Anda di halaman 1dari 18

Disusun oleh:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Amalia Diena Nurhayati (04)


Eka Saifi Firdausi (09)
Fahmi Husni Mubarrok (10)
Faisal Arif (11)
Faisal Kurnia Resa (12)
Jauharotul Fuadah (18)
M. Ardiansyah az zahir (20)
Rizma Tri Ariyani (28)

SMA NEGERI 2 LAMONGAN


Tahun Pelajaran 2010/2011
Jln.Veteran No.1 Lamongan,Telp. (0322) 321187

Arti dan Tujuan Rosulullah dan Umat islam Berhijrah

1. Latar Belakang Rasul Hijrah


Dakwah adalah istilah dari bahasa Arab yang berasal kata da'a - yad'u - da'watan,
artinya

menyeru,

memanggil

atau

mengundang.

Allah

SWT.

berfirman:

"Mereka mengajak/memanggil ke neraka sedang Allah mengajak ke surga dan


ampunan

dengan

izinNya"

(Al-Baqarah:221).

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah" (An Nahl:125).


Sebab-sebab Rosulullah dan umat islam berhijrah:

Situasi kota Mekah yang tidak memungkinkan lagi Rasulullah berada disana.
Ingin mencairkan suasana kota Mekkah yang sangat mencekam.
Ingin memperoleh ketenangan dalam beribadah dan berdakwah.

A. Arti Hijrah
1.

Pertama, meninggalkan semua perbuatan

yang dilarang Allah SWT dan

2.

melakukan perbuatan baik yang diridhoiNya.


Kedua, berpindah dari negeri kafir karena di negeri itu Islam selalu mendapat
tekanan, ancaman, dan kekerasan sehingga tidak memiliki kebebasan dalam
beribadah atau berdakwah.

B. Tujuan Hijrah
Tujuan hijrah Rosulullah dan umat islam adalah:
1. Menyelamatkan diri dan umat islam dari tekanan-tekanan, ancaman, dan kekerasan
kaum kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rosulullah SAW meninggalkan rumahnya di
Makkahuntuk berhijrah ke Yatsrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kafir
Quraisydengan maksud untuk membunuhnya.
2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk
menegakkan dan meninggikan agama-Nya.

DAKWAH RASULULLAH PERIODE MADINAH


Pada abad ke 5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di makkah, bangsa Quraisy dengan
segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan

pemboikatan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW).
Beberapa pemboikatan tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.

Memutuskan hubungan perkawinan.


Memutuskan hubungan jual beli.
Memutuskan hubungan ziarah menziarahi.
Tidak ada tolong menolong.

Pemboikatan itu tertulis diatas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di kakbah
dan tidak akan dicabut sebelum Nabi Muhammad SAW menghentikan gerakannya selama
tiga tahun lamanya Bani Hasyim can Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat
pemboikatan itu. Banyak pengikut Rosulullah SAW yang menyingkir keluar kota Mekah
untuk mempertahanka hidup , untuk menyelamatkan diri ujian bagi Rosulallah SAW. Juga
bertambah berat dengan wafatnya dua orang yang sangat dicintainya, yaitu paman nya , Abu
Tholib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada
tahun ke-10 dari masa kenabian (620 m) dalam sejarah disebut Amul Huzni ( tahun kesedihan
atau tahun duka cita)
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orng Quraisy makin berani dan leluasa
mengganggu dan menghalang Rosulallah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke
pungging Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada prang yang hendak
mencekaknya. Nabi Muhammad SAW, merasakan bahwa dakwah di mekkah tidak lagi sesuai
sebagai pusat dakwah islam. Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi dan
hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rosulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka
pun mengusir, menyoraki dan mengejar Rosulullah Sambil dilempari dengan batu. Saat itu
Rosulallah SAW, sempat berlindung dibawah kebun anggur di kebun Utbah dan Syaiba (anak
Rabia). Meski demikian terluka, Rosulallah SAW tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas.
Kesulitan dan hambatan yang terus menerus menimpa Nabi Muhammad SAW dan
pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakkal.
Saat menghadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada puncak nya,
Rosulallah SAW, diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra dan Miraj dari
Mekkah menuju ke Baitul Maqdis di palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke
Sidratul Muntaha (Q.S. Al-Isra 17:1). Kejadian Isra dan Miraj terjadi pada malam Rajab
tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) ditempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah SWT dari peristuwa Isra dan Miraj antara lain sebagai berikut :
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah
diberikan Allah SWT kepada manusia dan Nabi-Nabi sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai Rosul untuk terus
menyerukan agama Allah SWT kepad aseluruh umat manusia.

