichuria
b) Cryptosporidium parvum
c) Strongyloides stercoralis
d) Schistosoma spp.
e) Capilaria philippinensis
2. Non Infeksi
a. Malabsorpsi
b. Feeding problem
c. Keracunan makanan
d. Alergi makanan
e. Malnutrisi
f. Defek anatomis
g. Neoplasma
Epidemiologi
Di Indonesia, diare akb infeksi masih menduduki peringkat pertama smp keempat pasien dewasa
yg berobat. Di negara maju penybb tersering : Norwalk virus, Campylobacter jejuni, Salmonella
sp, Clostridium difficile. Di negara berkembang penybb tersering : ETEC, rotavirus, dan Vibrio
Cholera.
Klasifikasi Diare
1. Bds waktu ( Gastroenterologi IDAI )
a. Diare akut : < 14 hari
b. Diare kronik : > 14 hari dgn etiologi non infeksi
c. Diare persisten : > 14 hari dgn etiologi infeksi
2. Bds Mekanisme dasar ( Robin Kumar )
a. Gangguan osmotik (tekanan osmotik intralumen me)
Tjd kegagalan proses pencernaan dan/ penyerapan nutrien dlm usus halus shg zat tsb
akan langsung masuk kolon tek osmotik di lumen kolon me shg g menarik cairan
ke lumen kolon. Mereda dg puasa. Ex : terapi laktulosa, lavase lambung utk
diagnostik, antasid
b. Gangguan sekresi (sekresi cairan n elektrolit me)
Mediator intasel (cAMP, cGMP, Ca2+) mnybb peningkatan sekresi Cl- scr aktif dr sel
kripta dan mencegah perangkaian anatara Na dan Cl pd sel vili usus cairan tdk dpt
diserap n tjd pengeluaran cairan scr masif ke lumen usus. Volume tinja sgt byk
(>200ml/24 jam). Menetap selama puasa. Ex : kerusakan epitel ( rotavirus, virus
norwalk, adenovirus enterik), enterotoksin ( vibrio cholera, eschericia coli, bacillus
Defisit elektrolit
Defisit bikarbonat ( asidosis )
2. Mata cekung
3. Membran mukosa kering
4. Suara parau
5. Nadi lemah atau tdk teraba
6. Takikardi
7. Tekanan darah turun
8. Turgor kulit berkurang
9. Kulit dingin
10. Jari2 sianosis
11. Anuri-uremia
1. Muntah
2. Nafas cepat dan dalam ( Kussmaul )
3. Memacu defisiensi kalium intrasel
Defisiensi kalium
1. Lemah otot
2. Aritmia jantung
3. Ileus paralitik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah
a.
Hb
b.
Ht : me akb hemokonsentrasi
c.
Eritrosit
d.
Leukosit me akb hemokonsentrasi
e.
Trombosit
f.
Pemeriksaaan pH dan keseimbangan asam basa : pH, pO2, pCO2, HCO3g.
Px elektrolit : Na,K, Cl, Ca, Mg
h.
Osmolaritas
i.
BUN ( Blood Urea Nitrogen )
j.
Gula darah
k.
Protein plasma (protein total me)
l.
