1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
menyeru,
memanggil
atau
mengundang.
Allah
SWT.
berfirman:
dengan
izinNya"
(Al-Baqarah:221).
Situasi kota Mekah yang tidak memungkinkan lagi Rasulullah berada disana.
Ingin mencairkan suasana kota Mekkah yang sangat mencekam.
Ingin memperoleh ketenangan dalam beribadah dan berdakwah.
A. Arti Hijrah
1.
2.
B. Tujuan Hijrah
Tujuan hijrah Rosulullah dan umat islam adalah:
1. Menyelamatkan diri dan umat islam dari tekanan-tekanan, ancaman, dan kekerasan
kaum kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rosulullah SAW meninggalkan rumahnya di
Makkahuntuk berhijrah ke Yatsrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kafir
Quraisydengan maksud untuk membunuhnya.
2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk
menegakkan dan meninggikan agama-Nya.
pemboikatan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW).
Beberapa pemboikatan tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.
Pemboikatan itu tertulis diatas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di kakbah
dan tidak akan dicabut sebelum Nabi Muhammad SAW menghentikan gerakannya selama
tiga tahun lamanya Bani Hasyim can Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat
pemboikatan itu. Banyak pengikut Rosulullah SAW yang menyingkir keluar kota Mekah
untuk mempertahanka hidup , untuk menyelamatkan diri ujian bagi Rosulallah SAW. Juga
bertambah berat dengan wafatnya dua orang yang sangat dicintainya, yaitu paman nya , Abu
Tholib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada
tahun ke-10 dari masa kenabian (620 m) dalam sejarah disebut Amul Huzni ( tahun kesedihan
atau tahun duka cita)
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orng Quraisy makin berani dan leluasa
mengganggu dan menghalang Rosulallah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke
pungging Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada prang yang hendak
mencekaknya. Nabi Muhammad SAW, merasakan bahwa dakwah di mekkah tidak lagi sesuai
sebagai pusat dakwah islam. Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi dan
hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rosulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka
pun mengusir, menyoraki dan mengejar Rosulullah Sambil dilempari dengan batu. Saat itu
Rosulallah SAW, sempat berlindung dibawah kebun anggur di kebun Utbah dan Syaiba (anak
Rabia). Meski demikian terluka, Rosulallah SAW tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas.
Kesulitan dan hambatan yang terus menerus menimpa Nabi Muhammad SAW dan
pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakkal.
Saat menghadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada puncak nya,
Rosulallah SAW, diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra dan Miraj dari
Mekkah menuju ke Baitul Maqdis di palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke
Sidratul Muntaha (Q.S. Al-Isra 17:1). Kejadian Isra dan Miraj terjadi pada malam Rajab
tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) ditempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah SWT dari peristuwa Isra dan Miraj antara lain sebagai berikut :
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah
diberikan Allah SWT kepada manusia dan Nabi-Nabi sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai Rosul untuk terus
menyerukan agama Allah SWT kepad aseluruh umat manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan percaya
kepada kejadian yang menakjubkan itu yanh hanya ditempuh dalam waktu semalam.
Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad
SAW sudah gila.
kejadian ini, yaitu Abu Bakar . sehingga nama Beliau ditambahkan dengan gelar As
Sidik.
pindah bersama.
Rencana pembunuhan Nabi Muhammad SAW oleh kaum Quraisy yang hasil
kesepakatannya diputuskan oleh pemuka- pemuka Quraisy di Daru Nadwah. Mereka
menyatakan bahwa:
a. Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di
Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyarang kafilah kafilah dagang Quraisy yang
pulang pergi ke Syam. Halmitu akan mengakibatkan kerigian bagi perniagaan
mereka. Membunuh Nabi Muhammad SAW sebelum Beliau ikut pindah ke
Yatsrib. Dengan cara setaip suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh,
sehingga apabila Rosulullah SAW terbunuh, kelurganya tidak akan mampu
membelah diri dihadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi
Muhammad SAW dan akan membunuhnya disaat fajar, yakni ketika Rasulullah
SAW akan melaksanakan sholat shubuh.
Rencana rencana tersebut diketahui oleh Nabi Muhammad SAW dan para pemuda
Quraisy terkacoh. Karena yabg tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah menhetahui kejahatan itu sebelum
para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk
mencari Nabi Muhammad SAW, tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi Muhammad SAW
bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menulusuri pantai laut mera.
dan mempertahankan masyarakat yang dibinanya itu dari segala macam tanatangan, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar.
1.
Perang Badar
Pertempuran Badar (bahasa Arab: , ghazawt badr), adalah pertempuran
besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada
17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang
berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang
berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan
Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur
dalam kekacauan.
Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan
bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh
mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di
Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada
suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta
memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan
masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai
memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di
Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.