3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan percaya
kepada kejadian yang menakjubkan itu yanh hanya ditempuh dalam waktu semalam.
Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad
SAW sudah gila.

Meski demikian, ada orang yang beriman atau percaya terhadap

kejadian ini, yaitu Abu Bakar . sehingga nama Beliau ditambahkan dengan gelar As
Sidik.

HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE YASTRIB (MADINAH)


Faktor yang mendorong hijrahnya Nabi Muhammad SAW:
1. Ada tanda- tanda baik pada perkembangan islam di Yatsrib, karena:
a. Pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi
Muhammad SAW di bukit Akabah. Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi
sebanyak 73 orang ke Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
Saat itu mereka tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi sesungguhnya
kedatngan mereka adalah untuk menjumpai Rosulallah SAW dan mengundang
mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela dan
mempertahankan serta melindungi Rosululla beserta para pengikut dan
keluarganya seperti melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut
Perjanjian Aqabah II. Akhirnya Rosulullah SAW menyurhlah sahabat-sahabat Nabi
2.

pindah bersama.
Rencana pembunuhan Nabi Muhammad SAW oleh kaum Quraisy yang hasil
kesepakatannya diputuskan oleh pemuka- pemuka Quraisy di Daru Nadwah. Mereka
menyatakan bahwa:
a. Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di
Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyarang kafilah kafilah dagang Quraisy yang
pulang pergi ke Syam. Halmitu akan mengakibatkan kerigian bagi perniagaan
mereka. Membunuh Nabi Muhammad SAW sebelum Beliau ikut pindah ke
Yatsrib. Dengan cara setaip suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh,
sehingga apabila Rosulullah SAW terbunuh, kelurganya tidak akan mampu
membelah diri dihadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi
Muhammad SAW dan akan membunuhnya disaat fajar, yakni ketika Rasulullah
SAW akan melaksanakan sholat shubuh.
Rencana rencana tersebut diketahui oleh Nabi Muhammad SAW dan para pemuda

Quraisy terkacoh. Karena yabg tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah menhetahui kejahatan itu sebelum

para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk
mencari Nabi Muhammad SAW, tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi Muhammad SAW
bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menulusuri pantai laut mera.

AKHIR PERIODE DAKWAH RASULULLAH SAW DI KOTA MEKAH


Dengan berpindahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah maka berakhirlah periode
pertama perjalanan dakwah Beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya,
Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama islam ditengah masyarakat
mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi Muhammad SAW singgah di Quba selama 4 hari
beristirahat , Nabi Muhammad SAW mendirikan sebuah Masjid Quba dan merupakan
masjid pertama dalam sejarah islam. Tepat pada hari jumat 12 Rabiul Awal tahun 1 Hijrah
bertepatan pada 24 September 6 M. Mereka mendapat sambutan penuh haru, hormat, dan
kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat Madinah. Nabi Muhammad SAW
mengadakan sholat jumat yang pertama kali dalam sejarah islam dan Beliau pun
berkhotbah dihadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sejak saat itu, kota Yatsrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah
Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah
mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut
Anshar artinya pembela. Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua
golongan yang berbeda, yaitu:
1. Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
2. Golongan Yahudi, yaitu orng-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina).
Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan diripada penduduk
asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj sekedar mengambil
keuntungan dri jasil penjualan senjatannya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi islam dan kaum muslim karena
hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah dijadikansebagai awal
permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah kesempatan bagi
Nabi Muhammad SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat muslim yang
bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal tersebut adalah
mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim dengan kaum non muslim
dan membangun kerja sama, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, serta dasar-dasar
daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periodo madinah dapat mewujudkan masyarakat
muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi prototipe masyrakat ideal
atau yang sering disebut masyrakat madani. Beliau juga turut berjuang dalam memelihara

dan mempertahankan masyarakat yang dibinanya itu dari segala macam tanatangan, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar.

SUBSTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW


PERIODE MADINAH
Adapun substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Membina masyarakat islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin
dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung
halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlasdan hanya
mengharap keridhaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu bakar dipersaudarakan
dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Muaz bin
Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu
seterusnya sehingga setiap orang dari kaum Anshar dipersaudarakan dengan kaum
Muhajirin.
2. Memelihara dan mempertahankan masyarakat islam dalam upaya menciptakan
suasana tentram dan aman agar masyarakat muslam yang dibina itu dapat terpelihara
dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan
kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum
pernah dilakukan oleh Nabi Rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut:
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan
mempunyai wewenang penuh terhadap anggota golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling
membantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib
mempertahankan kota bila ada serangan dari luar.
c. Kota Madinah adalah kota yang suci yang wajib dihormati oleh mereka yang
terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan
Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan Rasul (Al-Quran dan
Sunnah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kuta Madinah yang disetujui
dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat islam. Melalui
wahyu yang turun di kota Madinah dimana sebagian besar berkaitan dengan
pembinaan hukum islam, Nabi Muhammad SAW dapat menetapkan dasar-dasar yang
kuat bagi msyarakat muslim dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lapangan
politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain.

Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan


islam dapat mewujudkan negeri Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur dan Madinah
disebut Madinatul Munawwarah .

HIKMAH SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW


PERIODE MADINAH
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshar
dapat memberikan rasa aman dan tentram.
2. Persatuan dan saling menghormati antar agama.
3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya
dan miskin.
4. Memahami bahwa umat islam harus berpegang menurut aturan Allah SWT.
5. Memahami dan menyadari bahwa agar menjalin hubungan dengan Allah SWT dan
antara manusia dengan manusia.
6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia
maupun di akhirat.
7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama islam.
8. Terciptanya hubungan yang kondusif.

SIKAP DAN PERILAKU


Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad SAW adalah Rasul dan
2.
3.
4.
5.
6.

Nabi penutup para Nabi.


Mencintai Rasulullah SAW.
Mensosialisasikan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Gemar dan senang membaca buku sejarah Nabi-nabi.
Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia.
Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat atau manapak tilas

perjuanangan Nabi Muhammad SAW.


7. Mempelajari dan memahami Al-Quran dan Hadits-haditsnya.
8. Senantiasa berjihad dijalan Allah SWT.
9. Aktif atau ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar
islam.
10. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid).
11. Menekuni dan mempelajari warisan Nabi Muhammad SAW.

1.

Perang Badar
Pertempuran Badar (bahasa Arab: , ghazawt badr), adalah pertempuran
besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada
17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang
berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang

berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan
Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur
dalam kekacauan.
Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan
bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh
mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di
Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada
suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta
memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan
masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai
memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di
Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.
1.1 Latar Belakang
Pada awal peperangan, Jazirah Arab dihuni oleh suku-suku yang berbicara
dalam bahasa Arab. Beberapa diantaranya adalah suku Badui; bangsa nomad
penggembala yang terdiri dari berbagai macam suku; beberapa adalah suku petani
yang tinggal di oasis daerah utara atau daerah yang lebih subur di bagian selatan
(sekarang Yaman dan Oman). Mayoritas bangsa Arab menganut kepercayaan
politeisme. Beberapa suku juga memeluk agama Yahudi, Kristen (termasuk paham
Nestorian), dan Zoroastrianisme.
Nabi Muhammad lahir di Mekkah sekitar tahun 570 dari keluarga Bani
Hasyim dari suku Quraisy. Ketika berumur 40 tahun, ia mengalami pengalaman
spiritual yaitu menerima wahyu ketika sedang menyepi di suatu gua, yakni Gua
Hira di luar kota Mekkah. Ia mulai berdakwah kepada keluarganya dan setelah itu
baru berdakwah kepada umum. Dakwahnya ada yang diterima dengan baik tapi
lebih banyak yang menentangnya. Pada periode ini, Muhammad dilindungi oleh
pamannya Abu Thalib. Ketika pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619,
kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada salah seorang musuh Muhammad,
yaitu Amr bin Hisyam, yang menghilangkan perlindungan kepada Muhammad
serta meningkatkan penganiayaan terhadap komunitas Muslim.
Pada tahun 622, dengan semakin meningkatnya kekerasan terbuka yang
dilakukan kaum Quraisy kepada kaum Muslim di Mekkah, Muhammad dan
banyak pengikutnya hijrah ke Madinah. Hal ini menandai dimulainya kedudukan
Muhammad sebagai pemimpin suatu kelompok dan agama.
Setelah kejadian hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di
Mekkah dan Madinah semakin memuncak dan pertikaian terjadi pada tahun 623

ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawt dalam
bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di
antara rute utama perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim
berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil
harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah
harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan
telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan
dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Kaum
Quraisy Mekkah jelas-jelas mempunyai pandangan lain terhadap hal tersebut,
karena mereka melihat kaum Muslim sebagai penjahat dan juga ancaman terhadap
lingkungan dan kewibawaan mereka.
Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawt semakin sering
dan terjadi di mana-mana. Pada bulan September 623, Muhammad memimpin
sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap
rombongan besar kafilah Mekkah. Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah
melakukan "serangan balasan" ke Madinah, meskipun tujuan sebenarnya hanyalah
untuk mencuri ternak kaum Muslim. Pada bulan January 624, kaum Muslim
menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah Nakhlah, hanya 40 kilometer
di luar kota Mekkah, membunuh seorang penjaga dan akhirnya benar-benar
membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah. Terlebih lagi dari
sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan Rajab;
bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah. Menurut tradisi mereka, dalam
bulan ini peperangan dilarang dan gencatan senjata seharusnya dijalankan.
Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi.
1.2 Pergerakan Menuju Badar
Muhammad memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak
panglima utamanya, termasuk pamannya Hamzah dan para calon Kalifah di masa
depan, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib.
Kaum Muslim juga membawa 70 unta dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka
harus berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di atas satu unta. Namun
demikian, banyak sumber-sumber kalangan Muslim pada awal masa itu, termasuk
dalam Al-Qur'an sendiri, tidak mengindikasikan akan terjadinya suatu peperangan
yang serius,dan calon khalifah ketiga Utsman bin Affan juga tidak ikut karena
istrinya sakit.
Ketika kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, Abu Sufyan
mulai mendengar mengenai rencana Muhammad untuk menyerangnya. Ia

mengirim utusan yang bernama Damdam ke Mekkah untuk memperingatkan


kaumnya dan mendapatkan bala bantuan. Segera saja kaum Quraisy Mekkah
mempersiapkan pasukan sejumlah 900-1.000 orang untuk melindungi kelompok
dagang tersebut. Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung,
termasuk di antaranya Amr bin Hisyam, Walid bin Utbah, Syaibah bin Rabi'ah,
dan Umayyah bin Khalaf. Alasan keikut-sertaan mereka masing-masing berbeda.
Beberapa ikut karena mempunyai bagian dari barang-barang dagangan pada
kafilah dagang tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam atas Ibnu alHadrami, penjaga yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut karena berharap
untuk mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim. Amr bin
Hisyam juga disebutkan menyindir setidak-tidaknya seorang bangsawan, yaitu
Umayyah ibn Khalaf, agar ikut serta dalam penyerangan ini.
Di saat itu pasukan Muhammad sudah mendekati tempat penyergapan
yang telah direncanakannya, yaitu di sumur Badar, suatu lokasi yang biasanya
menjadi tempat persinggahan bagi semua kafilah yang sedang dalam rute
perdagangan dari Suriah. Akan tetapi, beberapa orang petugas pengintai kaum
Muslim berhasil diketahui keberadaannya oleh para pengintai kafilah dagang
Quraisy tersebut dan Abu Sufyan kemudian langsung membelokkan arah kafilah
menuju Yanbu.