Berat jenis plasma me
2. Pemeriksaan urin
a. Penggunaan kateter urin utk memantau pengeluaran urin
b. Volume urin
3. Px tinja utk mencari pnybb diare
Non Inflamatory
diarrhea / Watery
diarrhea
( enterotoksin )
Kolon atau distal usus
halus
Inflamatory
Penetrating
diarrhea/Bloodydiarrhea diarrhea
(invasion dan cytotoxin)
Proksimal usus halus
Demam
(-)
(+)
(+)/(-)
Nyeri perut
(-)
(+)
(+)/(-)
Dehidrasi
(+++)
(+)
(+)/(-)
Gambaran tinja
Mukus, volume
Lokasi
Penyebab
leukosit (-)
sedikit, leukosit
PMN
Shigella, salmonella,
campylobacter jejuni,
vibrio parahemolyticus
EHEC, EIEC, yersinia
enterocolitica, entamoeba
hystolitica
Salmonella typhy,
yersinia
enterocolitica,
campylobacter fetus
Tempat
infeksi
Rotavirus
ETEC
Vibrio
Cholera
EIEC
Salmonella
Shigella
Usus halus
Usus halus
Usus halus
Usus halus
dan kolon
Ileum dan
kolon
Ileum
distal dan
kolon
Produksi
Penetrasi
Penetrasi
Penetrasi
radang
epitel
epitel
Mual dan
muntah
Dari
permulaan
Jarang
Jarang
Demam
Nyeri
Tenesmus
Kadang2
Kolik
Tenesmus
kolik
Tenesmus,
kolik,
pusing
Tenesmus,
kolik,
pusing
Hipotensi
Bakterimia
toksemia
sistemik
Dpt
kejang
Gejala lain
Sering
distensi
abdomen
Sifat tinja
Volume
Sedang
Banyak
Sgt banyak
Sdkt
Sdkt
Sdkt
Frekuensi
Sampai
10/lbh
Sering
Hampir
terus
menerus
Sering
Sering
Sering
sekali
Konsistensi Berair
Berair
Berair
Kental
Berlendir
Kental
Mukus
Jarang
Flacks
Sering
Darah
Kadang2
Kadang2
Sering
Bau
Tdk
spesifik
Bau telur
busuk
Tak
berbau
Warna
Hijau
kuning
Tdk
berwarna
Hijau
Hijau
Hijau
Leukosit
Sifat lain
Anyir
DIARE ANAK
Definisi : Buang air besar lebih dari 3x sehari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
Diare anak : Pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam (Normal 5-10 g/kg/24 jam)
Klasifikasi
Berdasarkan waktu :
-
1. Diare akut
o Definisi :
Buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung < 2 minggu (14 hari)
Pada bayi, peningkatan frekuensi BAB hingga 3-4 kali per hari dapat
bersifat fisiologis selama berat badan bayi meningkat normal. Hal ini
akibat intoleransi laktosa sementara karena saluran cerna belum
berkembang dengan sempurna
Pada anak, BAB dengan frekuensi <3 hari tetapi dengan konsistensi cair
sudah dapat disebut diare
o Epidemiologi
Salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak < 5 tahun
Di dunia = 6 juta anak meninggal tiap tahunnya, dan sebagian besar terjadi
di negara berkembang
Penyebab kematian pada bayi di Indonesia sebesar 42% (Riskesdas), dan
25.2% pada anak berumur 1-4 tahun
o Cara penularan
Fekal-oral = Makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen
4F:
Fingers, Flies, Fluid, Field
o Faktor Risiko
1. Faktor umur
Sebagian besar terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan
Insidensi tertinggi = Usia 6-11 bulan saat diberikan makanan
pendamping ASI
Umur yang masih sangat muda menunjukkan diare terjadi akibat :
o Penurunan kadar antibodi ibu
o Kurang kekebalan aktif bayi
o Pengenalan makanan yang terkontaminasi bakteri tinja
o Kontak langsung dengan tinja manusia / binatang saat bayi
mulai merangkak
2. Faktor kebersihan
Tidak memadai air bersih
Pencemaran air oleh tinja
Kurangnya saran kebersihan (MCK)
Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Etiologi
Golongan bakteri
Golongan Bakteri
1. E. Coli
8.
Aeromonas
2. Salmonella
9.
Bacillus cereus
3. Shigella
4. Staphylococcus aureus
5. Vibrio cholera
6. Vibrio parahaemolyticus
7. Yersinia enterocolitica
Golongan virus
Golongan Virus
1. Astovirus
5.
Rotavirus
6.
7.
Norwalk virus
Golongan parasit
Golongan parasit
1.
2.
3.
4.
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptospridium parvum
Entamoeba histolytica
5.
6.
7.
8.
