Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

Negatif
Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono berpendapat program kartu
sakti Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) hanya akan menambah jumlah
pengangguran di Indonesia. Tony yang juga Komisaris Bank Permata menilai pemberian
dana bantuan langsung sebagai kompensasi naiknya harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi hanya membuat masyarakat malas bekerja.

Penolakan pengambilan kartu sakti


Tiga "Kartu Sakti" Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni Kartu Keluarga Sejahtera
(KKS), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), akhirnya kembali
dibagikan di Kantor PT Pos Indonesia (Persero) Pusat, Jalan Lapangan Banteng Utara no 1,
Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, (18/11/2014).
Pengamatan Wartakotalive.com, puluhan warga yang kebanyakan berasal dari Kelurahan
Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, ini tengah sibuk menukarkan Kartu Perlindungan
Sosial (KPS), untuk mendapatkan tiga kartu sakti Jokowi.
Beberapa dari mereka membawa sanak saudara mereka untuk mendapatkan tiga kartu itu.
Para warga yang tergolong masyarakat ekonomi bawah ini, masing-masing membawa map
yang berisikan satu lembar foto kopi Kartu Keluarga (KK), satu lembar foto kopi Kartu
Tanda Penduduk (KTP) sekaligus satu lembar foto kopi, dan KPS.
Rata-rata raut wajah mereka tak sabar ingin memegang kartu sakti itu. Walaupun hari ini
berlangsung penukaran, tak nampak di loket 35-39 itu adanya pembludakan antrean.
Penukaran KPS di Kantor Pos Pusat, masing-masing loket melayani kelurahan-kelurahan
yang ada di Sawah Besar. Baik itu Karang Anyar, Mangga Dua Selatan, Gunung Sahari
Utara, Pasar Baru dan Kartini.
Terlihat juga, beberapa karyawan tempat penukaran KPS sibuk memandu dan menjelaskan
tata cara penukaran yang dilakukan para warga itu. Mengenakan jilbab oranye, para pegawai
PT Pos Indonesia nampak ramah di depan warga.

Namun demikian, ada saja beberapa tuturan protes dari mulut warga. Beberapa dari mereka
ketus ke salah seorang petugas di meja pendaftaran.
"Undangannya kan ada. Tapi kok tetep nggak bisa ambil. Kenapa sih? Saya ke sini mewakili
suami saya. Suami saya nggak bisa ke sini (Kantor Pos) karena kerja pak. Jangan gitu dong,"
ujar salah seorang wanita di Lantai I kantor pos ini, Selasa (18/11/2014) dengan nada ketus.
Sekuriti menjawab tanpa emosi. Malahan menurut petugas berseragam biru itu pengambilan
KPS tak bisa diwakilkan.
"Nggak bisa ibu. Maaf. Harus orangnya langsung. Atas nama suami ibu," ujar sekuriti itu.
Dia menjelaskan kembali, bantuan tetap bisa diambil hingga tanggal 12 Desember 2014.
Saldo simpanan untuk dua bulan (November dan Desember) sebesar Rp 400.000 itu pun tidak
akan hilang.
Ternyata tak hanya satu dua orang saja, kebanyakan dari mereka pun menuturkan hal yang
persis sama. Mereka menganggap penukaran KPS untuk mendapatkan Kartu Sakti Jokowi
dipersulit.
"Masa gitu aja nggak bisa. Yang penting kan kita sudah bawa buktinya," kata salah seorang
warga.
Raut wajah yang tadinya berharap bisa memegang tiga kartu sakti Jokowi, kini dipenuhi raut
kecewa dan kesal.
Beberapa dari mereka ada yang pulang langsung, dan ada juga yang masih bertanya-tanya
soal tata cara penukaran KPS.

Anda mungkin juga menyukai