2.

Perang Uhud
Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan
kaum kafir Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini
terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr. Tentara Islam
berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam
dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan.

Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari
Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan
panjang 5 mil.
2.1 Pendahuluan
Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian
barat. Tentara Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front
kurang lebih 1.000 yard. Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap
kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan
Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan sayap kiri berada
dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari
belakang, untuk mengatasi hal ini Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Ainain
dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair dengan perintah yang sangat tegas dan
jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari
belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan
sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang,
jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong
kami."
Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air
bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati
luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri Rasulullah yang juga istri
Ali. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri.
Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan pasukan
Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur. Selain itu juga meniadakan
keuntungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah
satunya milik Rasulullah). Abu Sufyan tentu lebih memilih pertempuran terbuka
dimana dia bisa bermanuver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan
mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengepung pasukan tersebut. Tetapi
Rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa Abu Sufyan bertempur di front yang
terbatas dimana infantri dan kavalerinya tidak terlalu berguna. Juga patut dicatat
bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap Madinah dan bagian belakangnya
menghadap bukit Uhud, jalan ke Madinah terbuka bagi tentara kafir.
Tentara Quraish berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. Abu Sufyan
mengelompokkan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap
kavaleri di samping. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri
dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl, masing-masing berkekuatan 100 orang. Amr
bin Al Aas ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap tapi tugasnya terutama

untuk koordinasi. Abu Sufyan juga menempatkan 100 pemanah di barisan


terdepan. Bendera Quraish dibawa oleh Talha bin Abu Talha.
2.2 Penyebab Kekalahan Perang Uhud
Kisah ini ditulis di Sura Ali Imran ayat 140-179. Dalam ayat2 di Sura Ali
Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat
141) ujian bagi Muslim mumin dan munafik (ayat 166-167).
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orangorang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh,
Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati
tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh
taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)."
Ayat2 di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa
Muhammad dan Muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap
bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari.
Memang benar bahwa para Muslim hampir saja mampu menghabisi
musuh2nya kaum pagan Quraish ketika kemudian perhatian mereka teralihkan.
Ketika tentara Muslim melihat para wanita Quraish mengangkat bajunya sehingga
menampakkan gelang pergelangan kaki dan kaki2 mereka, mereka mulai
berteriak-teriak dan menzalimi mereka. Tanpa peduli akan perintah-perintah
Muhammad, mereka meninggalkan tempat-teman jaga mereka dan lalu mengejar
wanita-wanita ini karena itulah Allah mengijinkan kaum pagan membunuhi para
Muslim yang meninggalkan kedudukannya sebagai suatu ujian (ayat 152-153).
Tentara Muslim kalah karena salah mereka sendiri (ayat 165).

3.

Perang Ahzab / Khandaq


Pertempuran Khandaq (Arab: ) terjadi pada bulan Syawal tahun 5
Hijriah atau pada tahun 627 Masehi, yaitu pengepungan Madinah oleh pasukan
gabungan antara kaum kafir Quraisy makkah dan yahudi bani Nadir (al-ahzaab),
sehingga dikenal juga sebagai Perang Ahzab. Untuk melindungi Madinah dari
serangan gabungan, maka dibuatlah parit sebagai strategi berperang untuk
menghindari serbuan langsung dari pasukan Al-Ahzab Quraisy dan bani Nadir.
Strategi pembuatan parit di sela sela daerah yang tidak terlindungi oleh pegunungan
sebagai tempat perlindungan adalah strategi dari sahabat Rasulullah S.A.W bernama