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura
Patogenesis
Virus
Virus menginfesi sel villus usus halus Menginfeksi lapisan
epitel usus halus Serang villus Sel epitel usus rusak
Diganti oleh enterosit yang baru, bentuk kuboid belum matang dan
fungsi belum baik Villus mengalami atrofi dan tidak
mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik Cairan dan
makanan yang tidak diserap meningkatkan tekanan osmotik usus
serta hiperperistaltik ususMakanan yang tidak terserap terdorong
keluar usus melalui anus Diare osmotik
Bakteri
Mengeluarkan enterotoksin Mengganggu sistem pengaturan
transpor ion dalam sel usus (cAMP, cGMP, dan Ca dependen)
Menghambat penyerapan air dan merangsang sekresi Cl-
Hambat absorpsi Na+ Air tidak terserap Diare
Gejala Klinis
Diagnosis
Anamnesis
BAB :
o Lama diare, Frekuensi BAB , Volume BAB, Konsistensi
tinja, Warna, Bau, Ada / tidaknya lendir dan darah
Kencing :
o Biasa, berkurang, jarang / tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
Pemeriksaan fisik
Skor dehidrasi
Pernafasan cepat dan dalam Indikasi asidosis metabolik
Bising usus lemah / tidak ada Hipokalemi
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
o Darah :
Darah lengkap
Serum elektrolit
Analisa gas darah
Glukosa darah
Kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik
o Urin
Urin lengkap
Kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik
o Tinja
Pemeriksaan makroskopik :
Tinja yang berair dan tanpa mukus ataau
darah Biasanya akibat enterotoksin virus,
protozoa, atau infeksi diluar saluran GI
Tinja yang mengandung darah atau mukus
Bisa akibat infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif, atau parasit usus
Pemeriksaan mikroskopik
Mencari leukosit pada tinja Tanda respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa
kolon Leukosit (+) menandakan adanya
kuman invasif atau yang memproduksi
sitotoksin (Biasanya PMN)
Terapi
Prinsip :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
o Oralit baru merupakan oralit dengan osmolaritas rendah
Menurunkan kebutuhan suplemen intravena dan
mengurangi pengeluaran tinja sebesar 20% serta muntah
sebesar 30%
o Kandungan oralit baru :
Natrium : 75 Mmol/L
Klorida : 65 Mmol/L
Glukosa, anhidros : 75 Mmol/L
Kalium : 20 Mmol/L
Sitrat : 10 Mmol/L
Total osmolaritas : 245 Mmol/L
o Ketentuan pemberian oralit formula baru :
1. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
2. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1
liter air matang untuk persediaan 24 jam
3. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang
air besar, dengan ketentuan :
Anak < 2 tahun : 50-100mL tiap kali BAB
Anak 2 tahun : 100-200mL tiap kali BAB
4. Jika dalam waktu 24 jam masih ada sisa
persediaan oralit, sisa tersebut harus dibuang
2. Pemberian Zinc selama 10 hari berturut-turut
o Zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare serta
mengembalikan nafsu makan anak
o Memberikan efek perbaikan fungsi imun, struktur dan fngsi
saluran cerna, dan proses perbaikan epitel saluran cerna
o Dengan pemberian zinc terjadi peningkatan regenerasi
epitel usus, eningkatan jumlah brush border apikal, dan
4. Antibiotik selektif
o Diberikan hanya jika ada indikasi = Diare berdarah atau
kolera
o Pemberian antibiotik tanpa indikasi Dapat
memperpanjang lamanya diare karena mengganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh sehingga diare sulit disembuhkan
5. Nasihat kepada orang tua
o Kembali segera bila terjadi demam, tinja berdarah, diare
berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, daire
makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari
Farmakoterapi
Komplikasi
Gangguan elektrolit
Terjadi selama pengobatan dehidrasi
Berupa :
o Hipernatremia
o Hiponatremia
o Hiperkalemia
o Hipokalemia
Kejang
Pencegahan
DIARE KRONIK
Definisi :
Non-Infeksi :
Intoleransi laktosa (Pada anak < 6 bylan, tinja disertai darah)
Celiac disease (Gluten-sensitive enteropathy
Cystic fibrosis
Infeksi :
Bakteri
Virus
Parasit
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
1. Diare sekretoris
Faktor risiko
Gejala
Diagnosis
Anamnesis
BAB :
o Lama diare, Frekuensi BAB , Volume BAB, Konsistensi
tinja, Warna, Bau, Ada / tidaknya lendir dan darah
Kencing :
o Biasa, berkurang, jarang / tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
Pemeriksaan fisik
Status dehidrasi
Status gizi
Status perkembangan anak
Pemeriksaan laboratorium
Darah
o Darah lengkap, Elektrolit, Ureum darah, Tes fungsi hati,
Vitamin B12, Asam folat, Kalsium, Feritin, LED, CRP
Tinja
o Tes tinja spesifik
o Tes pH tinja
o Kultur tinja
Terapi
Pencegahan
Dehidrasi
Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh total, berupa hilangnya air lebih banyak dari
natrium(dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi
isotonik), atauhilangnya natrium yang lebih banyak dari air (dehidrasi hipetonik)
Dehidrasi isotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mmol/Liter)dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/ Liter).
Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari
135mmol/liter)dan osmolalitas efektif serum (kurang dari270 mosmol/Liter)
GEJALA DEHIDRASI SESUAI DENGAN TINGKATANNYA:
1. Dehidrasi RinganDehidrasi tingkatan ini dicirikan dengan tanda muka memerah, rasa yang sangat haus, kulit
keringdan pecah-pecah, volume urin berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya, pusing danlemah, kram otot
terutama pada kaki dan tangan, kelenjar air mata berkurang kelembabannya,sering mengantuk, mulut dan lidah
kering dan air liur berkurang.
2. Dehidrasi SedangDehidrasi tingkatan ini di tandai dengan penurunan tekanan darah, dalam kondisi tertentu
gampangsekali pingsan, kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung, kejang, perut kembung,gagal
jantung, ubun-ubun cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
3. Dehidrasi BeratDehidrasi pada tingkatan ini sangatlah berbahaya jika tidak segera dilakukan pertolongan
dan penanganan,karna bisa mengakibatkan kematian. Tanda-tandanya adalah : kesadaran
berkurang,tidak buang air kecil, tangan dan kaki dingin serta lembab, denyut nadi semakin cepat dan
lemahsehingga tidak teraba, tekanan darah turun drastis sehingga tidak dapat diukur, ujung kuku, mulut,dan lidah
berwarna kebiruan.
Mengenali tanda-tanda awal haus (dehidrasi) :
Merasa lelah tanpa alasan
Merasa terbakar, wajah memerah
Merasa mudah tersinggung dan marah tanpa alasan
Merasa gelisah
Merasa terkucilkan dan tidak cukup baik
Merasa depresi
Merasa kepala berat/sempoyongan
Gangguan tidur, terutama orang tua
Rasa tak sabar yang tidak jelas
Rentang perhatian (fokus) yang amat sempit
Pendek nafas pada orang sehat tanpa penyakit paru atau infeksi
Mencari minuman, seperti kopi, teh, soda, dan alkohol
Mimpi tentang laut,sungai, hal-hal yang bersumber air
kriteria WHO, kriteria Mortality Morbidity Weekly Review (MMWR), skor Maurice King:
Rencana terapi A
1.
beri cairan tambahan
jelaskan kepada ibu :
pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairantambahan yang utama. beri ASI lebih sering
dan lebih lama pada setiappemberian
jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut: oralit, cairan
makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matanganak harus diberi larutan oralit dirumah jika :
anak telah diobati dengan rencana terpai B dan C dalam kunjungan ini
anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parahajari ibu cara mencampur dan
memberikan oralit< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB> 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BABatau
10 cc/kgBB/setiap kali BABcara meminumkan :- minumkan sedikit sedikit tetapi sering- jika anak muntah, tunggu
10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat- teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2.
beri tablet zincpada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :
< 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari
> 6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari
3.