1.1 Latar Belakang
Pada awal peperangan, Jazirah Arab dihuni oleh suku-suku yang berbicara
dalam bahasa Arab. Beberapa diantaranya adalah suku Badui; bangsa nomad
penggembala yang terdiri dari berbagai macam suku; beberapa adalah suku petani
yang tinggal di oasis daerah utara atau daerah yang lebih subur di bagian selatan
(sekarang Yaman dan Oman). Mayoritas bangsa Arab menganut kepercayaan
politeisme. Beberapa suku juga memeluk agama Yahudi, Kristen (termasuk paham
Nestorian), dan Zoroastrianisme.
Nabi Muhammad lahir di Mekkah sekitar tahun 570 dari keluarga Bani
Hasyim dari suku Quraisy. Ketika berumur 40 tahun, ia mengalami pengalaman
spiritual yaitu menerima wahyu ketika sedang menyepi di suatu gua, yakni Gua
Hira di luar kota Mekkah. Ia mulai berdakwah kepada keluarganya dan setelah itu
baru berdakwah kepada umum. Dakwahnya ada yang diterima dengan baik tapi
lebih banyak yang menentangnya. Pada periode ini, Muhammad dilindungi oleh
pamannya Abu Thalib. Ketika pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619,
kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada salah seorang musuh Muhammad,
yaitu Amr bin Hisyam, yang menghilangkan perlindungan kepada Muhammad
serta meningkatkan penganiayaan terhadap komunitas Muslim.
Pada tahun 622, dengan semakin meningkatnya kekerasan terbuka yang
dilakukan kaum Quraisy kepada kaum Muslim di Mekkah, Muhammad dan
banyak pengikutnya hijrah ke Madinah. Hal ini menandai dimulainya kedudukan
Muhammad sebagai pemimpin suatu kelompok dan agama.
Setelah kejadian hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di
Mekkah dan Madinah semakin memuncak dan pertikaian terjadi pada tahun 623
ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawt dalam
bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di
antara rute utama perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim
berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil
harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah
harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan
telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan
dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Kaum
Quraisy Mekkah jelas-jelas mempunyai pandangan lain terhadap hal tersebut,
karena mereka melihat kaum Muslim sebagai penjahat dan juga ancaman terhadap
lingkungan dan kewibawaan mereka.
Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawt semakin sering
dan terjadi di mana-mana. Pada bulan September 623, Muhammad memimpin
sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap
rombongan besar kafilah Mekkah. Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah
melakukan "serangan balasan" ke Madinah, meskipun tujuan sebenarnya hanyalah
untuk mencuri ternak kaum Muslim. Pada bulan January 624, kaum Muslim
menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah Nakhlah, hanya 40 kilometer
di luar kota Mekkah, membunuh seorang penjaga dan akhirnya benar-benar
membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah. Terlebih lagi dari
sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan Rajab;
bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah. Menurut tradisi mereka, dalam
bulan ini peperangan dilarang dan gencatan senjata seharusnya dijalankan.
Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi.
1.2 Pergerakan Menuju Badar
Muhammad memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak
panglima utamanya, termasuk pamannya Hamzah dan para calon Kalifah di masa
depan, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib.
Kaum Muslim juga membawa 70 unta dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka
harus berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di atas satu unta. Namun
demikian, banyak sumber-sumber kalangan Muslim pada awal masa itu, termasuk
dalam Al-Qur'an sendiri, tidak mengindikasikan akan terjadinya suatu peperangan
yang serius,dan calon khalifah ketiga Utsman bin Affan juga tidak ikut karena
istrinya sakit.
Ketika kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, Abu Sufyan
mulai mendengar mengenai rencana Muhammad untuk menyerangnya. Ia
2.
Perang Uhud
Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan
kaum kafir Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini
terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr. Tentara Islam
berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam
dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan.
Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari
Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan
panjang 5 mil.
2.1 Pendahuluan
Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian
barat. Tentara Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front
kurang lebih 1.000 yard. Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap
kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan
Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan sayap kiri berada
dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari
belakang, untuk mengatasi hal ini Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Ainain
dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair dengan perintah yang sangat tegas dan
jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari
belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan
sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang,
jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong
kami."
Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air
bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati
luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri Rasulullah yang juga istri
Ali. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri.
Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan pasukan
Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur. Selain itu juga meniadakan
keuntungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah
satunya milik Rasulullah). Abu Sufyan tentu lebih memilih pertempuran terbuka
dimana dia bisa bermanuver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan
mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengepung pasukan tersebut. Tetapi
Rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa Abu Sufyan bertempur di front yang
terbatas dimana infantri dan kavalerinya tidak terlalu berguna. Juga patut dicatat
bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap Madinah dan bagian belakangnya
menghadap bukit Uhud, jalan ke Madinah terbuka bagi tentara kafir.