Salman al-Farisi yang berasal dari Persia, sehingga perang ini disebut dengan
pertempuran parit / khandaq. Sejatinya strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan
apabila mereka terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda.
Lalu digalilah parit di bagian utara Madinah selama sembilan/sepuluh hari.
Pasukan gabungan datang dengan kekuatan 10.000 pasukan yang siap berperang.
Pasukan gabungan membuat kemah di bagian utara Madinah, karena di tempat itu
adalah tempat yang paling tepat untuk melakukan perang. Pada Pertempuran Khandaq,
terjadi pengkhianatan dari kaum Yahudi Bani Qurayzhah atas kesepakatan yang telah
disetujui sebelumnya untuk mempertahankan kota Madinah, tetapi bani Quraizhah
mengkhianati perjanjian itu.
Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh Nua'im bin Mas'ud alAsyja'i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan gabungan dengan
keahliannya memecah belah pasukan gabungan. Lalu Allah S.W.T mengirimkan angin
yang memporakporandakan kemah pasukan gabungan, memecahkan periuk-periuk
mereka, dan memadamkan api mereka. Hingga akhirnya pasukan gabungan kembali
ke rumah mereka dengan kegagalan menaklukan kota Madinah. Setelah peperangan
itu, Rasulullah dan para sahabat berangkat menuju kediaman bani quraizah untuk
mengadili mereka

3. Dakwah Islamiyah Keluar Jazirah Arabia


Rosulullah SAW menyeru umat manusia di luar jazirah Arabia agar memeluk agama
islam, dengan jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah Rosulullah SAW
kepada para penguasa atau para pembesar mereka.
Beberapa penguasa atau pembesar Negara yang dikirimi surat dakwah Rosulullah SAW
itu, seperti:
1. Heraclius, Kaisar Romawi Timur
yang menerima surat dakwah Rosulullah, melalui utusannya Dihijah bin Khalifah.
Heraclius tidak menerimaseruan dakwah Rosulullah SAW itu, karena tidak mendapat
persetujuan dari para pembesar Negara dan para pendeta. Namun, surat dakwah itu dibalasnya
dengan tutur kata sopan, di samping mengirimkan hadiah untuk Rosulullah SAW.
2. Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir
Rosulullah SAW mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya yang
bernama Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima seruan untuk masuk
Islam. Namun, dia menyampaikan surat balasan kepada Rosulullah SAW dan mengirim
hadiah-hadiah berupa seorang budak wanita, kuda, keledai, dan pakaian-pakaian.
3. Syahinsyah, Kaisar Persia
Syahinsyah adalah penguasa yang dhalim dan sombong. Karena kesombongannya surat
dakwah yang dikirim Rosulullah itu dirobek-robeknya. Mengetahui surat dakwah itu dirobek-

robek, Rosulullah menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh
anaknya sendiri pada malam Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijrah. Apa yang
diucapkan Rosulullah SAW ternyata sesuai dengan kenyataannya. Syahinsyah dibunuh oleh
anaknya sendiri Asy-Syirwaih karena kedhalimannya.
Kemudian, surat dakwah Rosulullah SAW dikirim pula kepada An-najasyi ( Raja
Ethiopia), Al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja Yamamah), dab Al-Hris
(Gubernur Romawi di Syam). Diantara penguasa-penguasa tersebut yang menerima seruan
dakwah tersebut hanyalah Al-Munzi bin Sawi penguasa Bahrain yang menyatakan masuk
islam dan mengajak para pembesar Negara dan rakyatnya agar masuk islam.

STRATEGI DAKWAH DI MADINAH


Beberapa strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi
berpandukan kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda
terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.