lanjut pemberian makan/ASI
Rencana terapi B
1. jumlah oralit yang diperlukan 3 jam pertama :75 ml/kgBB
- mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan
- lanjutkan pemberian ASI
2. berikan tablet zinc selama 10 hari
3. setelah 3 jam :
- ulangi penilaian derajat dehidrasinya
- pilih rencana terapi yang sesuai
4. jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :
- tunjukan cara membuat oralit dirumah
- tunjukan berapa larutan yang diberikan selama 3 jam pengobatan
- berikan oralit yang cukup untuk dehidrasi
Rencana terapi C
berikan cairan intravena secepatnya. jika anak bisa minum, beri oralit melaluimulut, sementara infus disiapkan. beri
100 ml/kgbb cairan ringer laktat atauringer asetat (atau jika tidak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagisebagai
berikut :
segera berikan diberi cairan rumah tangga untuk pencegahan seperti: air tajin, larutan
gula garam, kuah sayur-sayuran, dan sebagainya.
Jumlah cairan yg di berikan 10ml/kgBB atau:
anak usia <1tahun adalah 50-100ml
1-5 tahun adalah 100-200ml
5-12 tahun 200-300ml
Dewasa 300-400ml setiap BAB
makanan yang biasa dimakan dan rendah serat. Buah-buahan terutama pisang, makanan
yang merangsang (pedas, asam, banyak lemak) jangan diberikan.
Jika diare tetap berlangsung dan bertambah berat berkan terapi dehidrasi ringan - sedang
Pengobatan diare dehidrasi ringan sedang
oralit diberikan 3jam pertama 75cc/kgBB bila berat badan diketahui, jika tidak dapat di
nilai lewat usia, umur <1 tahun adalah 300ml, 1-5 tahun adalah 600ml, >5tahun adalah 1200ml,
dan dewasa adalah 2400.
Apabila oralit tidak dapat secara per-oral, oralit diberikan secara nasogastrik dengan
volume kecepatan 20ml/kgBB/jam
Setelah 3 jam penderita dievaluasi, bila membaik pengobatan dapat dilakuakan dirumah
dengan pemberian oralit dan makanan, bila memburuk dan penderita mencapai dehidrasi berat
pengobatan diberikan secara parenteral
Pengobatan dehidrasi berat
oralit diberikan selama pemberian cairan intravena (5ml/kgBB/jam) 3-4jam untuk bayi 12jam untuk anak yang lebih besar.
Evaluasi tiap jam, bila tidak membaik tetesan I.V dipercepat setelah 6 jam pada bayi
3jam pada anak lebih besar
Terapi dewasa
Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar secara berkala sesuai
kebutuhan.
Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24 jam
(30ml/kg berat badan /24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan pengantian defisit cairan
kehilangan cairan yang masih berlangsung.
Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi.
Dehidrasi hippertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kandung
ansodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur.
Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang mengandungsod
ium(jus tomat) juga dapat diberikan isotonik yang ada di pasaran.
Dehidrasi hipotonik cairan yang dianjurkan seperti diatas tetapi dibutuhkan kadar sodium
yanglebih tinggi.
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian
cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah
air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus:
Defisiti cairan (liter) = Berat badan total (BBT) yang diinginkan BBT saat ini
BBT yang diinginkan = kadar Na serum x BBT saat ini /140
BBT saat ini (pria) = 50%x berat badan (kg)
BBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada
dehidrasiisotonik dapat diberikancairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan25-30%
dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%.
Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan
diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik
Pemeriksaan Bakteri
Deteksi bakteri patogen dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : visual
(konvensional), teknik serologi (reaksi antigen-antibodi) dan teknik molekuler berbasis
DNA
Pewarnaannegatif (tidaklangsung)
Pewarnaan gram
Pewarnaantahanasam (metodeziel-neelsen)
Pewarnaanspora (metodeschaeffer- fulton)
Pewarnaankapsul
Isolasi
b.