Tentara Quraish berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. Abu Sufyan
mengelompokkan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap
kavaleri di samping. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri
dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl, masing-masing berkekuatan 100 orang. Amr
bin Al Aas ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap tapi tugasnya terutama
3.
Salman al-Farisi yang berasal dari Persia, sehingga perang ini disebut dengan
pertempuran parit / khandaq. Sejatinya strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan
apabila mereka terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda.
Lalu digalilah parit di bagian utara Madinah selama sembilan/sepuluh hari.
Pasukan gabungan datang dengan kekuatan 10.000 pasukan yang siap berperang.
Pasukan gabungan membuat kemah di bagian utara Madinah, karena di tempat itu
adalah tempat yang paling tepat untuk melakukan perang. Pada Pertempuran Khandaq,
terjadi pengkhianatan dari kaum Yahudi Bani Qurayzhah atas kesepakatan yang telah
disetujui sebelumnya untuk mempertahankan kota Madinah, tetapi bani Quraizhah
mengkhianati perjanjian itu.
Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh Nua'im bin Mas'ud alAsyja'i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan gabungan dengan
keahliannya memecah belah pasukan gabungan. Lalu Allah S.W.T mengirimkan angin
yang memporakporandakan kemah pasukan gabungan, memecahkan periuk-periuk
mereka, dan memadamkan api mereka. Hingga akhirnya pasukan gabungan kembali
ke rumah mereka dengan kegagalan menaklukan kota Madinah. Setelah peperangan
itu, Rasulullah dan para sahabat berangkat menuju kediaman bani quraizah untuk
mengadili mereka
robek, Rosulullah menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh
anaknya sendiri pada malam Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijrah. Apa yang
diucapkan Rosulullah SAW ternyata sesuai dengan kenyataannya. Syahinsyah dibunuh oleh
anaknya sendiri Asy-Syirwaih karena kedhalimannya.
Kemudian, surat dakwah Rosulullah SAW dikirim pula kepada An-najasyi ( Raja
Ethiopia), Al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja Yamamah), dab Al-Hris
(Gubernur Romawi di Syam). Diantara penguasa-penguasa tersebut yang menerima seruan
dakwah tersebut hanyalah Al-Munzi bin Sawi penguasa Bahrain yang menyatakan masuk
islam dan mengajak para pembesar Negara dan rakyatnya agar masuk islam.
A. PEMBINAAN MASJID
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w
setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan
manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah
umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.
Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang
dikenali sebagai mirbad dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batubatu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut.
Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa
ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Di dalamnya, dibina sebuah
mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat
ruang muamalah yang dipanggil sirdauntuk pergerakan kaum muslimin melakukan aktiviti
kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi dakwah baginda bagi
menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat perbincangan di
kalangan Rasulullah s.a.w dan para sahabat tentang masalah ummah.
B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai
platform mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan
cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan
kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa mengira
pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz.[3]
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi
daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga
kepentingan semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang
dikenali sebagai Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan
Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk
akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di
dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti
tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain
itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka
dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau
bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.
D. STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan
perjuangan Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni
oleh pihak lawan khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara
tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya
peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan Badar,
Rasulullah s.a.w telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu
Waqqash dan Zubair Ibn Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat
penting musuh memudahkan pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di
medan perang.
RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati
musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan
yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan
yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir. (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam
merangka strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju
dengan cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda
menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi
dengan mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka. Dalam perang Khandak,
Rasulullah s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi
berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam
semua peperangan dengan pihak musuh.
F. HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini
terbukti melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar
bagi menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di
negeri Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah
Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar
bin Abu Talib kepada Raja Habsyah.[7]
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas
kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah
pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis.
Penjajahan dan penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling
berkesan di seluruh dunia.
KESIMPULAN
Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah,
sebagai Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak
yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada
pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan
utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam
menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya
mencerdaskan masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan
sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan
nilai etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil
membangun kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan individual
yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal
yang seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah
jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah.
Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil membangun tata peradaban
baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat perkembangannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :
A. Pengorbanan
Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupiuntuk
menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian tidur dan
mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik dimana Ali yang
ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk menjadi tameng bagi kelangsungan hidup
Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam
Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata Biar saya
yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang berbisa didalam
sana, saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda. Lagi sebuah epik
kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah
cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah,
beliau selamat dalam peristiwa itu.
C. Kebersamaan
Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi
Thalib yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan konon
ada seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu Bakar
selama mereka berada dalam gua yang menurut seorang ulama, ini menggambarkan sebuah
kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai salah satu syarat
keberhasilan, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah menjadi
tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.