A. PEMBINAAN MASJID
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w
setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan
manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah
umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.
Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang
dikenali sebagai mirbad dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batubatu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut.
Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa
ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Di dalamnya, dibina sebuah
mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat
ruang muamalah yang dipanggil sirdauntuk pergerakan kaum muslimin melakukan aktiviti
kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi dakwah baginda bagi
menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat perbincangan di
kalangan Rasulullah s.a.w dan para sahabat tentang masalah ummah.

B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai
platform mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan
cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan
kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa mengira
pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz.[3]

C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH

Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi
daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga
kepentingan semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang
dikenali sebagai Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan
Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk
akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di
dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti
tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain
itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka
dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau
bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.

D. STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan
perjuangan Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni
oleh pihak lawan khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara
tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya
peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan Badar,
Rasulullah s.a.w telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu
Waqqash dan Zubair Ibn Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat
penting musuh memudahkan pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di
medan perang.
RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati
musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan
yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan
yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir. (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam
merangka strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju
dengan cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda
menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi
dengan mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka. Dalam perang Khandak,
Rasulullah s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi

berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam
semua peperangan dengan pihak musuh.

E. PEMBERIAN COP MOHOR


Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan kerajaan luar
seperti kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan
watikah diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya
adalah untuk menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai utusan Allah dan Nabi di akhir
zaman. Dalam watikahnya, baginda turut menyeru agar mereka menyembah Allah dan
bersama-sama berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan
watikah baginda diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar.
Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :
Nabi mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada
Kaisar Humuz, Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi
Muhammad Rasulullah kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa
sahaja yang mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi
tidak ada Tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.
Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan untuk
memperingatkan manusia yang masih hidup, bahawa siksaan akan ditimpakan atas orangorang kafir. Masuklah Islam dan hendaklah menerimanya. Jika anda menolaknya, maka
berdosalah bagi penyembah api.[6]

F. HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini
terbukti melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar
bagi menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di
negeri Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah
Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar
bin Abu Talib kepada Raja Habsyah.[7]
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas
kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah
pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis.
Penjajahan dan penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling
berkesan di seluruh dunia.

KESIMPULAN

Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah,
sebagai Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak
yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada
pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan
utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam
menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya
mencerdaskan masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan
sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan
nilai etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil
membangun kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan individual
yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal
yang seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah
jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah.
Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil membangun tata peradaban
baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat perkembangannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :

A. Pengorbanan
Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupiuntuk
menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian tidur dan
mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik dimana Ali yang
ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk menjadi tameng bagi kelangsungan hidup
Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam
Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata Biar saya
yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang berbisa didalam
sana, saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda. Lagi sebuah epik
kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah
cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah,
beliau selamat dalam peristiwa itu.

B. Keyakinan dan Tawakal


ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa, kemudian
terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki keyakinan dan sikap
tawakal yang demikian sempurna La Tahzan, innallah ma ana angan bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita

C. Kebersamaan
Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi
Thalib yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan konon
ada seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu Bakar

selama mereka berada dalam gua yang menurut seorang ulama, ini menggambarkan sebuah
kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai salah satu syarat
keberhasilan, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah menjadi
tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.

D. Kondisi yang Kondusif


Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib
Mengecam, menjadi Madinah Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah proses
keberhasilan tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada didalamnya saling mengecam
satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal ganti dan lebih mementingkan kepentingan
golongan dan pribadinya semata. Penggantian nama menjadi Madinah menyimbolkan bahwa
keberhasilan hanya akan dicapai dalam tata kehidupan yang beradab, ada sopan santun dan
etika ketika hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada tata aturan yang mesti
dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam sejarah masa kini,
bahwa dimanapun, tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika individu-individu
yang terlibat dalam proses itu saling mengecam bahkan tak jarang menyebarkan fitnah-fitnah
keji. Sebaliknya, sebuah kondisi yang beradab, yang berdasarkan tata aturan dan norma
kesusilaan-lah yang mengantar sebuah bangsa, sebuah kelompok atau apapun untuk mencapai
keberhasilannya.

Anda mungkin juga menyukai