Untuk mengisolasi suatu kuman-kuman penyakit dari media, ciri-ciri koloni ini harus
dikenal betul. Sebagai contoh dapat kita sebutkan di sini, ialah :
a. Salmonella dan Shigella : Koloni-koloninya tidak berwarna, seperti titik air pada
mediaEndo, S. S. agar.
b. Sal. typhi
: Koloninya berwarna hitam-mengkilat pada media Wilson-Blair.
c. Vibrio
: Koloninya berwarna kuning pada media TCBS-agar, tidak berwarna
pada Endo dan Soda-agar.
d. Eschericia coli : Berwarna merah kilat logam pada media Endo.
e. E. Intermedium dan A. aerogenes : Berwarna merah jambu pada media Endo.
f. Stap. aureus : Kuning emas (aurum) pada agar.
g. Stap. albus
: Putih (albus) pada agar.
h. Stap. citrues : Kuning jeruk pada agar.
i. Myc. tuberculose : Kuning pucat pada media Lowen-stein.
j. B. Prodigiosum
: Membentuk warna merah medianya juga turut berpendar merah.
k. B. Pyocianeus : Membentuk warna biru (pyocianin) dan medianya juga turut berpendar
biru.
l. B. Fluorescens : Membentuk warna hijau dan medianya juga berpendar hijau.
m. B. Yiolaceus : Membentuk warna ungu dan medianya juga turut berpendar ungu.
Uji Biokimiawi
Bakteri meragikan gula dan membentuk gas, terjadi perubahan indikator dan gas
yang terbentuk masuk ke dalam tabung Durham. Gas ini dapat kita lihat, yaitu isi
tabung Durham jernih. Kita catat sebagai : Peragian positif dan membentuk gas
(+g).
immunoblot,
Keunggulan teknik serologi dibandingkan dengan teknik konvensional adalah : lebih cepat,
sederhana, level deteksi lebih tinggi, dan memungkinkan untuk menskrining banyak sampel
sekaligus dan automatis. Kelemahan dari teknik ini adalah adanya gangguan berupa reaksi silang
(cross reaction) dari antiserum yang digunakan terhadap bakteri bukan sasaran (non target).
Kendala ini diatasi dengan antibodi monoklonal atau antibodi poliklonal terhadap antigen
spesifik.
RAPD
RAPD dapat mempelajari variasi genetik dalam populasi. Teknik ini dapat digunakan
untuk mempelajari hubungan kekerabatan, menganalisis keturunan (paternity),
menganalisis struktur populasi dan aliran gen, menentukan identitas biotype atau spesies,
dan memonitor kemunculan dan pemencaran suatu biotype/spesies.
RAPD membutuhkan DNA dalam jumlah relatif sedikit, cepat, dan murah. Sedikitnya
jumlah DNA yang dibutuhkan memungkinkan untuk melakukan reaksi ganda (multiple
raction) DNA dari individu tunggal. RAPD menggunakan primer acak yang pendek (10mers) sehingga tidak perlu mengetahui sekuen DNA untuk membuat primer. Namun hal
ini menyebabkan masalah dalam pengulangan dan kehandalan teknik ini bila dilakukan
dengan hati-hati. Kondisi RAPD harus dioptimasi untuk setiap spesies. Kadang-kadang
diperlukan pengulangan PCR untuk menentukan konsistensi DNA yang teramplifikasi.
RAPD-PCR sensitif terhadap konsentrasi DNA template, sehingga kondisi reaksi harus
dioptimasi dengan hati-hati dan teknik ekstraksi DNA harus konsisten. Kualitas primer
merupakan faktor yang kritis, sehingga harus menggunakan primer yang baru dan utuh
(tidak terdegradasi).
AFLP
AFLP digunakan untuk analisis perbedaan genetik antar individu, populasi dan spesies.
Seperti halnya RAPD, teknik AFLP relatif murah dan handal untuk mengidentifikasi
ratusan penanda genetik tanpa membutuhkan informasi sekuen DNA untuk
mengembangkan primer. Kelemahan dari teknik adalah sulit utuk mengidentifikasi
penanda yang homolog, sehingga teknik ini tidak dapat digunakan untuk identifikasi
individu yang heterozygot. Dibandingkan dengan RAPD, teknik AFLP lebih mudah
direplikasi tetapi lebih sulit digunakan dan dikembangkan.
RFLP
Teknik molekuler lain yang sering digunakan untuk analisis ekologi adalah RFLP. Teknik
ini dapat digunakan untuk analisis variasi genetik baik pada DNA mitokondria maupun
DNA kromosom. Pola pita DNA yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung pada jenis
enzim restriksi yang digunakan dan sekuens DNA target yang akan dianalisis. RFLP
membutuhkan DNA yang benar-benar bersih dalam jumlah yang relatif banyak. Teknik
PCR-RFLP dilakukan dalam dua prosedur, sehingga lebih mahal dan memakan lebih
banyak waktu.
Squencing
- Analisis keragaman DNA yang paling akurat adalah dengan perunutan nukleotida
(sequencing) pada target DNA. Namun teknik ini relatif mahal dan memakan waktu.
Sequencing membutuhkan informasi tentang urutan DNA target untuk mengembangkan
primer yang sesuai. Karena mahal, teknik ini jarang digunakan untuk mempelajari
populasi dalan skala besar tetapi lebih digunakan untuk mengembangkan primer spesifik
alel untuk PCR.
UJI KULTUR
Adalah penanaman bakteri pada suatu media agar dapat dibedakan jenis bakteri yang satu
dengan yang lainnya berdasakan hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut. Jika
media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan bakteri, maka bakteri dapat melakukan
pertumbuhan dengan baik.
Cara atau teknik untuk mengkultur
Alat dan Bahan : a. Ose
b. Bunsen
c. Inkubator
d. Media
Spesimen : faeces atau muntahan
Cara Kerja :
a. Meja kerja dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan
b. Cuci tangan sebelum bekerja.
c. APD dikenakan.
d. Ose dipijarkan diatas nyala bunsen hingga membara.
e. Tutup dibuka kemudian leher media dipanaskan.
f. Spesimen diambil sebanyak satu sampai dua mata ose dengan ose yang
kemudian dipindahkan ke media
g. Semua pekerjaan dilakukan didekat api atau nyala Bunsen.
dingin
REAKSI BIOKIMIA
Uji Fermentasi
Sebanyak 2 tabung tabung yang berisi media berwarna kuning kehijuan disediakan dan
tabung pertama ditambahkan 2 tetes parafin dan kemudian diinkubasi selama 24 jam dan diamati
perubahan warna yang terjadi pada kedua tabung tersebut
Positif jika berwarna kuning, negatif bila berwarna hijau.
Uji Motilitas
Kedalam tabung yang berisi bakteri dimasukan kawat ose tegak lurus terhadap tabung, jika
pada garis lurus maka hasil menunjukan non motil sedangkan kalau pada kawat bakterinya
menyebar makan hal ini menunjukan hasil motil.
Uji Oksidase
Koloni bakteri diambil satu tetes (sebaiknya dari biakan cair) secara aseptis dan
diinokulasikan padaObject glass. Diatas object glass diberi kertas saring yang sehingga tetesan
tersebar pada kertas. Kemudian ditetesi dengan reagen, lalu lihat perubahan yang terjadi,jika
warna berubah menjadi merah marun maka hasil uji positif, sedangkan bila berwarna coklat
maka hasil uji negatif.
Uji Katalase
Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada Object glass.
Kemudian dipipet dengan pipet tetes, 3% H2O2 diteteskan pada Object glass secukupnya.
Setelah itu diamati gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif.
Uji Gelatinase
Dua buah tabung diisi reaksi dengan media gelatin (cair) sampai setengah tinggi
tabung reaksi dan dimasukan bakterinya , kemudian setelah itu diinkubasi ke dua tabung pada
suhu 37 oC selama24 jam dan dilakukan pengamatan dan uji terhidrolisanya gelatin dengan cara
mendinginkannya (0 4 oC) selama kurang lebih 10 menit
Positif bila tidak membeku, dan Negatif bila membeku.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran DorlandEdisi 29. Jakarta: EGC.
2. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi ManusiaEdisi 2. Jakarta: EGC.
3. Guyton, Arthur C dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
4. Silbernagl, Stefan dan Florian Lang. 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Gaya Baru
6. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC
7. PAPDI. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
8. Jawetz, Melnick dan Adelberg. 2009. Mikrobiologi Kedokteran Edizi 23. Jakarta: EGC